Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen The Prince, The Princess And Mis. Cinderella ~ Ending {Update}

Pada akhirnya cerpen nggak jelas bin gaje, The Prince, The princess and Mis. Cinderella akhirnya ending juga. Walaupun dengan perjuangan yang sedikit lebih luar biasa dibandingkan cerpen or cerbung yang lain nya sih. Ya begitu lah. So buat yang pensaran gimana endingnya, bisa langsung simak kebawah. Untuk part sebelumnya bisa simak dulu di sini. Happy reading....

The Prince, The Princess And Mis. Cinderella

"Ma kasih ya, kalian berdua sudah mau repot - repot jemput gue buat kekampus segala," aku sedikit berbasa basi kearah Double J saat turun dari mobil.

Tadi sempat kaget saat mendapati Jimmy dan Junior yang mendadak muncul di depan kostan. Namun siapa yang menduga kalau kabar yang mereka bawa ternyata lebih mengagetkan lagi.

"Santai aja. Sudah kewajiban ini. Yang penting loe baik baik aja kan?" tambah Junior lagi.

Aku tidak membalas, hanya bibir ini yang mencoba untuk tersenyum.

"Oh ya Riani."

Aku menoleh "Ada apa?"

"Inget pesen gue kemaren ya?"

"Syip," aku melemparkan senyum meyakinkan baru kemudian berbalik menuju ke keklas. Sejenak aku menarik napas dalam dalam baru kemudian menghembuskanya perlahan. Mendadak sekelumit perasaan ragu menyelimuti batinku. Benarkan sudah tiba saatnya aku untuk bahagia?


"Riani."

Refleks langkah kakiku terhenti. Entah datangya dari mana, tau tau kini Kevin berdiri tepat dihadapanku dengan tatapan tajam menusuk.

"Ada apa?"

"Kenapa loe bisa pergi bareng sama mereka?"

Sejenak aku merasa bingung? Mereka? Saat mendapati lirikan mata Kevin yang tertuju pada sosok Double J yang semakin menjauh baru lah aku ngerti maksutnya.

"Dan kenapa loe mengundurkan diri dari toko buku kakak gue?" belum juga aku sempat menjawab, Kevin kembali bertanya.

"Bukan urusan loe," balas ku ketus sambil berniat untuk langsung berlalu kalau saja tanganku tidak lebih dahulu di tahan olehnya.

"Sebenarnya loe mau nya apa?" Aku benar benar lelah menghadapi makhluk yang satu ini.

"Gue kan sudah bilang kemaren kalau....."

"Cukup, gue nggak mau jadi pelarian," potongku cepat sebelum Kevin sempat menyelesaikan ucapannya.

"Kalau gue bilang loe bukan pelarian tapi gue ngelakuin ini semua karena gue suka sama loe, apa loe akan percaya?"

Aku menoleh, mendapati wajah lelah Kevin tepat di hadapanku.

"Kalau gue bilang gue bener - bener cinta sama loe, apa loe akan percaya?"

Kali ini aku benar - benar terpaku mendengar kalimat yang ku dengar barusan.

"Mustahil," tanpa sadar mulutku bergumam.

"Gue akan lakuin apa aja agar loe percaya. Asal loe tetep bersama gue. Gue mohon."

Kalau ini hanya bercanda, Kevin benar benar memiliki selera humor yang buruk. Hal yang tak pernah aku duga sebelumnya terjadi. Seorang Kevin, berlutut tepat di hadapan gue. Memohon seperti ini. Ya Tuhan, apa Jimmy benar. Bahwa rasa yang ia punya untukku adalah tulus? Mendadak perasaanku mulai goyah. Tapi...

"Nggak, loe nggak perlu ngelakuin apapun. Karena gue nggak akan percaya," selesai berkata aku segera menarik lepas tanganku. Langsung berlalu meninggalkannya.

"Riani."

Teriakan Kevin kembali terdengar, tapi aku sama sekali tidak menoleh dan terus melangkah. Aku tidak yakin aku bisa tegar kalau sampai aku berbalik.

"Gue akan tetap disini, sampai loe bener - benar percaya kalau gue suka sama."

"Riani, Gue cinta sama loe!"

Astaga, Tuhan panggil aku sekarang. Bumi, telen aku saat ini juga. Kevin pasti sudah gila. Kenapa dia harus berteriak sekencang itu di sini. Di halaman kampus. Memangnya dikira lagi main drama apa. Tanpa bisa ku cegah kaki ini langsung melangkah dengan cepat.

Jangan salah, aku tidak akan berbalik. Aku justru malah berlari menuju kekelasku. Aku hanya akan menerimanya kalau aku sudah yakin kalau dia memang menyukaiku.

Lanjut Baca : || ||

Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~