Cerpen terbaru Take My Heart ~ 05
Omz, Cerpen kala cinta menyapa apa kabarnya yak?. Makin nyungsep aja tuh ide... ha ha ha.
Tapi ya sudah lah, mumpung ide cerpen terbaru Take My Heart yang muncul duluan, ya udah ini aja yang di ketik dulu.
Akhir kata, happy reading....!!.
PS: Part sebelumnya silahkan baca:
-} Cerpen terbaru Take My Heart part ~ 04
Setelah membasuh mukanya dengan air dari keran, tangan Vio terulur meraih tisu. Mengeringkan wajahnya. Sejenak di tatapnya bayangan dicermin. Raut lelah jelas tergambar di sana.
Tak ingin berlama - lama Vio segera melangkah keluar. Tepat di pintu langkahnya tercegat. Selang beberapa meter di hadapan tampak Laura yang juga berdiri terpaku menatapnya. Sepertinya gadis itu juga berniat untuk masuk ke toilet kampusnya.
Untuk sejenak suasana hening sampai kemudian Vio berusaha bersikap santai. Kembali melangkah sampai sebuah suara menghentikannya.
"Gue minta maaf untuk masalah kemaren?".
"He?" Vio menoleh.
"Maksut loe?" tanya Vio yang masih ragu akan kalimat yang baru saja di tangkap oleh telinganya.
"Atas kejadian yang terjadi kemaren, gue minta maaf".
Merasa kalau ia memang tidak salah dengar di tambah dengan raut serius di wajah Laura kontan membuat Vio merasa sedikit salah tingkah. Di garuknya kepalanya yang tidak terasa gatal.
"Ehem... Never mind. Lagian loe nggak punya salah sama gue" Kata Vio akhirnya.
"Tapi kemaren gue sempet bersikap nggak sopan" Laura menambahkan. Vio hanya membalas dengan senyuman maklum.
"Laura" tiba - tiba laura mengulurkan tangannya.
Tidak langsung membalas Vio kembali terdiam. Hei, tidak ada udang di sebalik bakwan kan?. Maksutnya gadis itu benar - benar berniat untuk bersahabat dengannya kan?.
"Vio" Takut di sangka yang tidak - tidak Vio menyambut uluran tangan itu. Lagi pula tidak ada untungnya menyulut permusuhan. Justru malah merugikan diri sendiri. Bener nggak?.
"Selain minta maaf gue juga mau berterima kasih untuk yang kemaren. Terima kasih karena udah belain gue di hadapan Ivan" Tambah Laura lagi.
"Nggak masalah. Santai aja. Gue hanya melakukan apa yang menurut gue bener aja".
"Kalau gitu mulai sekarang loe mau jadi sahabat gue kan?" tanya Laura lagi.
Vio kembali terdiam. Menimbang - nimbang untuk sejenak. Sampai kemudian sebuah senyuman terukir di bibirnya. Sambil mengangguk ia berujar "why not?".
Dan kali ini senyuman benar - benar mengembang di kedua wajah cantik itu.
Cerpen terbaru Take My Heart ~ 05
Kening Silvi tampak sedikit berkerut saat melihat langkah Vio dan Laura yang tampak berjalan beriringan menghampirinya. Matanya sedikit menyipit. Sejak kapan kedua gadis itu bisa terlihat akrab begitu?.
"Oke Vio, Gue duluan ya?" pamit Laura.
Vio hanya membalas dengan anggukan sambil melambaikan tangannya. Tingkah laku itu juga sama sekali tidak lepas dari perhatian Silvi.
"Kok loe bisa kenal sama Laura?" tanya Silvi langsung.
"Memangnya nggak boleh?" Vio balik bertanya.
"Bukan nggak boleh. Cuma aneh aja. Loe belom tau siapa dia ya?" tanya Silvi lagi.
"Memangnya dia siapa?" Lagi - lagi Vio membalas dengan balik bertanya.
"Dia itu idola di kampus kita, dan...".
"Dan...?" kejar Vio karena Silvi mengantungkan ucapannya.
"Dan dia itu adalah orang yang gue ceritain kemaren. Cewek yang dipermalukan di depan anak - anak kampus sama si Ivan" terang Silvi.
"O.. gue udah tau" Balas Vio santai.
"Oh ya?" Silvi tampak tak percaya.
"Bahkan gue juga tau kalau Laura berniat balas dendam dengan menyewa preman untuk menghajar Ivan kemaren. Makanya muka tu cowok rada ancuran walau tetep masih keliatan keren si" Balas Vio sambil mikir - mikir.
"Apa?, Jadi Laura yang...".
Dengan Cepat tangan Vio terulur membungkam mulut Silvi. Ya ampun, sepertinya ia harus segera mengingatkan gadis itu untuk tidak selalu berteriak jika mendengar kabar yang mengagetkan. Atau justru sepertinya ia juga harus berhenti memberi kabar yang bisa membuat Silvi kaget. Ah, Whatever lah....
"Astaga Silvi, Nggak usah pake teriak segala kali. Loe lupa ya, masalah yang loe buat di kantin aja tadi belom beres, sekarang loe mau nambahin lagi?".
"Ups... Maaf. Refleks soalnya" Senyum Silvi merasa bersalah.
"Jadi Ivan babak belur gitu karena ulah Laura?" tanya Silvi lagi. Kali ini sengaja mengecilkan volume suaranya. Vio hanya angkat bahu membalasnya.
"Terus, kenapa sekarang tu anak deketin loe?" selidik Silvi lagi.
"Tau" Vio cuek sambil melankah ke kelasnya. Dengan cepat Silvi menyusulnya.
"Loe nggak curiga?".
"Curiga buat apaan?".
"Yah bisa aja kan. Laura sengaja mendekati loe buat balas dendam ke Ivan?".
Bukannya Khawatir ataupun takut, Vio justru malah tertawa. Mebuat Silvi mengernyit heran.
"Leo pikir ini sinetron apa?. Lagian jangan suka seuzon. Dosa tau".
Belum sempat Silvi membantah mulut Vio sudah terlebih dahulu menambahkan.
"Loe tenang aja. Gue kadang emang baik, tapi gue nggak bodoh".
Singkat, padat, Jelas juga tegas. Itu hal yang bisa di tangakap oleh Silvi saat mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Vio. Sebuah senyuman terukir di bibirnya. Meyakinkan ia kalau gadis itu pasti tau apa yang di lakukannya. Akhirnya dengan perasaan lega keduanya melangkah beriringan menuju kekelas. Pelajaran selanjutnya sudah akan di mulai.
Dan saat kelas berakhir Vio segera membereskan buku - bukunya. Berjalan beriringan bersama Silvi menuju ke halaman kampus. Sepanjang perjalanan tak henti mereka saling berbagi cerita. Walau masih dalam hitungan hari Vio sudah bisa mengakui kalau Silvi orangnya memang asik. Enak di jadikan sahabat.
"Jadi loe pulang naik bus?" tanya Silvi kemudian. Kepala Vio mengangguk membenarkan.
"O .. Kalau gitu sory ya, Gue duluan" Tambah Silvi lagi saat melihat mobil sillver terparkir tak jauh di hadapannya. Jemputannya sudah datang. Berhubung rumah mereka berlawan arah, Vio menolak untuk di ajak pulang bersama.
"Oke... Hati hati ya".
"Syip... Loe juga".
Kata terakhir yang keluar dari mulut Silvi sebelum menghilang bersama mobilnya. Berlalu meninggalkan Vio yang tampak melangkah menuju ke halte yang tak jauh dari gerbang kampus.
Suara klakson mengagetkan Vio, Langkahnya kontan terhenti.
"Mau pulang ya?".
"Nggak. Mau kepasar jualan sayur" Balas Vio ketus.
Suara tawa kontan terdengar dari mulut Ivan.
"Ya ela jadi cewek judes amat si?. Ntar ngga punya pacar lho" Kata Ivan setengah meledek.
"Siapa bilang?. Justru malah ada yang niat banget buat bisa macarain gue biar dapat sepuluh juta".
Glek, Skak mat. Tawa Ivan langsung terhenti mendengar kalimat sindiran yang jelas - jelas tertuju kepadanya. Fakta kalau gadis itu sama sekali tidak mempan akan pesoananya kembali menyadarkan ia akan posisinya saat ini.
"Ehem, Kalau loe mau pulang, gue nggak keberatan kok buat nganterin" Ivan mengalihkan pembicaraan.
"Gue yang keberatan loe anterin" Balas Vio singkat, Padat tapi nyelekit.
"Kalau loe masih berniat buat ngodain gue, Segera buang jauh - jauh tu niat. Karena sekali lagi gue peringatin, Gue nggak akan pernah terpengaruh " Sambung Vio bahkan sebelum Ivan sempat membuka mulutnya.
Tanpa kata lagi ia segera berlalu. Bus yang sedari tadi ia tunggu sepertinya sudah muncul di hadapan. Namun langkahnya terhenti ketika mendengar kalimat yang Ivan lontarkan.
"Kalau seandainya gue bisa bikin loe jatuh cinta sama gue bagaimana?".
Untuk sejenak Vio menghela nafas baru kemudian berbalik. Menatap Ivan yang masih dengan santai nongkorng di jok motornya sambil menyilangkan kedua tangan. Sementara pandangannya terarah lurus ke wajah Vio. Membuat tatapan keduanya bertemu.
"Kalau begitu selamat, Itu artinya loe bakal dapat sepuluh juta" Sahut Vio dengan santai.
"Hanya itu?".
"Terus loe maunya apa?" Tanya Vio dengan kening berkerut.
Ivan tidak langsung menjawab. Sebuah senyum penuh makna terukir di wajahnya sebelum pada detik berikutnya mulutnya berujar "Loe harus mau jadi pacar gue beneran".
"Silahkan bermimpi".
Kali ini Vio benar - benar berbalik tanpa menoleh lagi. Menghilang bersama lajunya bus yang akan mengantarnya kerumah. Menginggalkan Ivan dengan ke terpakuannya. "Jatuh cinta sama Ivan?".
MUSTAHIL!!!.
To Be Continue....
Leave a coment please.... Itung - itung biar semangat bikin lanjutanya....
NOTE: 100+ Like, Lanjutanya muncul. Kalau nggak ya, kita liat aja entar... ^_^
Tapi ya sudah lah, mumpung ide cerpen terbaru Take My Heart yang muncul duluan, ya udah ini aja yang di ketik dulu.
Akhir kata, happy reading....!!.
PS: Part sebelumnya silahkan baca:
-} Cerpen terbaru Take My Heart part ~ 04
Dalam hidup ini, aku hanya punya satu impian...
Impianku bisa menjadi nyata.
Titik!!!.
Impianku bisa menjadi nyata.
Titik!!!.
Setelah membasuh mukanya dengan air dari keran, tangan Vio terulur meraih tisu. Mengeringkan wajahnya. Sejenak di tatapnya bayangan dicermin. Raut lelah jelas tergambar di sana.
Tak ingin berlama - lama Vio segera melangkah keluar. Tepat di pintu langkahnya tercegat. Selang beberapa meter di hadapan tampak Laura yang juga berdiri terpaku menatapnya. Sepertinya gadis itu juga berniat untuk masuk ke toilet kampusnya.
Untuk sejenak suasana hening sampai kemudian Vio berusaha bersikap santai. Kembali melangkah sampai sebuah suara menghentikannya.
"Gue minta maaf untuk masalah kemaren?".
"He?" Vio menoleh.
"Maksut loe?" tanya Vio yang masih ragu akan kalimat yang baru saja di tangkap oleh telinganya.
"Atas kejadian yang terjadi kemaren, gue minta maaf".
Merasa kalau ia memang tidak salah dengar di tambah dengan raut serius di wajah Laura kontan membuat Vio merasa sedikit salah tingkah. Di garuknya kepalanya yang tidak terasa gatal.
"Ehem... Never mind. Lagian loe nggak punya salah sama gue" Kata Vio akhirnya.
"Tapi kemaren gue sempet bersikap nggak sopan" Laura menambahkan. Vio hanya membalas dengan senyuman maklum.
"Laura" tiba - tiba laura mengulurkan tangannya.
Tidak langsung membalas Vio kembali terdiam. Hei, tidak ada udang di sebalik bakwan kan?. Maksutnya gadis itu benar - benar berniat untuk bersahabat dengannya kan?.
"Vio" Takut di sangka yang tidak - tidak Vio menyambut uluran tangan itu. Lagi pula tidak ada untungnya menyulut permusuhan. Justru malah merugikan diri sendiri. Bener nggak?.
"Selain minta maaf gue juga mau berterima kasih untuk yang kemaren. Terima kasih karena udah belain gue di hadapan Ivan" Tambah Laura lagi.
"Nggak masalah. Santai aja. Gue hanya melakukan apa yang menurut gue bener aja".
"Kalau gitu mulai sekarang loe mau jadi sahabat gue kan?" tanya Laura lagi.
Vio kembali terdiam. Menimbang - nimbang untuk sejenak. Sampai kemudian sebuah senyuman terukir di bibirnya. Sambil mengangguk ia berujar "why not?".
Dan kali ini senyuman benar - benar mengembang di kedua wajah cantik itu.
Cerpen terbaru Take My Heart ~ 05
Kening Silvi tampak sedikit berkerut saat melihat langkah Vio dan Laura yang tampak berjalan beriringan menghampirinya. Matanya sedikit menyipit. Sejak kapan kedua gadis itu bisa terlihat akrab begitu?.
"Oke Vio, Gue duluan ya?" pamit Laura.
Vio hanya membalas dengan anggukan sambil melambaikan tangannya. Tingkah laku itu juga sama sekali tidak lepas dari perhatian Silvi.
"Kok loe bisa kenal sama Laura?" tanya Silvi langsung.
"Memangnya nggak boleh?" Vio balik bertanya.
"Bukan nggak boleh. Cuma aneh aja. Loe belom tau siapa dia ya?" tanya Silvi lagi.
"Memangnya dia siapa?" Lagi - lagi Vio membalas dengan balik bertanya.
"Dia itu idola di kampus kita, dan...".
"Dan...?" kejar Vio karena Silvi mengantungkan ucapannya.
"Dan dia itu adalah orang yang gue ceritain kemaren. Cewek yang dipermalukan di depan anak - anak kampus sama si Ivan" terang Silvi.
"O.. gue udah tau" Balas Vio santai.
"Oh ya?" Silvi tampak tak percaya.
"Bahkan gue juga tau kalau Laura berniat balas dendam dengan menyewa preman untuk menghajar Ivan kemaren. Makanya muka tu cowok rada ancuran walau tetep masih keliatan keren si" Balas Vio sambil mikir - mikir.
"Apa?, Jadi Laura yang...".
Dengan Cepat tangan Vio terulur membungkam mulut Silvi. Ya ampun, sepertinya ia harus segera mengingatkan gadis itu untuk tidak selalu berteriak jika mendengar kabar yang mengagetkan. Atau justru sepertinya ia juga harus berhenti memberi kabar yang bisa membuat Silvi kaget. Ah, Whatever lah....
"Astaga Silvi, Nggak usah pake teriak segala kali. Loe lupa ya, masalah yang loe buat di kantin aja tadi belom beres, sekarang loe mau nambahin lagi?".
"Ups... Maaf. Refleks soalnya" Senyum Silvi merasa bersalah.
"Jadi Ivan babak belur gitu karena ulah Laura?" tanya Silvi lagi. Kali ini sengaja mengecilkan volume suaranya. Vio hanya angkat bahu membalasnya.
"Terus, kenapa sekarang tu anak deketin loe?" selidik Silvi lagi.
"Tau" Vio cuek sambil melankah ke kelasnya. Dengan cepat Silvi menyusulnya.
"Loe nggak curiga?".
"Curiga buat apaan?".
"Yah bisa aja kan. Laura sengaja mendekati loe buat balas dendam ke Ivan?".
Bukannya Khawatir ataupun takut, Vio justru malah tertawa. Mebuat Silvi mengernyit heran.
"Leo pikir ini sinetron apa?. Lagian jangan suka seuzon. Dosa tau".
Belum sempat Silvi membantah mulut Vio sudah terlebih dahulu menambahkan.
"Loe tenang aja. Gue kadang emang baik, tapi gue nggak bodoh".
Singkat, padat, Jelas juga tegas. Itu hal yang bisa di tangakap oleh Silvi saat mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Vio. Sebuah senyuman terukir di bibirnya. Meyakinkan ia kalau gadis itu pasti tau apa yang di lakukannya. Akhirnya dengan perasaan lega keduanya melangkah beriringan menuju kekelas. Pelajaran selanjutnya sudah akan di mulai.
Dan saat kelas berakhir Vio segera membereskan buku - bukunya. Berjalan beriringan bersama Silvi menuju ke halaman kampus. Sepanjang perjalanan tak henti mereka saling berbagi cerita. Walau masih dalam hitungan hari Vio sudah bisa mengakui kalau Silvi orangnya memang asik. Enak di jadikan sahabat.
"Jadi loe pulang naik bus?" tanya Silvi kemudian. Kepala Vio mengangguk membenarkan.
"O .. Kalau gitu sory ya, Gue duluan" Tambah Silvi lagi saat melihat mobil sillver terparkir tak jauh di hadapannya. Jemputannya sudah datang. Berhubung rumah mereka berlawan arah, Vio menolak untuk di ajak pulang bersama.
"Oke... Hati hati ya".
"Syip... Loe juga".
Kata terakhir yang keluar dari mulut Silvi sebelum menghilang bersama mobilnya. Berlalu meninggalkan Vio yang tampak melangkah menuju ke halte yang tak jauh dari gerbang kampus.
Suara klakson mengagetkan Vio, Langkahnya kontan terhenti.
"Mau pulang ya?".
"Nggak. Mau kepasar jualan sayur" Balas Vio ketus.
Suara tawa kontan terdengar dari mulut Ivan.
"Ya ela jadi cewek judes amat si?. Ntar ngga punya pacar lho" Kata Ivan setengah meledek.
"Siapa bilang?. Justru malah ada yang niat banget buat bisa macarain gue biar dapat sepuluh juta".
Glek, Skak mat. Tawa Ivan langsung terhenti mendengar kalimat sindiran yang jelas - jelas tertuju kepadanya. Fakta kalau gadis itu sama sekali tidak mempan akan pesoananya kembali menyadarkan ia akan posisinya saat ini.
"Ehem, Kalau loe mau pulang, gue nggak keberatan kok buat nganterin" Ivan mengalihkan pembicaraan.
"Gue yang keberatan loe anterin" Balas Vio singkat, Padat tapi nyelekit.
"Kalau loe masih berniat buat ngodain gue, Segera buang jauh - jauh tu niat. Karena sekali lagi gue peringatin, Gue nggak akan pernah terpengaruh " Sambung Vio bahkan sebelum Ivan sempat membuka mulutnya.
Tanpa kata lagi ia segera berlalu. Bus yang sedari tadi ia tunggu sepertinya sudah muncul di hadapan. Namun langkahnya terhenti ketika mendengar kalimat yang Ivan lontarkan.
"Kalau seandainya gue bisa bikin loe jatuh cinta sama gue bagaimana?".
Untuk sejenak Vio menghela nafas baru kemudian berbalik. Menatap Ivan yang masih dengan santai nongkorng di jok motornya sambil menyilangkan kedua tangan. Sementara pandangannya terarah lurus ke wajah Vio. Membuat tatapan keduanya bertemu.
"Kalau begitu selamat, Itu artinya loe bakal dapat sepuluh juta" Sahut Vio dengan santai.
"Hanya itu?".
"Terus loe maunya apa?" Tanya Vio dengan kening berkerut.
Ivan tidak langsung menjawab. Sebuah senyum penuh makna terukir di wajahnya sebelum pada detik berikutnya mulutnya berujar "Loe harus mau jadi pacar gue beneran".
"Silahkan bermimpi".
Kali ini Vio benar - benar berbalik tanpa menoleh lagi. Menghilang bersama lajunya bus yang akan mengantarnya kerumah. Menginggalkan Ivan dengan ke terpakuannya. "Jatuh cinta sama Ivan?".
MUSTAHIL!!!.
To Be Continue....
Leave a coment please.... Itung - itung biar semangat bikin lanjutanya....
NOTE: 100+ Like, Lanjutanya muncul. Kalau nggak ya, kita liat aja entar... ^_^
bagus...bagus...ditunggu lanjutannya ya....fighting!!!
ReplyDeleteGood dh
ReplyDeleteGood dh
ReplyDeleteFight fight fighttt...
ReplyDeleteKeren habis, alur ceritnya jelas, ceritanya juga gak kalah seru
ReplyDeleteCeritanya keren, alur ceritanya juga nyambung...
ReplyDelete