Cerpen Cinta Romantis "Kenalkan Aku Pada Cinta" ~ 03 / 19
Masih lanjutan dari kisah Kenalkan aku pada Cinta , kali ini adminya muncul lagi buat nyodorin kelanjutannya lho. Nah, buat yang udah merasa penasaran ingin tau gimana kelanjutan dari kisah cinta si Astri, bisa langsung simak ke bawah. Biar nyambung sama jalan ceritanya, bagusan kalau baca dulu cerbung Kenalkan aku pada Cinta bagian ke 2. Selamat membaca...
Setelah merapikan poni rambutnya serta memastikan kucir kuda di rambutnya terikat kencang, tangan Astri terulur membuka laci meja riasnya. Dari kota persegi panjang itu ia temukan kaca mata yang selalu menemani kesehariannya di kampus. Setelah mengenakannya ia berbalik. Meraih tas, dan segera menuju ke kamar sebelah.
“Kakak,” sapa Astri sambil melongokan kepalanya melewati pintu kamar yang ia buka tanpa mengetuk terlebih dahulu.
“Ada apa?” tanya Rendi tanpa menoleh. Matanya masih terarah pada bayangan yang memantul dari cermin di hadapannya. Sibuk merapikan model rambutnya.
“Wah…. Cakep amat kakak hari ini. Rambut model baru ya?” puji Astri sambil nyelonong masuk.
“Iya donk. Buat gue penampilan itu kan nomor satu. Emangnya elo, bangga tampil kuper," balas Rendi yang membuat Astri tampak memberengut sebel.
"Ngomong ngomong tumben tampang loe manis. Roman romannya ada 'syahrini' nih," tambah Rendi lagi.
"He he he. Selain cakep kakak pinter juga ya ternyata."
"Nggak usah muji. Langsung ngomong aja. Ada apaan?" tanya Rendi yang sudah tau gelagat adiknya yang satu itu.
"Ehem, kak. Kan kakak tau, Astri nggak betah kalau harus berdesak desakan di bus. Ntar kalau ada yang nyopet gimana? Terus kalau ada orang jahat juga siapa yang mau bantuin?"
"Lho kenapa harus naik bus. Emang motor loe kemana?"
"Untung kakak nanyain. Perhatian banget si," puji Astri sok pasang tampang manis yang justru malah mendapat cibiran dari bibir Rendi.
"Tu motor rusak kak. Jadi..."
"Jadi loe minta anterin gue. Iya kan?" potong Rendi sebelum Astri menyelesaikan ucapannya.
"Tepat," balas Astri cepat sambil menjentikan jarinya kearah Rendi. "Ah, kakak beneran genius ternyata."
"Nggak usah sok muji. Semua itu udah tertulis jelas no di jidat loe."
Lagi lagi mulut Astri maju dua senti mendengarnya. "Tapi mau kan?"
"Boleh."
Mendengar itu senyum sumringah langsung terpasang di wajah Astri. Walau tak urung merasa heran. Tumben kakaknya bisa langsung mau tampa embel embel. Biasanya kan...
"Tapi isiin bensin nya sampe full ya."
"Yeee, itu mah ngerampok namanya."
"Uang saku gue lagi tipis ni. Kemaren abis benerin motor. Nggak mungkin kan gue minta lagi sama papa. Belum lagi gue harus ntraktir cewek gue. Loe sebagai adek harusnya pengertian."
"Ha?" mulut Astri melongo. Dia nggak salah denger kan. Kenapa kakaknya jadi miskin gini yak.
"Udah lah. Nggak usah kelamaan mikir. Dari pada loe naik bus atau angkot. Selain panas dan berdesak desakan, kan mending bareng kakak. Ntar sekalian deh, pulangnya kakak jemput. Itung itung simbosis mutualisme."
Astri ingin protes. Apes banget si dia punya kakak satu. Tapi mengingat waktu terus berlalu. Berdebat juga hanya buang - buang waktu akhirnya ia mengalah. Mengangguk tak rela atas tawaran kakaknya. Awas aja, tunggu pembalasan darinya.
Setelah merapikan poni rambutnya serta memastikan kucir kuda di rambutnya terikat kencang, tangan Astri terulur membuka laci meja riasnya. Dari kota persegi panjang itu ia temukan kaca mata yang selalu menemani kesehariannya di kampus. Setelah mengenakannya ia berbalik. Meraih tas, dan segera menuju ke kamar sebelah.
“Kakak,” sapa Astri sambil melongokan kepalanya melewati pintu kamar yang ia buka tanpa mengetuk terlebih dahulu.
“Ada apa?” tanya Rendi tanpa menoleh. Matanya masih terarah pada bayangan yang memantul dari cermin di hadapannya. Sibuk merapikan model rambutnya.
“Wah…. Cakep amat kakak hari ini. Rambut model baru ya?” puji Astri sambil nyelonong masuk.
“Iya donk. Buat gue penampilan itu kan nomor satu. Emangnya elo, bangga tampil kuper," balas Rendi yang membuat Astri tampak memberengut sebel.
"Ngomong ngomong tumben tampang loe manis. Roman romannya ada 'syahrini' nih," tambah Rendi lagi.
"He he he. Selain cakep kakak pinter juga ya ternyata."
"Nggak usah muji. Langsung ngomong aja. Ada apaan?" tanya Rendi yang sudah tau gelagat adiknya yang satu itu.
"Ehem, kak. Kan kakak tau, Astri nggak betah kalau harus berdesak desakan di bus. Ntar kalau ada yang nyopet gimana? Terus kalau ada orang jahat juga siapa yang mau bantuin?"
"Lho kenapa harus naik bus. Emang motor loe kemana?"
"Untung kakak nanyain. Perhatian banget si," puji Astri sok pasang tampang manis yang justru malah mendapat cibiran dari bibir Rendi.
"Tu motor rusak kak. Jadi..."
"Jadi loe minta anterin gue. Iya kan?" potong Rendi sebelum Astri menyelesaikan ucapannya.
"Tepat," balas Astri cepat sambil menjentikan jarinya kearah Rendi. "Ah, kakak beneran genius ternyata."
"Nggak usah sok muji. Semua itu udah tertulis jelas no di jidat loe."
Lagi lagi mulut Astri maju dua senti mendengarnya. "Tapi mau kan?"
"Boleh."
Mendengar itu senyum sumringah langsung terpasang di wajah Astri. Walau tak urung merasa heran. Tumben kakaknya bisa langsung mau tampa embel embel. Biasanya kan...
"Tapi isiin bensin nya sampe full ya."
"Yeee, itu mah ngerampok namanya."
"Uang saku gue lagi tipis ni. Kemaren abis benerin motor. Nggak mungkin kan gue minta lagi sama papa. Belum lagi gue harus ntraktir cewek gue. Loe sebagai adek harusnya pengertian."
"Ha?" mulut Astri melongo. Dia nggak salah denger kan. Kenapa kakaknya jadi miskin gini yak.
"Udah lah. Nggak usah kelamaan mikir. Dari pada loe naik bus atau angkot. Selain panas dan berdesak desakan, kan mending bareng kakak. Ntar sekalian deh, pulangnya kakak jemput. Itung itung simbosis mutualisme."
Astri ingin protes. Apes banget si dia punya kakak satu. Tapi mengingat waktu terus berlalu. Berdebat juga hanya buang - buang waktu akhirnya ia mengalah. Mengangguk tak rela atas tawaran kakaknya. Awas aja, tunggu pembalasan darinya.
Post a Comment for "Cerpen Cinta Romantis "Kenalkan Aku Pada Cinta" ~ 03 / 19"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...