Cerpen Pendek Saranghae Versi Kevin

Walau awalnya sempet nggak niat buat ngelanjutin, pada akhirnya cerpen saranghae yang satu ini di bikin versi Kevin nya juga. Wkwkwkwkwk, #AdminGaje. Tapi sebelum baca, kira - kira ada yang bisa nebak nggak ya ni cerita bakal di bawa kemana. Berakhir happy ending kah atau masih tetep sama kayak dua versi sebelumnya? Silahkan temukan jabawannya sendiri pas baca sampe ending.

Nah, walau ini cerpen pendek. Tapi cerpen yang satu ini ada seri sebelumnya ya. Yang pertama Saranghae versi Naomi, berlanjut pada Saranghae versi Chacha, dan yang terakhir ya yang satu ini. Simak langsung yuks....

Cerpen  Saranghae Versi Kevin

Cinta....
Apa yang ada dalam pikiranmu ketika pertama sekali mendengar kata itu. Bahagiakah? Sedih kah? Atau biasa – biasa saja? Entahlah. Yang jelas jika kata itu terdengar oleh ku, maka hanya satu yang akan terbayang. Gadis itu...

Setelah merapikan buku tugas yang ada dihadapannya, Kevin melepaskan kacamata yang ia pakai. Benda mungil yang selalu menemani saat ia menghadapi tumpukan tugas kuliahnya. Sambil bertopang dagu, mata Kevin lurus menatap kedepan. Tanpa sadar bibirnya membentuk lengkungan samar ketika matanya telah terkunci pada sosok gadis yang sedang asik menyiram bunga.

Yups, Naomi. Tetangga depan rumahnya. Seseorang yang entah sejak beberapa tahun ke belakang sudah menjadi pusat perhatiannya selama ini. Sayangnya gadis itu tidak tau. Ehem, belum tau tepatnya karena ia memang belum mengakui hal itu. Setidaknya ia masih menunggu waktu yang tepat. Walau tak jarang ia ragu, apa benar karena itu alasannya? Atau justru karena ia takut kalau gadis itu ternyata tidak memiliki rasa yang sama dengannya.

Setelah berfikir berberapa saat, akhirnya Kevin bangkit berdiri. Daripada ia terus terdiam sepertinya lebih baik ia langsung menghampiri gadis itu. Terlebih sudah hampir seminggu ini ia tidak berbicara dengannya.

Dengan langkah mengedap – endap, Kevin berlahan menghampiri. Niatnya untuk mengejutkan Naomi segera ia tunda. Keningnya justru malah terlihat berkerut ketika menyadari kalau gadis itu sedang menyiram bunga dengan melamun. Hal itu ditandai dengan air yang terus mengalir pada tempat yang sama, bahkan nyaris menyebapkan banjir local. Membuat Kevin semakin penasaran, kira – kira apa yang sedang di pikirkannya.

“Ehem.. ehem,” bukannya menyapa Kevin akhirnya memilih memberikan deheman berlahan. Berharap agar Naomi segera menyadari keberadaannya.

“Cie ela, jauh banget ngelamunnya."

“Eh,” Naomi tak mampu menahan raut terkejut di wajahnya ketika menyadari kalau Kevin kini entah sejak kapan sudah berada di hadapannya.

“Ngelamunin apaan sih? Serius amat kayaknya. Pasti lagi ngebayangin jadi orang kaya iya kan?” tanya Kevin setengah bercanda.

Naomi tanpak menunduk, sama sekali tidak membalas candaannya. Membuat Kevin semakin mengkerutkan kening bingung.

“Loe kenapa si? Ada masalah ya?”

Kepala Naomi menggeleng berlahan. “Nggak ada.”

Untuk sejenak suasana hening. Kevin masih memperhatikan ulah Naomi yang kini kembali sibuk dengan tanamannya. Bersikap seolah dirinya tidak ada disana. Sungguh sikap yang tidak biasa.

“Oh iya. Gue masuk dulu. Mau bantuin mama nyiapin makan malam soalnya,” tanpa menunggu kalimat balasan dari Kevin sama sekali, Naomi segera berbalik masuk kedalam rumahnya. Meninggalkan Kevin dengan raut bingung di wajahnya.

“Dit, wajah loe kenapa murung gitu?” sapa Vano sambil duduk disamping Kevin.

Kepala Kevin mengeleng sambil menghebuskan nafas berat. “Gue juga nggak tau nih. Beberapa hari ini gue emang lagi nggak semangat banget.”

“Oh nya? Kenapa?” tanya Vano lagi.

Kevin tidak langsung menjawab. Justru pria malah terdiam sambil berfikir dengan tatapan menerawang jauh. Membuat Reihan mengalikan tatapan padanya. Menyadari kalau ada yang salah sama sahabatnya.

“Loe lagi ada masalah ya?”

“Hufh… Gue nggak tau juga. Cuma beberapa hari ini gue ngerasa kalau Naomi menghindari gue.”

Gantian Reihan yang terdiam. Ingatanya segera di pacu untuk mencari tau siapa sosok Naomi yang di maksut. Setelah sadar kalau gadis itu adalah orang yang disukai sahabatnya berlahan kepalanya mengangguk. Sepertinya ia mulai mengerti. Dihindai oleh orang yang disukai memang bukan hal yang menyenangkan.

“Emangnya loe bikin masalah apa sampai tu cewek ngehindarin elo?”

“Justru karena gue nggak taulah makanya gue bingung.”

“Loe nggak berniat buat nanya langsung sama dia?”

“Emangnya harus ya?” tanya Kevin terlihat polos.

“Hadeee, ternyata bener ya kalau cinta itu sering bikin orang jadi bodoh. Ya kalau loe emang pengen tau jawabannya, ya harus lah. Memangnya loe mau di hindari terus menerus sama dia.”

“Ya enggak lah!” bantah Kevin cepat.

“Ya sudah kalau gitu mending loe tanya dia aja langsung. Oke?” tegas Reihan. Kevin kembali terdiam sebelum kemudian mengangguk membenarkan.

Sore harinya, Kevin sengaja duduk santai kursi meja belajar dengan tatapan lurus kearah rumah cat kuning yang berada tepat di depannya. Sesekali ia melirik jam yang nangkirng di meja. Keningnya sedikit berkerut samar. Tadi ia sudah mengunjungi rumah Naomi, tapi gadis itu tidak ada. Sepertinya sedang keluar. Masalahnya sudah hampir sore gini kenapa belum pulang juga. Kevin sedang menimbang apakah ia akan segera menghubungi gadis itu untuk memastikan keberadaannya atau tetap menunggu ketika pandangannya mendapati sebuah motor yang terpakir tepat di depan rumah.

“Naomi? Dia sama siapa?” gumam Kevin sambil bangkit berdiri, mencoba untuk memperjelas pandangannya. Tapi nihil. Ia tidak mengenali sosok pria yang bersama gadis itu karena terhalang helm yang di kenakan. Dari kejauhan, Kevin hanya mampu mengamati kalau mereka sedang mengobrol singkat sebelum kemudian pria itu berlalu pergi sementara Naomi sendiri masuk kedalam rumah.

Kevin masih berdiri terpaku di tempatnya dengan tatapan kosong. Tiba – tiba saja ia merasakan firasat yang tidak enak. Pikirannya mendadak kacau. Sibuk menebak – nebak siapa pria itu ketika ia kembali melihat Naomi melangkah keluar rumah dengan kaos yang biasa di kenakan. Dari gelagatnya sepertinya ia akan menyiram bunga. Tanpa sempat berpikir lagi, Kevin dengan cepat bangkit berdiri. Setengah berlari menuruti tangga rumahnya, dan tidak sampai lima menit kemudian ia sudah berada kurang dari 5 langkah di belakang Naomi yang masih tidak menyadari keberadaanya.

“Eh, kak Kevin. Ngapain disini?” tanya Naomi tak mampu menahan raut terkejut diwajahnya saat ia berbalik dan baru menyadari kalau Kevin ada di belakangnya.

“Ehem… Nggak kenapa – kenapa si. Iseng aja. Secara sudah lama nggak ngobrol bareng sama loe,” balas Kevin sambil mencoba tersenyum.

Naomi ikut tersenyum membalasnya walau Kevin cukup yakin kalau itu adalah senyum paksa.

“Oh ya, tadi gue nggak sengaja liat loe baru pulang sama cowok. Pacar loe ya?” tanya Kevin hati – hati sambil menjaga suaranya agar tetap terdengar datar walau jantungnya mendadak dag dig dug menanti jawaban yang akan keluar dari mulut Naomi.

Naomi tidak langsung menjawab. Gadis itu terdiam terpaku dengan kepala menunduk, entah apa yang sedang di pikirkanya. Kevin sama sekali tidak bisa menebak. Yang ia tau, saat ini ia sangat berharap akan mendengar jawaban ‘tidak’ darinya.

Tapi sayangnya, kadang harapan hanya tinggal harapan. Karena tidak semua orang beruntung bisa merasakan harapan menjadi nyata. Hal itu terbukti dengan anggukan kepala Naomi.

“Maksut loe? Dia beneran pacar loe?” tanya Kevin nyaris tak terdengar.

Lagi – lagi Naomi membalas dengan anggukan. Membuat suasana tiba – tiba menjadi terasa hening yang mencekam.

“Dan ngomong – ngomong, sory ya kak. Kita ngobrolnya lain kali aja nggak papa kan? Soalnya gue belum mandi, dan ini juga udah sore. Jadi gue masuk dulu ya,” selesai berkata Naomi segera berbalik tanpa menoleh lagi. Bahkan hanya untuk memastikan kalau Kevin mengangguk membalas ucapannya.

Sementara Kevin sendiri masih terpaku di tempat yang sama. Kalau sebelumnya ia hanya merasa sesak, kali ini ia yakin kalau ia bahkan tidak bisa bernapas. Jantungnya terasa bagai di tusuk – tusuk dengan benda tajam. Ini terlalu menyakitkan. Mati – matian ia menahan diri untuk tidak menitikan air mata saat itu juga.

Kevin benar – benar masih tidak mempercayainya. Penantian dan harapannya selama ini berakhir kandas begitu saja. Gadis yang ia suka, gadis yang ia harap juga bisa menyukainya, tiba – tiba telah menjadi milik yang lain. Ini mustahil.

Apakah ini karena ia yang terlalu mengulur waktu untuk mengungkapkannya? Atau memang gadis itu terlahir bukan untuknya? Entahlah, yang jelas apapun alasannya, hasilnya akan tetap sama sama. Rasa cinta yang ia punya telah kandas dengan begitu saja. Bahkan tanpa sempat gadis itu menyadarinya, mengetahui tentang rasa cinta yang ia punya….

Ending…..

Detail Cerpen

• Judul Cerpen : Saranghae
• Penulis : Ana Merya
• Genre : Cerpen, Remaja
• Status : Serial, Ending

Lanjut Baca : || ||

Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

Share :