Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen Lucu Mis. Tulalit Part 3 ~ Update

Berhubung masih napsu (??) buat edit mengedit postingan, pokoknya edit aja deh. He he he, Lagian daripada terlupakan....Bener gak?. Harusnya bener donk!!! * maksa modeon.
Tapi, ah andaii aja Takdir itu juga bisa diedit (^_^) *Mulai gak jelas.

Mis tulalit
Credit Gambar : Ana Merya

Setelah ujian akhir nasional barlalu maka semua siswa di berikan kesempatan untuk berlibur, walau pun setulalit-tulalitnya april, alhamdulillah ia berhasil lulus juga. Emang si nilai pas-pasan, tapi dari pada kurang. ya nggak?... *PS: Yang setuju bilang ya berari orang yang nggak mau maju. secara masa dibandingkan sama yang lebih jelek*, rencananya ia mau ngelanjutin kuliahnya di AMIK, selat panjang.
Untuk mengisi waktu liburan. april berkunjung kerumah nenek nya yang ada di desa, (terpaksa soalnya di paksa nyokap), sebenernya sih april ingin liburan ke bali, eh sama mama malah ‘kon bali ngone mbahe’ . Cek cek cek.....kasihan deh april...
Hari pertama di rumah neneknya, april sudah merasa tidak betah, gimana nggax, walau pun PLN sudah masuk desa sih katanya, tapi tetap aja di rumah neneknya bergelap-gelapan dan hanya menggunakan cahaya lampu penerang yang pakai minyak tanah. Hengalah nyelangsane lah urip gara-gara mesin PLN nya rusak, dan masih dalam masa perbaikkan, kabarnya sih hanya dalam jangka waktu dua minggu tapi nyatanya sudah sebulan lebih masih juga belum nyala.
Dan malamnya april sama sekali nggax bisa tidur, selain karna nyamuknya banyak minta ampun padahal ia sudah membakar obat anti nyamuk, itu juga karna ia harus tidur sendirian, apalagi april memang penakut, dan ia paling takut sama yang namanya.... HANTU!!!
“gimana kalau nanti april lagi tidur, tiba-tiba ada kuntilanak yang ikut tidur bareng april, lagi pula kamar ini kan udah lama nggax di pake, trus april langsung di cekik... duh, siapa ntar yang nolongin” batin april yang tiba-tiba merinding.
Samar-samar dari luar rumah terdengar suara burung, april juga nggax tau burung apa, di ikuti suara anjing yang menyalak di kejauhan yang makin membuat april jadi panas dingin.
“ma... pa... tolongin april donk... masa april liburan kayak gini... liburan kok kerumah hantu...” guman april sedih.
“mama sama papa jahat, nggax sayang sama april, huu... huu....” april lama-lama nggax tahan dan mulai menangis. *Yang nie sumpah Lebay*...
Dan walau pun lirih, telinga april masih bisa menangkap suara berisik di dapur, di ikuti suara gemericik air, april memasang telinganya baik-baik, *memangnya tadi dilepas ya?*.
April juga mendengar derit suara papan yang di injak, maklum rumah desa. Biasalah lantai sama dindingnya masih terbuat dari papan, bahkan atapnya juga terbuat dari daun rumbia, hati nya curiga, jangan-jangan ada maling. Tapi mau maling apaan, di rumahnya sama sekali nggax ada barang berharga, apa lagi di dapur palingan ada nya Cuma perkakas masak. Memangnya mau maling piring sama sendok?
Dengan memberanikan diri april, berjalan mengendap-endap ke dapur, persis seperti kucing yang mengintai tikus, *walaupun sebenernya belom pernah lihat juga sih* lengkap dengan sapu di tangannya.
Begitu sampai di dapur, jantung april seperti mau copot, napasnya berhenti di tenggorokan, apa yang ada di hadapannya bukan lah seperti yang ia bayang kan tapi justru apa yang selama ini paling ia takuti.
Tidak sampai 4 meter didepannya, tampak sesosok perempuan tua, rambut putih semua dengan giginya yang ompong, sedang meneguk cairan hitam, dari dalam gelas. Apa lagi suasana cahaya nya remang-remang karena lampu damarnya, hanya ada di ruangan depan menambah suasana makin horor sehingga saking kagetnya april, sapu yang ada di tangannya, terlepas dari genggaman.
Begitu mendengar suara sapu yang terjatuh, sosok perempuan tersebut langsung menoleh kearahnya, april tidak dapat melihat dengan jelas wajahnya, hanya rambut yang putih semua te urai sehingga membuat terlihat semakin meyeramkan. Saat ini yang ada dalam fikiran april hanya lah lari sejauh mungkin, tapi apa daya sepertinya itu mustahil karena seluruh tubuhnya seperti kaku, sama sekali tidak bisa di gerak kan lagi saking takutnya.
“to.. to.. to... tolong!” jerit april sebelum akhirnya tergeletak tidak sadarkan diri.


cerpen lucu mis tulalit


Keesokan hari april membuka matanya, badannya terasa pegel sekali, di kucek-kucek matanya yang terasa silau oleh sinar mentari yang muncul dari jendela yang terbuka lebar, ia memandang kesekeliling, pantas saja badannya terasa pegel, secara ia semalaman tidur di kursi.
“lho kok april bisa tidur di sini sih?” guman april heran, ia mencoba mengingat-ingat kejadian tadi malam kenapa ia bisa tidur di sofa.
“wes tangi sampean to nduk”
April langsung menoleh, ternyata nenek yang baru muncul dari dapur, dengan membawa napan berisi segelas teh dan sepiring pisang goreng.
“eh nenek, pagi...” kata april.
“pagi? Memangnya kamu pikir sekarang jam berapa to?” kata neneknya sambil meletakkan napan di atas meja, tepat di depan april.
“jam tujuh kali ya?” balas april.
“yah, itu sih tiga jam yang lalu nduk”
“apa?!” april kaget, sepontan ia melirik jam tangannya, ternyata waktu sudah menunjuk pukul 10:00 lebih 15 minit.
“astafirullah hal’azim, kok april bisa kesiangan gini sih”
“justru itu, nenek mau nanya, kamu kenapa tadi malam tidur di dapur?” tanya nenek lagi.
Pertanyaan neneknya langsung mengingatkan april akan kejadian tadi malam.
“ya ampun nek, tadi malam itu april bukan tidur nek, tapi pingsan”
“pingsan? Pantes nenek panggil nggax bangun-bangun juga sehingga terpaksa nenek bangunin kakek kamu buat mindahin ke sofa, tapi kenapa kamu bisa pinsan?”
“april ngeliat hantu!”
“hantu?” neneknya heran.
“ia. April liat hantu wewegombel, rambutnya putih semua, trus giginya ompong, waktu itu ia lagi minum cairan dari dalam gelas, pokoknya hii... serem deh” cerita april sambil bergidik.
Mendengar cerita april, kontan neneknya langsung tertawa terkekeh-kekeh.
“kok nenek malah ketawa sih?” april heran.
“oalah nduk-nduk, jadi sampean fikir, perempuan tadi malam itu hantu?”
“jadi nenek juga liat?”
“lha pie to nduk. Wong yang tadi malam kamu liat itu nenek yang lagi ke dapur buat minum”
“masa’ sih, kok kayak wewegombel beneran?”
“hus, kamu ini. Masa’ neneknya sendiri di bilang wewegombel. Sudah mending kamu cuci muka dulu trus sarapan, nenek mau nyusul kakek mu kekebun belakang, nanti kalau kamu udah selesai sarapan bisa ikut nyusul juga”
Selesai berkata nenek beranjak pergi meninggalkan april yang masih bingung sendiri.
“kek, kakek mau nanam apa sih?” tanya april ketika di liatnya sang kakek sedang mencangkul laut. Kok laut? Ya iya lah, secara nggax usah di kasi tau pasti udah pada ngerti kalau di kebun yang di cangkul jelas lah tanah.
“ini. Kakek mau nanam kangkung sama kacang”
“kangkung lagi, kangkung lagi” guman april lirih.
“memangnya kenapa? Kamu nggax suka sama kangkung?” tanya neneknya heran.
“bukannya april nggax suka nek, tapi bosen aja, nggax di rumah, nggax di sini ketemu juga sama yang namanya kangkung. Heran deh”
“jadi mama kamu juga sering nyayur kangkung?”
“ia kek, hari-hari malah, mentang-mentang tinggal ngambil di kebun belakang”
“mama sama papa kamu juga rajin berkebun ya? Padahal dulu waktu di sini mama kamu paling males kalau di suruh bertanam”
“sampai sekarang juga masih kok nek” balas april.
“trus siapa yang nanam? Dan bukannya di belakang rumah kamu juga ada perumahan lagi?” tanya neneknya heran.
“emang”
“jadi nanam nya dimana?”
Kakek sama nenek april makin bingung.
“di warung, pas di belakang rumah april kan, warungnya bu siti, Nah setiap hari mama datang kesana buat ngambil sayuran, tapi ya itu tadi tetap aja, kangkung-kangkung-kangkung”
“jadi mama kamu kalau nyayur ngambil disana?” tanya kakeknya, april hanya mengangguk.
“kalau begitu orangnya baik banget ya, soalnya mama kamu di izinin tinggal ngambil kok nggax marah ya”
“pasti boleh lah, orang di kasi duit sama mama”
“itu sih namanya beli. Pantesan boleh, kamu sih kalau ngomong nya muter-muter bikin nenek sama kakek bingung aja, nenek pikir malah tetangga kamu baik-baik banget”
“mata nenek rabun kali ya, sudah jelas-jelas dari tadi april duduk diam di sini, masa’ di bilang muter-muter, gara-gara udah tua kali ya, makanya pikun” batin april dalam hati.
Sehabis membantu nenek sama kakeknya berkebun april langsung pulang untuk menyiapkan makan siang, (ngebantu?! Gaya loe!! Dari tadi Cuma nonton doank kok, bilangnya sih takut sama cacing, padahal males tuh. Dasar)
April sedang menyiduk nasi kebaskom ketika terdengar suara orang di depan.
“tok..tok...tok...”
“assalamu’alaikum nenek!” terdengar suara perempuan dari pintu depan.
“wa’alaikum salam” balas april sambil menuju ke depan, dan segera membukakan pintu untuk tamunya.
“maaf cari siapa ya?” tanya april begitu berhadapan dengan tamunya seorang perempuan yang kira-kira seumuran dengannya.
“nenek walimah ada?”
“nggax. Nenek lagi di kebun, ngebantuin kakek, kalau boleh tau da perlu apa ya?” tanya april lagi.
“ini... aku di suruh sama ibu buat nganterin sedikit makanan buat nenek”
“gitu ya... ya udah biar april salinin makanannya dulu ya. Eh lupa, masuk dulu yuk” ajak april yang baru nyadar kalau dari tadi tamunya masih berdiri di depan pintu.
April langsung berjalan kedapur, gadis itu mengikuti di belakangnya, april segera menyalin makanannya dari rantang kedalam mangkuk.
“wah lumayan nih, baru sehari di sini udah makan gulai ayam sama sambel udang lagi, asyik...” batin april sendiri.
“anu, kalau boleh tau mbax ini siapa ya, kok bisa ada di rumahnya nenek walimah”
April menoleh, eh iya kan masih ada tamu.
“0, saya cucunya, kenalin.... april” april mengulurkan tanganya.
“putri andini nawang wulan sari, biasa di panggil sari” sahutnya sambil membalas uluran tangan april.
“panjang amat. Ntar kalau mau ijab kabul gimana ribetnya, kasihan deh calon suaminya” kata april dalam hati.
“kalau andininya dihilangkan trus nggax pake sari jadi istrinya jaka tarub loe” canda april.
“ah embak bisa aja” sari tersenyum.
“manggilnya april aja ya, abis kalau manggil embak trus A nya di ganti i, kan jadi kambing”
“ih embak lucu deh, anu maksudnya april lucu juga”
“lawak kali... lucu.”
Sari malah tertawa lepas mendengarnya.
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~