Novel Online "Kazua Mencari Cinta" ~ 09 / 22
Sebelum kecerpen admin mo say hallo dulu nih. Sekedar nanya, di daerah kalian yang berada didunia sebelah mana juga admin nggak tau, musim hujan juga nggak? Terus kalau hujan biasanya ngapain? Berenang? Soalnya kalau orang - orang di daerah admin sih aktifitasnya pada update status facebook tentang hujan #gubrak. Gapen banget. Okelah, mendingan kita langsung lanjut baca lanjutan dari novel online kazua mencari cinta yang kini udah sampe episode 09 menuju part yang entah ke berapa lagi. #halakh.
Karena cerpennya udah kelamaan jadi mungkin banyak yang rada lupa, sama dink kayak adminya. Malah untuk bisa lanjutin lagi bela belain baca bagian sebelumnya biar inget ni cerita mau di bawa kemana. #hadeeeee. So, buat yang lupa mungkin ada baiknya baca dulu bagian sebelumnya disini.
Kening Zafran sedikit berkerut ketika melihat tatapan kazua yang menatapnya ragu - ragu. Ada apa dengan gadis itu?
"Hufh," terlebih dahulu menghela nafas, Zafran melangkah mendekat. "Kita sudah terlalu banyak bicara, sekarang loe coba baju ini."
"Ya?" gantian Kazua yang terkejut. Lebih terkejut lagi ketika Zafran tiba - tiba menyodorkan baju kearahnya.
Tak memberi kesempatan untuk terkejut lebih lama lagi, Zafran segera mendorong tubuh Kazua kearah ruang ganti. Setelah memastikan gadis itu bisa melewati pintu masuk, tangan Zafran langsung terulur untuk menutup pintu. Tapi belum sempat hal itu terlaksana, tangan Kazua sudah terlebih dahulu menahannya. Lengkap dengan tatapan protes.
"Selain cewek paling aneh, gue yakin loe juga murid paling ngeyel di jagad raya ini. Sekarang, buruan pake."
Itu bukan kalimat permintaan, tapi jelas perintah. Membuat Kazua terdiam. Apa ia harus mengurungkan niatnya untuk membatalkan perjanjian mereka?
"Atau jangan - jangan loe butuh gue untuk gantiin baju loe. Oke deh, gue juga nggak keberatan," sambung Zafran sambil berjalan mendekat. Refleks, tangan Kazua langsung mendorong tubuh Zafran menjauh. Tanpa peringatan ia langsung menutup pintu ruangan ganti tersebut. Ehem, membanting lebih tepapnya. Dengan kesel ia menganti baju yang ia kenakan dengan pakaian yang Zafran pilihkan untuknya. Sementar di luar, Zafran hanya tersenyum sambil mengalihkan perhatian kearah aneka model baju yang lain.
"Oke, gimana menurut loe?"
Zafran segera menoleh keasal suara. Matanya langsung tertuju kearah Kazua yang kini berdiri tepat di hadapannya.
"Jelek."
Bagai di komando, Kazua dan Zafran segera menoleh kearah asal suara. Tiga orang karyawan butik itu entah sejak kapan kini berada disamping mereka dengan tatapan kompak menatap kearah Kazua dengan kepala yang mengeleng pelan. Zafran ikut mengangguk setuju, semantara Kazua dengan kesel segera berbalik untuk segera kembali menganti bajunya. Ia tidak menyangka bakal memiliki 'juri' lebih dari satu. Benar - benar memalukan. Tapi ngomong - ngomong, boleh nggak sih seorang penjual malah memberikan komentar negativ untuk calon pembeli atas produk mereka sendiri.
"Tunggu dulu, loe coba yang ini," perintah Zafran sebelum Kazua sempat menutup rapat pintunya. Walau masih kesel, tak urung Kazua manut. Lagipula sepertinya ia juga sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk mengelak.
Namun ternyata, semuanya tidak lantas berhenti di situ. Untuk kesekian kalinya, Kazua kembali mendapatkan gelengan kepala atas pakaian - pakaian yang ia coba. Membuatnya semakin merasa kesel. Emangnya untuk memilih jenis pakaian harus seribet itu ya?
"Sumpah ya, gue frustrasi liat loe."
Kazua melongo ketika mendengar kalimat santai itu keluar dari mulut Zafran saat ia muncul dengan gaun baru untuk kesekian kalinya. Tunggu dulu, kalimat itu bukannya kebalik ya? Harusnya kan dia yang nomong gitu. Secara yang dari tadi harus 'bongkar pasang' kan dia. Zafran mah enak, cuma tinggal tunjuk sama geleng-geleng kepala doank.
"Jadi maksut loe?" tanya Kazua lagi.
"Udah deh, ganti aja tu baju. Lain kali aja kita nyari lagi," selesai berkata Zafran bangkit berdiri. Kemudian segera berlalu meninggalkan Kazua dengan tanpang cengonya.
Setelah kembali mengenakan pakaian asalnya, Kazua melangkah keluar dengan perasaan donkol. Niatnya sudah bulat untuk memaki Zafran saat itu juga. Namun, begitu ia muncul dan berhadapan langsung dengan pria itu, mulutnya seolah terkunci. Bahkan amarahnya sedari tadi langsung buyar entah kemana di gantikan rasa malu yang tiba - tiba mampir. Terlebih dengan tatapan menyipit ala meremehkan dari si Zafran. Lengkap dengan ketiga cewek penjaga butik tersebut. Membuat Kazua benar - benar berharap agar bumi menelannya saat itu juga. Memang penampilannya sedari tadi itu seburuk apa sih? Akhirnya dengan kepala menunduk ia melangkah keluar.
Tanpa kata keduanya kembali melaju di jalanan. Bahkan Kazua sama sekali tidak perlu repot - repot untuk menanyakan mereka akan kemana. Sampai tau tau, langit yang tiba - tiba cerah mendadak berubah berawan. Sebelum Kazua sempat menyadari apa yang akan terjadi, hujan pun turun dengan derasnya. Tanpa di komado, Zafran pun menambah kecepatan. Tak tau sejak kapan di mulai, Kazua yang takut jatuh segera melingkarkan tangannya di pinggang pria itu.
Begitu Zafran menghentikan motornya, dengan cepat Kazua melepaskan diri. Segera turun dan berlari kearah beranda rumah. Matanya menoleh kesekeliling, sibuk menebak dimana mereka sekarang. Dilihat dari bentuk rumahnya sih sepertinya pemiliknya adalah orang berada.
"Ayo masuk. Diluar dingin tau."
Kazua menoleh, baru sadar kalau kini Zafran sudah membukakan pintu. Melihat itu mau tak mau, Kazua mengerutkan kening samar. Sebelum ia sempat bertanya, pria itu sudah terlebih dahulu melangkah masuk. Meninggalkan dirinya yang sempat beradu argumen sendiri. Antara ikut masuk, atau tetap berada di luar. Akhirnya walau masih ragu dengan berlahan ia masuk kedalam. Matanya kembali mengamati sekeliling. Sepi, bahkan Zafran sama sekali tidak terlihat keberadaannya.
"Keringin dulu gih, ntar loe sakit."
Refleks tangan Kazua terangkat meraih lemparan handuk dari Zafran yang tiba - tiba muncul dari kamarnya.
"Ini rumah loe?" akhirnya Kazua memberanikan diri bertanya.
"Iya," balas Zafran singkat.
Kazua hanya mengangguk - angguk sebelum kemudian menatap Zafran heran karena pria itu tak mengalihkan pandangan dari dirinya. Membuatnya merasa aneh sendiri. Dan lagi lagi, ia tidak sempat bertanya karena Zafran sudah kembali balik kanan masuk kedalam kamarnya. Kazua yang tidak tau harus ngapain memilih duduk diatas kursi. Untunglah tadi ia di bonceng oleh Zafran sehingga celananya tidak terlalu basah. Hanya bajunya saja yang lumayan lembab. Membuatnya tak perlu terlalu khawati memikirkan kondisi sofa itu nantinya.
"Loe pake ini aja. Karena gue satu satunya anak cowok di rumah ini, jadi gue nggak punya pakaian cewek. Dan gue nggak yakin loe mau pake pakaian nyokap gue."
Kazua kembali mengalihkan perhatiannya kearah Zafran yang kini berada di dekatnya sembari menyodorkan sebuah baju yang terlipat rapi di tangan. Merasa ragu, Kazua hanya menatapnya tanpa berkedip.
"Dia malah bengong," gumam Zafran lirih. "Buruan. Loe bisa ganti baju di kamar gue. Secara terus terang aja ya, penampilan loe saat ini nggak enak untuk di pandang."
Sebelah alis Kazua terangkat, sebelum kemudian mengalihkan perhatian kearah dirinya sendiri. Astaga, pakaian yang ia kenakan berbahan tipis dan saat ini telah basah. Saat ia menoleh kearah Zafran, pria itu hanya angkat bahu sembari mengoyankan tangannya kearah Kaos yang ia ulurkan. Tanpa komentar apa - apa, Kazua segera menyambar kaos tersebut dan berlari masuk kekamar yang di tunjuk. Memalukan.
Dengan malu - malu Kazua melangkah keluar dari kamar. Untuk kedua kalinya dalam satu hari ini ia berharap bumi benar benar akan menelannya segera. Namun saat ia sampai di ruang tamu, masih sepi. Tidak terlihat wujud keberadaan Zafran disana.
"Loe suka hot chocolate kan? Biasanya sih cewek suka. Terlebih di cuaca dingin gini," kata Zafran sambil melangkah mendekat dengan sebuah gelas masing masing di tangannya. Yang satu ia sodorkan kearah Kazua sementara yang satunya ia nikmati sendiri. Dari asap yang mengebul juga aroma yang Kazua tangkap, sepertinya itu memang hot chocolate.
"Loe kenapa diem sembari nunduk terus gitu. Malu ya?"
Kazua hanya melemparkan tatapan menyipit dengan mulut yang cemberut. Jelas merasa kesel. Ni orang bisa lebih terus terang lagi nggak sih? Lagian emangnya harus ya memperjelas sesuatu yang sudah jelas?.
"Ha ha ha. Tenang aja, gue nggak nganggep loe cewek kok."
Mendengar itu Kazua langsung menoleh. Tatapan tajam langsung ia lemparkan kearah Zafran yang masih tertawa.
"Dalam artian seserorang yang bisa gue taksir," sambung pria itu lagi.
Seolah ditampar, Kazua kembali cemberut. Itu kan kalimatnya dia. Enak aja ni cowok satu main kopi paste sembarangan. Tanpa kredit lagi. Nggak bisa lebih kreatif dikit apa?
"Tapi ngomong - ngomong kayaknya loe emang lebih bagusan kalau pake pakaian kaos aja deh. Sekarang gue jadi maklum kenapa koleksi loe juga kaos semua," kata Zafran yang lebih mirip jika di sebut gumaman.
Walau masih kesel tak urung Kazua mengangguk membenarkan. Sepertinya kali ini ia akan setuju pada Zafran. Sejak dulu ia memang suka dengan pakaian berbahan kaos. Selain terkesan nyantai juga nyaman di pakai. Terlebih dulu ia juga sangat suka berolah raga. Tepatnya bermain bulu tangkis. Sayangnya sekarang sudah tidak lagi. Demi merubah penampilan menjadi lebih cewek, ia memutuskan untuk berhenti.
"Terus, sekarang menurut loe gue harus gimana?" sepertinya ini adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Kazua setelah sebelumnya hanya merupakan dialog satu babak dari Zafran.
"Emp..." Zafran pasang pose berpikir. "Untuk pakaian kayaknya kita skip aja deh."
"Ha?" Kazua mangap. Apa maksutnya coba.
"Karena menurut gue, loe lebih cocok pake kaos. Kayaknya loe mendingan pake itu aja. Cuma ntar kita cari model model lainnya. Jangan terlalu simple tapi juga nggak boleh norak," terang Zafran lagi.
"Jadi untuk selanjutnya kita langsung lanjut kedandanan loe aja deh."
"Emang loe bisa dandani orang?" tanya Kazua dengan tatapan sok di sipit - sipitkan.
"Please deh ya. Nggak usah menganggap remeh gue. Biar cowok gini, keahlian gue masih berada jauh diatas loe."
Kazua tidak membalas, hanya dari rautnya aja jelas terlihat meremehkan sekaligus tidak percaya.
"Dan karena sekarang hujan, kita lanjut besok aja. Soalnya gue nggak punya koleksi make up."
Lagi - lagi Kazua hanya membalas dengan anggukan. Kepalanya menoleh kearah jendela kaca di samping. Benar saja, hujan masih turun dengan derasnya. Mungkin sekarang memang sudah musimnya. Terbukti dengan status facebook yang berseliveran di berandanya selalu di penuhi dengan satu tema yang sama. "Semua tentang hujan".
"Oh ya Zaf, loe di rumah sendirian?" tanya Kazua setelah beberapa saat keduanya terdiam. Sibuk tengelam dalam pikirannya masing - masing.
"Yoa."
"Nyokap bokap loe?" tanya Kazua lagi.
"Nggak disini."
Kazua mengernyit. Jawaban macam apa itu?
"Sebenernya kenapa sih loe niat banget buat nyari pacar?" Zafran gantian bertanya.
Kazua hanya angkat bahu. Dalam diam disesapnya hot chokolate yang masih menebarkan uap panas. "Gue kan udah bilang kemaren. Gue pengen nikmatin masa muda gue."
"Gue nggak tau kacamata apa yang loe pake, tapi yang jelas 'pacaran' itu nggak seindah itu."
Kazua menghela nafas. Kepalanya menoleh kearah Zafran yang ternyata justru malah sedang mengalihkan pandangan kearah hujan.
"Zafran, sebenernya dari kemaren dulu gue penasaran banget tau nggak sih," kata Kazua membuat Zafran menoleh kearahnya. Terlebih gadis itu menunjukan ekspresi penasaran. "Loe pernah punya kenangan buruk apa sih sama pacaran?"
"Ha?" Zafran mengernyit.
"Serius deh. Orang bego juga tau kalau kayaknya loe nangepi sinis banget sama kasus gue. Loe pasti pernah patah hati ya kan?" tanya Kazua menyelidik.
Zafran tidak lantas menjawab, matanya menatap lurus kearah Kazua. Tapi seolah menantang gadis itu balas menatap sampai akhirnya Zafran mengalah dan memilih mengalihkan tatapannya kearah luar melewati jendela. Membuat Kazua melakukan hal yang sama. Dan gadis itu hanya mampu bergumam lirih.
"Sepertinya kali ini gue juga akan bikin status facebook tentang hujan."
Next to Kazua mencari cinta part 10
Detail Cerpen
Karena cerpennya udah kelamaan jadi mungkin banyak yang rada lupa, sama dink kayak adminya. Malah untuk bisa lanjutin lagi bela belain baca bagian sebelumnya biar inget ni cerita mau di bawa kemana. #hadeeeee. So, buat yang lupa mungkin ada baiknya baca dulu bagian sebelumnya disini.
Kazua Mencari Cinta |
Kening Zafran sedikit berkerut ketika melihat tatapan kazua yang menatapnya ragu - ragu. Ada apa dengan gadis itu?
"Hufh," terlebih dahulu menghela nafas, Zafran melangkah mendekat. "Kita sudah terlalu banyak bicara, sekarang loe coba baju ini."
"Ya?" gantian Kazua yang terkejut. Lebih terkejut lagi ketika Zafran tiba - tiba menyodorkan baju kearahnya.
Tak memberi kesempatan untuk terkejut lebih lama lagi, Zafran segera mendorong tubuh Kazua kearah ruang ganti. Setelah memastikan gadis itu bisa melewati pintu masuk, tangan Zafran langsung terulur untuk menutup pintu. Tapi belum sempat hal itu terlaksana, tangan Kazua sudah terlebih dahulu menahannya. Lengkap dengan tatapan protes.
"Selain cewek paling aneh, gue yakin loe juga murid paling ngeyel di jagad raya ini. Sekarang, buruan pake."
Itu bukan kalimat permintaan, tapi jelas perintah. Membuat Kazua terdiam. Apa ia harus mengurungkan niatnya untuk membatalkan perjanjian mereka?
"Atau jangan - jangan loe butuh gue untuk gantiin baju loe. Oke deh, gue juga nggak keberatan," sambung Zafran sambil berjalan mendekat. Refleks, tangan Kazua langsung mendorong tubuh Zafran menjauh. Tanpa peringatan ia langsung menutup pintu ruangan ganti tersebut. Ehem, membanting lebih tepapnya. Dengan kesel ia menganti baju yang ia kenakan dengan pakaian yang Zafran pilihkan untuknya. Sementar di luar, Zafran hanya tersenyum sambil mengalihkan perhatian kearah aneka model baju yang lain.
"Oke, gimana menurut loe?"
Zafran segera menoleh keasal suara. Matanya langsung tertuju kearah Kazua yang kini berdiri tepat di hadapannya.
"Jelek."
Bagai di komando, Kazua dan Zafran segera menoleh kearah asal suara. Tiga orang karyawan butik itu entah sejak kapan kini berada disamping mereka dengan tatapan kompak menatap kearah Kazua dengan kepala yang mengeleng pelan. Zafran ikut mengangguk setuju, semantara Kazua dengan kesel segera berbalik untuk segera kembali menganti bajunya. Ia tidak menyangka bakal memiliki 'juri' lebih dari satu. Benar - benar memalukan. Tapi ngomong - ngomong, boleh nggak sih seorang penjual malah memberikan komentar negativ untuk calon pembeli atas produk mereka sendiri.
"Tunggu dulu, loe coba yang ini," perintah Zafran sebelum Kazua sempat menutup rapat pintunya. Walau masih kesel, tak urung Kazua manut. Lagipula sepertinya ia juga sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk mengelak.
Namun ternyata, semuanya tidak lantas berhenti di situ. Untuk kesekian kalinya, Kazua kembali mendapatkan gelengan kepala atas pakaian - pakaian yang ia coba. Membuatnya semakin merasa kesel. Emangnya untuk memilih jenis pakaian harus seribet itu ya?
"Sumpah ya, gue frustrasi liat loe."
Kazua melongo ketika mendengar kalimat santai itu keluar dari mulut Zafran saat ia muncul dengan gaun baru untuk kesekian kalinya. Tunggu dulu, kalimat itu bukannya kebalik ya? Harusnya kan dia yang nomong gitu. Secara yang dari tadi harus 'bongkar pasang' kan dia. Zafran mah enak, cuma tinggal tunjuk sama geleng-geleng kepala doank.
"Jadi maksut loe?" tanya Kazua lagi.
"Udah deh, ganti aja tu baju. Lain kali aja kita nyari lagi," selesai berkata Zafran bangkit berdiri. Kemudian segera berlalu meninggalkan Kazua dengan tanpang cengonya.
Setelah kembali mengenakan pakaian asalnya, Kazua melangkah keluar dengan perasaan donkol. Niatnya sudah bulat untuk memaki Zafran saat itu juga. Namun, begitu ia muncul dan berhadapan langsung dengan pria itu, mulutnya seolah terkunci. Bahkan amarahnya sedari tadi langsung buyar entah kemana di gantikan rasa malu yang tiba - tiba mampir. Terlebih dengan tatapan menyipit ala meremehkan dari si Zafran. Lengkap dengan ketiga cewek penjaga butik tersebut. Membuat Kazua benar - benar berharap agar bumi menelannya saat itu juga. Memang penampilannya sedari tadi itu seburuk apa sih? Akhirnya dengan kepala menunduk ia melangkah keluar.
Tanpa kata keduanya kembali melaju di jalanan. Bahkan Kazua sama sekali tidak perlu repot - repot untuk menanyakan mereka akan kemana. Sampai tau tau, langit yang tiba - tiba cerah mendadak berubah berawan. Sebelum Kazua sempat menyadari apa yang akan terjadi, hujan pun turun dengan derasnya. Tanpa di komado, Zafran pun menambah kecepatan. Tak tau sejak kapan di mulai, Kazua yang takut jatuh segera melingkarkan tangannya di pinggang pria itu.
Begitu Zafran menghentikan motornya, dengan cepat Kazua melepaskan diri. Segera turun dan berlari kearah beranda rumah. Matanya menoleh kesekeliling, sibuk menebak dimana mereka sekarang. Dilihat dari bentuk rumahnya sih sepertinya pemiliknya adalah orang berada.
"Ayo masuk. Diluar dingin tau."
Kazua menoleh, baru sadar kalau kini Zafran sudah membukakan pintu. Melihat itu mau tak mau, Kazua mengerutkan kening samar. Sebelum ia sempat bertanya, pria itu sudah terlebih dahulu melangkah masuk. Meninggalkan dirinya yang sempat beradu argumen sendiri. Antara ikut masuk, atau tetap berada di luar. Akhirnya walau masih ragu dengan berlahan ia masuk kedalam. Matanya kembali mengamati sekeliling. Sepi, bahkan Zafran sama sekali tidak terlihat keberadaannya.
"Keringin dulu gih, ntar loe sakit."
Refleks tangan Kazua terangkat meraih lemparan handuk dari Zafran yang tiba - tiba muncul dari kamarnya.
"Ini rumah loe?" akhirnya Kazua memberanikan diri bertanya.
"Iya," balas Zafran singkat.
Kazua hanya mengangguk - angguk sebelum kemudian menatap Zafran heran karena pria itu tak mengalihkan pandangan dari dirinya. Membuatnya merasa aneh sendiri. Dan lagi lagi, ia tidak sempat bertanya karena Zafran sudah kembali balik kanan masuk kedalam kamarnya. Kazua yang tidak tau harus ngapain memilih duduk diatas kursi. Untunglah tadi ia di bonceng oleh Zafran sehingga celananya tidak terlalu basah. Hanya bajunya saja yang lumayan lembab. Membuatnya tak perlu terlalu khawati memikirkan kondisi sofa itu nantinya.
"Loe pake ini aja. Karena gue satu satunya anak cowok di rumah ini, jadi gue nggak punya pakaian cewek. Dan gue nggak yakin loe mau pake pakaian nyokap gue."
Kazua kembali mengalihkan perhatiannya kearah Zafran yang kini berada di dekatnya sembari menyodorkan sebuah baju yang terlipat rapi di tangan. Merasa ragu, Kazua hanya menatapnya tanpa berkedip.
"Dia malah bengong," gumam Zafran lirih. "Buruan. Loe bisa ganti baju di kamar gue. Secara terus terang aja ya, penampilan loe saat ini nggak enak untuk di pandang."
Sebelah alis Kazua terangkat, sebelum kemudian mengalihkan perhatian kearah dirinya sendiri. Astaga, pakaian yang ia kenakan berbahan tipis dan saat ini telah basah. Saat ia menoleh kearah Zafran, pria itu hanya angkat bahu sembari mengoyankan tangannya kearah Kaos yang ia ulurkan. Tanpa komentar apa - apa, Kazua segera menyambar kaos tersebut dan berlari masuk kekamar yang di tunjuk. Memalukan.
Dengan malu - malu Kazua melangkah keluar dari kamar. Untuk kedua kalinya dalam satu hari ini ia berharap bumi benar benar akan menelannya segera. Namun saat ia sampai di ruang tamu, masih sepi. Tidak terlihat wujud keberadaan Zafran disana.
"Loe suka hot chocolate kan? Biasanya sih cewek suka. Terlebih di cuaca dingin gini," kata Zafran sambil melangkah mendekat dengan sebuah gelas masing masing di tangannya. Yang satu ia sodorkan kearah Kazua sementara yang satunya ia nikmati sendiri. Dari asap yang mengebul juga aroma yang Kazua tangkap, sepertinya itu memang hot chocolate.
"Loe kenapa diem sembari nunduk terus gitu. Malu ya?"
Kazua hanya melemparkan tatapan menyipit dengan mulut yang cemberut. Jelas merasa kesel. Ni orang bisa lebih terus terang lagi nggak sih? Lagian emangnya harus ya memperjelas sesuatu yang sudah jelas?.
"Ha ha ha. Tenang aja, gue nggak nganggep loe cewek kok."
Mendengar itu Kazua langsung menoleh. Tatapan tajam langsung ia lemparkan kearah Zafran yang masih tertawa.
"Dalam artian seserorang yang bisa gue taksir," sambung pria itu lagi.
Seolah ditampar, Kazua kembali cemberut. Itu kan kalimatnya dia. Enak aja ni cowok satu main kopi paste sembarangan. Tanpa kredit lagi. Nggak bisa lebih kreatif dikit apa?
"Tapi ngomong - ngomong kayaknya loe emang lebih bagusan kalau pake pakaian kaos aja deh. Sekarang gue jadi maklum kenapa koleksi loe juga kaos semua," kata Zafran yang lebih mirip jika di sebut gumaman.
Walau masih kesel tak urung Kazua mengangguk membenarkan. Sepertinya kali ini ia akan setuju pada Zafran. Sejak dulu ia memang suka dengan pakaian berbahan kaos. Selain terkesan nyantai juga nyaman di pakai. Terlebih dulu ia juga sangat suka berolah raga. Tepatnya bermain bulu tangkis. Sayangnya sekarang sudah tidak lagi. Demi merubah penampilan menjadi lebih cewek, ia memutuskan untuk berhenti.
"Terus, sekarang menurut loe gue harus gimana?" sepertinya ini adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Kazua setelah sebelumnya hanya merupakan dialog satu babak dari Zafran.
"Emp..." Zafran pasang pose berpikir. "Untuk pakaian kayaknya kita skip aja deh."
"Ha?" Kazua mangap. Apa maksutnya coba.
"Karena menurut gue, loe lebih cocok pake kaos. Kayaknya loe mendingan pake itu aja. Cuma ntar kita cari model model lainnya. Jangan terlalu simple tapi juga nggak boleh norak," terang Zafran lagi.
"Jadi untuk selanjutnya kita langsung lanjut kedandanan loe aja deh."
"Emang loe bisa dandani orang?" tanya Kazua dengan tatapan sok di sipit - sipitkan.
"Please deh ya. Nggak usah menganggap remeh gue. Biar cowok gini, keahlian gue masih berada jauh diatas loe."
Kazua tidak membalas, hanya dari rautnya aja jelas terlihat meremehkan sekaligus tidak percaya.
"Dan karena sekarang hujan, kita lanjut besok aja. Soalnya gue nggak punya koleksi make up."
Lagi - lagi Kazua hanya membalas dengan anggukan. Kepalanya menoleh kearah jendela kaca di samping. Benar saja, hujan masih turun dengan derasnya. Mungkin sekarang memang sudah musimnya. Terbukti dengan status facebook yang berseliveran di berandanya selalu di penuhi dengan satu tema yang sama. "Semua tentang hujan".
"Oh ya Zaf, loe di rumah sendirian?" tanya Kazua setelah beberapa saat keduanya terdiam. Sibuk tengelam dalam pikirannya masing - masing.
"Yoa."
"Nyokap bokap loe?" tanya Kazua lagi.
"Nggak disini."
Kazua mengernyit. Jawaban macam apa itu?
"Sebenernya kenapa sih loe niat banget buat nyari pacar?" Zafran gantian bertanya.
Kazua hanya angkat bahu. Dalam diam disesapnya hot chokolate yang masih menebarkan uap panas. "Gue kan udah bilang kemaren. Gue pengen nikmatin masa muda gue."
"Gue nggak tau kacamata apa yang loe pake, tapi yang jelas 'pacaran' itu nggak seindah itu."
Kazua menghela nafas. Kepalanya menoleh kearah Zafran yang ternyata justru malah sedang mengalihkan pandangan kearah hujan.
"Zafran, sebenernya dari kemaren dulu gue penasaran banget tau nggak sih," kata Kazua membuat Zafran menoleh kearahnya. Terlebih gadis itu menunjukan ekspresi penasaran. "Loe pernah punya kenangan buruk apa sih sama pacaran?"
"Ha?" Zafran mengernyit.
"Serius deh. Orang bego juga tau kalau kayaknya loe nangepi sinis banget sama kasus gue. Loe pasti pernah patah hati ya kan?" tanya Kazua menyelidik.
Zafran tidak lantas menjawab, matanya menatap lurus kearah Kazua. Tapi seolah menantang gadis itu balas menatap sampai akhirnya Zafran mengalah dan memilih mengalihkan tatapannya kearah luar melewati jendela. Membuat Kazua melakukan hal yang sama. Dan gadis itu hanya mampu bergumam lirih.
"Sepertinya kali ini gue juga akan bikin status facebook tentang hujan."
Next to Kazua mencari cinta part 10
Detail Cerpen
- Judul Cerbung : Kazua Mencari Cinta
- Penulis : Ana Merya
- Twitter : @ana_merya
- Status : Complete
- Jumlah Part : 09 ~ 22
- Jumlah Kata : 1.690 Words
- Genre : Remaja, Continue
Post a Comment for "Novel Online "Kazua Mencari Cinta" ~ 09 / 22"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...