Cerpen persahabatan 'Aku cinta kamu, bodoh!' ~ 02
Guys, berhubung semangatnya nggak muncul muncul kayaknya emang kudu di jemput deh. Yups, salah satunya dengan 'ganti nama'. Ahai, ada yang ngeh gak kalau blog star night, kini jadi anamerya.com. Berbayar man, gak gratis lagi. Biar kalau nggak di update kerasa sayang. Ke ke ke. Berharap aja semoga dengan demikian jadi beneran mau nulis terus. Dan sebagai permulaan nih admin bawain lanjutan cerpen persahabatan 'Aku cinta kamu, bodoh!' part dua. Alasan kenapa cerpen ini muncul duluan adalah karena kebetulan yang ini udah duluan end dari pada cerpen cerpen sebelumnya. Udah ah gitu aja. Oh, tambahan deh. Untuk mempermudah sekailian biar kalau baca itu nyambung, admin sekalian selipin part sebelumnya ya yang bisa langsung di baca Disini.
Begitu bel terdengar, Raysa segera bersiap siap guna pulang bareng Fahrizi seperti biasa. Tapi yang ditunggu tak kunjung muncul. Di SMS bahkan nggak di balas, di telpon juga nggak diangkat. Membuat gadis itu sedikit uring - uringan.
Memutuskan untuk menunggu di parkiran, Raysa segera melangkah meninggalkan kelas. Sekali - kali matanya melirik kebelakang guna memastikan makhluk yang di tunggu muncul. Tepat saat belokan kelas, Raysa menghentikan langkahnya, bahkan sengaja mundur ke belakang, secara refleks mencoba untuk menyembunyikan keberadaan dirinya ketika matanya melihat tak jauh di hadapan tampak Fahrizi yang sedang berbicara akrab pada salah seorang adik kelasnya.
Walau penasaran dengan apa yang mereka bicarakan, Raysa sama sekali tidak berniat untuk mendekati. Terlebih ketika tak sengaja matanya menangkap tawa renyah di wajah Fahrizi. Hal yang biasanya dilakukan pria itu padanya. Tak tau datangnya dari mana, tiba -tiba dadanya terasa nyeri. Ehem ehem #AdminnyaHaus. XD
Tak berapa saat kemudian, Raysa menyadari kalau pembicaraan diantar mereka berakhir. Dengan cepat gadis itu menetraklan dirinya, bersikap biasa - biasa saja ketika melihat Fahrizi yang berjalan kearahnya. Mungkin pria itu berniat untuk menghampirinya kekelas. Entahlah, Raysa tidak tertarik untuk memikirkanya. Pikirannya sudah sibuk menduga - duga hubungan Fahrizi dengan gadis itu. Apa jangan - jangan Fahrizi serius dengan ucapannya bebeberapa waktu yang lalu? Jangan - jangan pria itu benar - benar sedang mencari gebetan baru.
"Eh, Raysa. Kok loe udah disini. Gue baru aja mau nyamperin elo," sapa Fahrizi sambil tersenyum ramah begitu melihat dirinya.
"Kenapa? Nggak suka loe liat gue disini? Kaki kaki gue ini juga ya suka suka gue donk mau kemana."
"Ih judes amat. Lagi PMS ya?" ledek Fahrizi sambil tertawa namun segera merasa heran ketika melihat Raysa yang sama sekali tidak membalasnya.
"Tunggu dulu," hadang Fahrizi cepat. "Loe marah beneran ya?" tanya pria itu hati - hati.
Raysa tidak langsung menjawab. Terlebih dahulu menghela nafas gadis itu menatap kearah Fahrizi. Mengamati raut bingung di wajah pria itu. Dan segera menyadari kalau ia sama sekali tidak memiliki alasan untuk 'Marah'.
"Gue SMS nggak di balas, gue telpon nggak diangkat. Kenapa coba?"
"Loe SMS sama telpon gue?" tanya Fahrizi balik. Raysa hanya angkat bahu, dan kemudian segera melangkah mendahului Fahrizi yang masih sibuk meraih hanphond dari dalam saku celananya.
"Eh iya. Sory deh. Tadi itu hanphonenya gue silince. Jadi nggak tau loe sms sama telpon. Beneran deh, sungguh," kata Fahrizi sambil mengankat tangan meyakinkan.
"Emangnya loe tadi dari mana aja abis kelas, kok lama?" tanya Raysa tanpa menoleh. Bersikap seolah sama sekali tidak tertarik.
"Ada deh. Loe beneran pengen tau?"
"Jangan - jangan loe pacaran dulu ya?"
"Kok loe tau?" Fahrizi balik bertanya sambil pasang pose pura - pura terkejut sekaligus kagum. Sementara Raysa sendiri hanya mencibir sinis.
"Jangan - jangan loe mata - matin gue ya? Atau loe cemburu makanya marah - marah. Udah deh, ngaku aja. Sebenernya loe itu suka sama gue kan?" ledek Fahrizi sambil tertawa.
"Suka sama loe? Heh, kelaut aja gih," balas Raysa ketus.
Aku cinta kamu, bodoh! |
Begitu bel terdengar, Raysa segera bersiap siap guna pulang bareng Fahrizi seperti biasa. Tapi yang ditunggu tak kunjung muncul. Di SMS bahkan nggak di balas, di telpon juga nggak diangkat. Membuat gadis itu sedikit uring - uringan.
Memutuskan untuk menunggu di parkiran, Raysa segera melangkah meninggalkan kelas. Sekali - kali matanya melirik kebelakang guna memastikan makhluk yang di tunggu muncul. Tepat saat belokan kelas, Raysa menghentikan langkahnya, bahkan sengaja mundur ke belakang, secara refleks mencoba untuk menyembunyikan keberadaan dirinya ketika matanya melihat tak jauh di hadapan tampak Fahrizi yang sedang berbicara akrab pada salah seorang adik kelasnya.
Walau penasaran dengan apa yang mereka bicarakan, Raysa sama sekali tidak berniat untuk mendekati. Terlebih ketika tak sengaja matanya menangkap tawa renyah di wajah Fahrizi. Hal yang biasanya dilakukan pria itu padanya. Tak tau datangnya dari mana, tiba -tiba dadanya terasa nyeri. Ehem ehem #AdminnyaHaus. XD
Tak berapa saat kemudian, Raysa menyadari kalau pembicaraan diantar mereka berakhir. Dengan cepat gadis itu menetraklan dirinya, bersikap biasa - biasa saja ketika melihat Fahrizi yang berjalan kearahnya. Mungkin pria itu berniat untuk menghampirinya kekelas. Entahlah, Raysa tidak tertarik untuk memikirkanya. Pikirannya sudah sibuk menduga - duga hubungan Fahrizi dengan gadis itu. Apa jangan - jangan Fahrizi serius dengan ucapannya bebeberapa waktu yang lalu? Jangan - jangan pria itu benar - benar sedang mencari gebetan baru.
"Eh, Raysa. Kok loe udah disini. Gue baru aja mau nyamperin elo," sapa Fahrizi sambil tersenyum ramah begitu melihat dirinya.
"Kenapa? Nggak suka loe liat gue disini? Kaki kaki gue ini juga ya suka suka gue donk mau kemana."
"Ih judes amat. Lagi PMS ya?" ledek Fahrizi sambil tertawa namun segera merasa heran ketika melihat Raysa yang sama sekali tidak membalasnya.
"Tunggu dulu," hadang Fahrizi cepat. "Loe marah beneran ya?" tanya pria itu hati - hati.
Raysa tidak langsung menjawab. Terlebih dahulu menghela nafas gadis itu menatap kearah Fahrizi. Mengamati raut bingung di wajah pria itu. Dan segera menyadari kalau ia sama sekali tidak memiliki alasan untuk 'Marah'.
"Gue SMS nggak di balas, gue telpon nggak diangkat. Kenapa coba?"
"Loe SMS sama telpon gue?" tanya Fahrizi balik. Raysa hanya angkat bahu, dan kemudian segera melangkah mendahului Fahrizi yang masih sibuk meraih hanphond dari dalam saku celananya.
"Eh iya. Sory deh. Tadi itu hanphonenya gue silince. Jadi nggak tau loe sms sama telpon. Beneran deh, sungguh," kata Fahrizi sambil mengankat tangan meyakinkan.
"Emangnya loe tadi dari mana aja abis kelas, kok lama?" tanya Raysa tanpa menoleh. Bersikap seolah sama sekali tidak tertarik.
"Ada deh. Loe beneran pengen tau?"
"Jangan - jangan loe pacaran dulu ya?"
"Kok loe tau?" Fahrizi balik bertanya sambil pasang pose pura - pura terkejut sekaligus kagum. Sementara Raysa sendiri hanya mencibir sinis.
"Jangan - jangan loe mata - matin gue ya? Atau loe cemburu makanya marah - marah. Udah deh, ngaku aja. Sebenernya loe itu suka sama gue kan?" ledek Fahrizi sambil tertawa.
"Suka sama loe? Heh, kelaut aja gih," balas Raysa ketus.
Saya senang membaca cerita mbak ^^ bisa mbak mampir ke blog miliku? Saya baru mulai menulis, saya harap mbak suka. mafiasitez.blogspot.com
ReplyDeleteSaya lagi cari bahan buat film pendek..apa boleh ini di copas tapi teteb cerpen ini atas nama anda...😆😆😆
ReplyDeleteSaya lagi cari bahan buat film pendek..apa boleh ini di copas tapi teteb cerpen ini atas nama anda...������
ReplyDeleteBerharab ini visa di sedekahkan buat bahan film pendek saya
ReplyDelete