Cerpen Terbaru "Cintaku Harus Kamu?!"
Oke guys, mumpung semangat nulis lagi balik, admin muncul lagi. Moga aja semangatnya lanjut terus biar ni blog nggak terbengkalai lagi. Masih inget cerpen serial 'wrong couple' yang admin tulis dulu? Itu lho "cerpen Cintaku nyasar di kamu'. Nah, kayak yang admin bilang sebelumnya. Kalau admin rencananya mau jadiin cerpen tersebut dengan versi lanjutannya. Yups, dan akhirnya jadilah "cerpen Cintaku harus kamu?!". Nggak janji sih kalau cerpen ini bakal ada lanjutannya juga, cuma kalau ada ide lagi pasti admin tulis. Penasaran? Ayo kita kemon simak ke bawah....
"Vero, loe bunuh gue aja deh sekarang?"
"Ha?" Vero yang sedang asik menikmati keripik kentang yang ia beli tadi kini menoleh. Kebetulan kelas sedang kosong karena pergantian jam pelajaran. Tapi sepertinya guru matematikanya sedikit terlambat. Terbukti setelah lima menit sejak bel terdengar, ia masih belum nongol. Makanya sambil nunggu mendingan ngemil, dari pada ngegalau nggak jelas kayak Trisma.
"Kayaknya gue beneran udah nggak sanggup lagi deh."
"Loe ngomong atau kumur kumur sih? Gue nggak ngerti," kata Vero sambil mengelap tangannya yang belepotan bumbu kripik menggunakan tisu.
"Loe tau nggak sih," kata Trisma sambil menghadap kearah Vero. Yang di tanya hanya mengeleng karena ia memang tidak tau. "Ntar siang SMA kita ada tanding bola kaki. Ya ampun, masa gue harus ikut lagi. Bisa gila gue lama lama."
Kali ini Vero tidak langsung bereaksi. Ia sibuk mencerna ucapan sahabatnya yang memang masih tanpa ujung pangkal. Sejak kapan tanding bola bisa bikin gila? Oke, baiklah. Kita bahas satu persatu, pertama Trisma terlihat galau. Itu udah biasa terhitung sejak dua minggu yang lalu. Tepatnya sejak kasus tu cewek salah nembak Riawan, anak kelas 2 F. Idola sekolah yang di incer oleh banyak gadis. Pinter main bola walau sedikit songong yang ntah dengan pertimbangan apa mau maunya jadian sama temennya yang aneh. Kedua, ada pertandingan bola. Bola....? Kalau yang namanya tanding bola di sekolah pasti nggak akan juah jauh dari kasus Riawan yang memang anggota kesebelasan. Sepertinya Vero mulai mengerti. Dan mengenai 'lagi', akh ia tau. Pasti itu maksutnya adalah Trisma harus nonton Riawan main bola. Ha ha ha, wajar aja tu anak kelimpungan. Doi kan anti banget sama nonton bola. Dulu aja bela belain nonton cuma untuk melihat kak Farhan, senior mereka yang sudah lama di taksir Trisma. Sayangnya giliran di tembak malah, Riawan yang kena ( Read : Cintaku nyasar di kamu ) yang notabenenya adalah sahabat dekat Farhan.
"Jadi maksutnya loe harus nonton Riawan main bola. Nggak papa dink. Seru tau, gue aja yang nggak di suruh pasti nonton."
"Masih mending kalau gue cuma di suruh nonton. Loe bayangin aja, kalau nanti dia cape, terus keringetan, gue harus bawain dia handuk buat ngelap kringetnya dia. Ih itu kan bau. Kalau dia haus, gue harus siaga nyodorin air. Belom lagi giliran Gol, gue harus teriak teriak."
"Lah itu kan wajar. Secara loe kan pacarnya dia. Kesannya romantis. Sweet sweet..."
"Romantis pala loe peang. Lama lama loe juga nih yang gue bunuh. Ini semua kan gara gara loe. Kalau bukan karena loe yang salah ngasi nomor. Eh enggak dink, sebelum itu malah. Kan elo yang ngasi ide buat gue nembak kak Farhan. Gue nggak akan menderita kayak gini. Tiap hari harus bikin dua bekel untuk dia sama gue. Harus selalu nemenin makan siang. Kemana mana harus lapor. Belum lagi gue sama sekali nggak punya kesempatan lagi buat mantengin kak Farhan. Kurang menderita apa lagi coba????"
"Ya ampun, sori Trisma. Kan gue udah puluhan kali bilang. Gue nggak sengaja. Gue dapatin nomor itu dari Adira, temen sekelasnya kak Farhan, dia sepupu gue. Waktu itu Kak Farhan sms nanyain tugas. Mana gue tau kalau ternyata itu nomornya Riawan yang ia pinjem."
"Tetep aja itu salah loe. Dan parahnya justru gue yang menderita."
"Ayolah, gue nggak ngerasa kalau loe se-men-derita itu. Liat sisi baiknya juga donk. Riawan itu terkenal. Loe beruntung bisa dapatin idola yang di incer orang orang justu malah lengketnya di elo. Kedua, loe nggak perlu naik bus lagi. Pulang pergi udah di antar jemput dia. Malam minggu gak ada istilah kelabu, Riawan ngajak jalan terus kan? Belum lagi berkat loe deket sama Riawan loa jadi bisa ngobrol bareng kak Farhan. Itu masih lebih baik dari pada loe cuma bisa mantengin dia dari jauh. Yah walaupun di bawah pengawasannya Riawan sih. Terus juga..... "
"Please deh Vero, loe itu temen gue apa bukan sih?"
"Karena loe temen gue makannya gue suruh loe berlajar bersyukur."
"Kenapa nggak sekalian aja loe yang pacaran sana?"
"Lah, kenapa nggak loa aja yang minta putus sama dia?"
Trisma terdiam walau dalam hati mengerutu nggak jelas. Kadang melawan Vero emang nggak ada gunanya. Tu cewek bisa aja ngeles. Belum lagi kalau di pikir - pikir dia ada benarnya juga.
Putus dengan Riawan jelas bukan ide yang buruk. Secara dengan begitu, bisa di pastikan ia akan bebas dari siksaan yang selama ini di rasakan. Cuma masalahnya nggak sesederhana itu. Minta putus dengan Riawan tidak semudah dan sesederhana seperti saat ia minta jadian. Nggak tau kenapa, Trisma ngerasa kalau Riawan protektif banget pada dirinya.
Misalnya, kalau pas makan siang. Walau udah jelas jelas bawa bekal, mereka tetap memutuskan makan di kantin sekolah. Trisma di suruh nemenin tapi duduknya disudut sementara Riawan tepat di sampingnya. Nggak boleh deket teman temannya dia ntar ada yang naksir. Oke, itu bukan protektif tapi ngaco. Kalau semudah itu ia naksir sama orang mana mungkin sampe sekarang ia masih jomblo. Ralat, sebelum jadian sama Riawan maksutnya.
Dan lagi, Riawan itu walau keren tapi nyeremin. Trisma sering lihat Riawan ngusir cewek yang berusaha dekat dengan dirinya dengan seenaknya. Bahkan nggak ada yang berani sama sekali usil pada Trisma, padahal ia tau kalau banyak yang nggak suka ia jadian dengan Riawan. Mana hebohnya dia yang nembak lagi. Ck, ngeneskan?
Apalagi kalau.... Lamunan Trisma buyar seiring dengan kemunculan Pak Renold di muka kelas. Sepertinya pelajaran selanjutnya siap di mulai. Walau begitu, tekad Trisma telah bulat. Apapun resikonya ia akan memutuskan Riawan hari ini juga. Titik.
Alhasil, selama pelajaran berlangsung, Trisma menghabiskan wakutnya hanya untuk berpikir tentang bagaimana cara ia meminta putus dari Riawan. Bahkan hingga bel istirahat terdengar ia masih belum menemukan cara yang paling pas. Tak ingin mengambil resiko, gadis itu segera mengemasi barang barangnya. Mungkin sebaiknya ia ngumpet dulu sembari nyari ide sebelum Riawan muncul seperti biasanya untuk mengajaknya makan bareng.
Sayangnya ia kalah cepat karena tau tau Riawan sudah berdiri di ambang pintu mengantikan bayangan pak Renol yang baru saja keluar beberapa detik yang lalu. Melihat makhluk itu, tanpa di komando semangat Trisma langsung lenyap entah kemana.
"Halo honey, udah selesaikan. Kita makan bareng yuk."
Sapaan yang meluncur dari mulut Riawan benar benar membuat Trisma berharap bisa menengelamkan dirinya di samudra hidia. Tu cowok satu emang keren sih, terkenal juga. Tapi giliran lebay dan alai nya juga nggak ketulungan. Sama nggak punya malu juga. Bisa bisanya nyapa dengan kalimat norak pake teriak segala. Bahkan sepertinya ia juga masa bodo dengan tatapan orang orang sekitar yang kini sedang menatap kearah dirinya.
"Yah dia bengong. Gue udah cape cape nyamperin ke sini juga. Ayo buruan," ajak Riawan lagi. Kali ini dengan santai di raihnya tangan Trisma untuk bangkit berdiri. Mengajaknya untuk segera beranjak ke arah kantin.
"Idih, lepasin gue donk. Masa gandengan gini. Udah kayak bapak bapak takut kehilangan anaknya tau. Malu di liatin anak anak yang lain," kata Trisma risi sambil berusaha melepaskan gengaman Riawan yang memang sedari tadi nggak di lepas.
"Bapak bapak? Elu katrok banget sih. Ini tuh namanya romantis. Orang pacaran biasa gandengan tangan. Lagian biarin aja di liatin, itu tandanya mereka iri."
"Iri? Ih nggak banget. Romantis apanya coba. Yang ada gue itu malu. Lagian ni ya...."
"Ssstt... Berisik. Gue cium juga nih lama lama."
Cep. Mulut Trisma langsung mingkem serapat rapatnya. Bahkan sebelah tanganya yang bebas juga secara relfeks ia gunakan untuk menutup mulut. Di cium sama Riawan? Ih, amit amit.
Melihat sikap pacarnya yang dikira lebay, Riawan tak mampu menahan tawanya. Terlebih ia kan tadi hanya bercanda. Yang benar saja nyium Trisma di koridor sekolah. Yang ada kepalanya bakal di gorok sama guru BP.
"Loe masakin gue bekel untuk makan siang, tapi elonya sendiri malah nggak bawa. Gimana sih," kata Riawan sambil membuka kotak makanannya sementara Trisma seperti biasa duduk tepat di sampingnya. Sekilas gadis itu melihat kekanan dan ke kiri. Tumben banget mereka cuma makan berdua, biasanya juga temen temennya si Riawan ikut nimbrung. Termasuk kak Farhan pastinya. Dan kalau di pikir sepertinya Vero bener juga. Sejak jadian dengan Riawan, ia jadi bisa ngobrol bareng kak Farhan. Walau cuma say hallo sih. Tapi tetep itu lebih baik dari pada hanya mengamati dari kejauhan.
"Atau jangan jangan loe sengaja. Biar kita bisa makan berdua. Ya sudah, ayo sini buka mulut. Gue suapin. Aa..."
Tawaran yang keluar dari mulut Riawan benar benar membuat Trisma napsu banget untuk menimpuk kepala pria itu pake botol kecap di depannya. Tapi karena rasa takutnya lebih besar, gadis itu tetap terdiam. Ia bahkan hanya mampu melemparkan tatapan menyipit yang jelas tidak mempan.
"Ha ha ha," melihat raut kesel Trisma, lagi lagi Riawan tertawa. Terus terang menggoda gadis yang satu itu adalah hobby barunya. Kalau melihat dari sikapnya selama ini, sejujurnya Riawan masih tidak percaya kalau Trisma menyukainya. Bahkan nekat menembak dirinya duluan. Yah walaupun begitu ia sama sekali tidak menyesal. Kalau boleh jujur ia malah merasa senang. Lagi pula....
"Tumben loe ngajakin gue makan sendirian. Temen temen loe mana?" tanya Trisma tiba tiba.
"Ngapain loe nanyain temen temen gue. Yang loe suka kan gue," kata Riawan sambil pasang tampang sok kesel.
"Sembarangan, kapan juga gue pernah bilang kalau gue suka sama loe," bantah Trisma nyolot.
"Lah, dia pura pura lupa. Terus yang kemaren nelpon gue, bilang suka, ngajak jadian dengan seenaknya siapa? Hantu?"
"Itu memang gue, tapi..."
"Tuh kan. Loe ngaku," potong Riawan bangga. "Secara siapa sih yang nggak akan terpesona sama gue. Udah cakep, baik, tinggi, keren, terkenal, baik lagi. Eh, baik udah ya," gumam pria itu sambil berpikir. "Yah, pokoknya gue maklum sih kalau sampai elo terpesona sama gue. Cewek manapun pasti bakal gitu juga. Lagian..."
"Gue nggak pernah suka sama loe!" bentak Trisma gondok dengerin celotehan Riawan tentang dirinya sendiri.
"Nggak usah malu malu gitu deh. Udah gue terima juga," cibir Riawan sambil dengan santai menyuapkan makanan kedalam mulutnya. Ngomong ngomong selain lucu, Tiara juga jago masak. Cewek itu sendiri yang bilang kalau bekal yang ia bawa adalah hasil masakannya. Makanya Riawan dengan suka rela menambahkan nilai plus pada gadis itu. "Loe itu udah jelas suka sama gue, makanya loe nembak gue duluan. Dan lagi..."
"Gue nembak loe bukan karena gue suka sama loe, tapi karena gue salah orang!" treak Trisma gedeg.
Dan kemudian....
Hening!
Hening yang benar benar hening....
Tak hanya Riawan yang diam terpaku menatapnya dengan sendok yang masih mengudara tepat di depan mulutnya, tapi juga seisi kantin. Pasalnya Trisma ngomong udah kayak mau ngasi pengumuman di lapangan. Pake treak segala.
Melihat tatapan tajam Riawan padanya, Trisma segera menyadari kesalahan yang telah ia lakukan. Baiklah, ia memang berniat untuk memberi tahu Riawan mengenai hal itu. Tapi sumpah, bukan kayak gini caranya.
"Loe nembak gue karena loe salah orang?" pertanyaan Riawan memang lirih tapi ternyata itu mampu membuat sekujur tubuh Trisma merinding. Pasalnya selama hampir dua minggu ini ia jadian dengan Riawan, pria itu tidak pernah menatapnya seperti itu. Persis seperti orang yang sangat..... marah?
Udah terlanjur basah, Trisma mengangguk membenarkan. "Iya, jadi itu rencananya gue mau nembak orang yang gue suka, eh taunya Vero salah kasi nomor dan ternyata itu nomornya elo. Jadi..."
"Jadi loe berani suka sama cowok lain selain gue?"
"Ekh?" Trisma bingung. Ni pembicaraan mau di bawa kemana sih? Lah, emangnya ada peraturan yang ngelarang buat suka sama orang. Pertanyaan Riawan sepertinya salah redaksi.
"Denger ya. Gue nggak perduli yang elo suka itu siapa. Tapi karena yang loe tembak itu gue, maka loe jelas adalah pacar gue. Dan jangan harap loe bakal gue putusin," selesai berkata, Riawan bangkit berdiri. Berlalu meninggalkan Trisma yang masih bengong sendiri.
"Dan satu lagi,"
Trisma hanya mampu menelan ludah ketika melihat entah sejak kapan tau tau Riawan sudah balik lagi. Bahkan kini wajahnya hanya berjarak kurang dari 10 cm tepat dihadapannya karena pria itu memang sengaja mencondongkan tubuhnya.
"Pastikan gue nggak tau dia siapa, atau dia gue habisin."
Trisma tidak pernah menduga kalau sebuah bisikan mampu membuat sekujur tubuhnya merinding. Bahkan setelah Riawan hilang dari pandangan, tubuhnya masih terasa kaku tak mampu bergerak.
Tunggu dulu. Endingnya harusnya nggak kayak gini. Harusnya itu, dia ngasih tau Riawan kalau dia salah orang. Kemudian, Riawan akan ngerti. Baiklah, mungkin sedikit marah nggak papa. Tapi kemudian tu cowok ngajak ia putus dan ia bisa deket lagi sama kak Farhan. Syukur sukur mereka bisa jadian dan kemudian hidup bahagia selamanya.
Iya... Harusnya begitu....
Tapi kenapa jadinya malah kayak gini?????!!!!
Ending dalam serial wrong couple versi kedua. Ha ha ha....
Tau nih, adminnya lagi kurang kerjaan ngetik beginian. Tapi yah dari pada blognya di biarin terbengkalai mendingan juga di isi sama serial serial ngaco nggak papa lah.
So, sampai bertemu dalam postingan selanjutnya...
Bye bye...
Detail Cerpen
Cintaku harus kamu |
"Vero, loe bunuh gue aja deh sekarang?"
"Ha?" Vero yang sedang asik menikmati keripik kentang yang ia beli tadi kini menoleh. Kebetulan kelas sedang kosong karena pergantian jam pelajaran. Tapi sepertinya guru matematikanya sedikit terlambat. Terbukti setelah lima menit sejak bel terdengar, ia masih belum nongol. Makanya sambil nunggu mendingan ngemil, dari pada ngegalau nggak jelas kayak Trisma.
"Kayaknya gue beneran udah nggak sanggup lagi deh."
"Loe ngomong atau kumur kumur sih? Gue nggak ngerti," kata Vero sambil mengelap tangannya yang belepotan bumbu kripik menggunakan tisu.
"Loe tau nggak sih," kata Trisma sambil menghadap kearah Vero. Yang di tanya hanya mengeleng karena ia memang tidak tau. "Ntar siang SMA kita ada tanding bola kaki. Ya ampun, masa gue harus ikut lagi. Bisa gila gue lama lama."
Kali ini Vero tidak langsung bereaksi. Ia sibuk mencerna ucapan sahabatnya yang memang masih tanpa ujung pangkal. Sejak kapan tanding bola bisa bikin gila? Oke, baiklah. Kita bahas satu persatu, pertama Trisma terlihat galau. Itu udah biasa terhitung sejak dua minggu yang lalu. Tepatnya sejak kasus tu cewek salah nembak Riawan, anak kelas 2 F. Idola sekolah yang di incer oleh banyak gadis. Pinter main bola walau sedikit songong yang ntah dengan pertimbangan apa mau maunya jadian sama temennya yang aneh. Kedua, ada pertandingan bola. Bola....? Kalau yang namanya tanding bola di sekolah pasti nggak akan juah jauh dari kasus Riawan yang memang anggota kesebelasan. Sepertinya Vero mulai mengerti. Dan mengenai 'lagi', akh ia tau. Pasti itu maksutnya adalah Trisma harus nonton Riawan main bola. Ha ha ha, wajar aja tu anak kelimpungan. Doi kan anti banget sama nonton bola. Dulu aja bela belain nonton cuma untuk melihat kak Farhan, senior mereka yang sudah lama di taksir Trisma. Sayangnya giliran di tembak malah, Riawan yang kena ( Read : Cintaku nyasar di kamu ) yang notabenenya adalah sahabat dekat Farhan.
"Jadi maksutnya loe harus nonton Riawan main bola. Nggak papa dink. Seru tau, gue aja yang nggak di suruh pasti nonton."
"Masih mending kalau gue cuma di suruh nonton. Loe bayangin aja, kalau nanti dia cape, terus keringetan, gue harus bawain dia handuk buat ngelap kringetnya dia. Ih itu kan bau. Kalau dia haus, gue harus siaga nyodorin air. Belom lagi giliran Gol, gue harus teriak teriak."
"Lah itu kan wajar. Secara loe kan pacarnya dia. Kesannya romantis. Sweet sweet..."
"Romantis pala loe peang. Lama lama loe juga nih yang gue bunuh. Ini semua kan gara gara loe. Kalau bukan karena loe yang salah ngasi nomor. Eh enggak dink, sebelum itu malah. Kan elo yang ngasi ide buat gue nembak kak Farhan. Gue nggak akan menderita kayak gini. Tiap hari harus bikin dua bekel untuk dia sama gue. Harus selalu nemenin makan siang. Kemana mana harus lapor. Belum lagi gue sama sekali nggak punya kesempatan lagi buat mantengin kak Farhan. Kurang menderita apa lagi coba????"
"Ya ampun, sori Trisma. Kan gue udah puluhan kali bilang. Gue nggak sengaja. Gue dapatin nomor itu dari Adira, temen sekelasnya kak Farhan, dia sepupu gue. Waktu itu Kak Farhan sms nanyain tugas. Mana gue tau kalau ternyata itu nomornya Riawan yang ia pinjem."
"Tetep aja itu salah loe. Dan parahnya justru gue yang menderita."
"Ayolah, gue nggak ngerasa kalau loe se-men-derita itu. Liat sisi baiknya juga donk. Riawan itu terkenal. Loe beruntung bisa dapatin idola yang di incer orang orang justu malah lengketnya di elo. Kedua, loe nggak perlu naik bus lagi. Pulang pergi udah di antar jemput dia. Malam minggu gak ada istilah kelabu, Riawan ngajak jalan terus kan? Belum lagi berkat loe deket sama Riawan loa jadi bisa ngobrol bareng kak Farhan. Itu masih lebih baik dari pada loe cuma bisa mantengin dia dari jauh. Yah walaupun di bawah pengawasannya Riawan sih. Terus juga..... "
"Please deh Vero, loe itu temen gue apa bukan sih?"
"Karena loe temen gue makannya gue suruh loe berlajar bersyukur."
"Kenapa nggak sekalian aja loe yang pacaran sana?"
"Lah, kenapa nggak loa aja yang minta putus sama dia?"
Trisma terdiam walau dalam hati mengerutu nggak jelas. Kadang melawan Vero emang nggak ada gunanya. Tu cewek bisa aja ngeles. Belum lagi kalau di pikir - pikir dia ada benarnya juga.
Putus dengan Riawan jelas bukan ide yang buruk. Secara dengan begitu, bisa di pastikan ia akan bebas dari siksaan yang selama ini di rasakan. Cuma masalahnya nggak sesederhana itu. Minta putus dengan Riawan tidak semudah dan sesederhana seperti saat ia minta jadian. Nggak tau kenapa, Trisma ngerasa kalau Riawan protektif banget pada dirinya.
Misalnya, kalau pas makan siang. Walau udah jelas jelas bawa bekal, mereka tetap memutuskan makan di kantin sekolah. Trisma di suruh nemenin tapi duduknya disudut sementara Riawan tepat di sampingnya. Nggak boleh deket teman temannya dia ntar ada yang naksir. Oke, itu bukan protektif tapi ngaco. Kalau semudah itu ia naksir sama orang mana mungkin sampe sekarang ia masih jomblo. Ralat, sebelum jadian sama Riawan maksutnya.
Dan lagi, Riawan itu walau keren tapi nyeremin. Trisma sering lihat Riawan ngusir cewek yang berusaha dekat dengan dirinya dengan seenaknya. Bahkan nggak ada yang berani sama sekali usil pada Trisma, padahal ia tau kalau banyak yang nggak suka ia jadian dengan Riawan. Mana hebohnya dia yang nembak lagi. Ck, ngeneskan?
Apalagi kalau.... Lamunan Trisma buyar seiring dengan kemunculan Pak Renold di muka kelas. Sepertinya pelajaran selanjutnya siap di mulai. Walau begitu, tekad Trisma telah bulat. Apapun resikonya ia akan memutuskan Riawan hari ini juga. Titik.
Alhasil, selama pelajaran berlangsung, Trisma menghabiskan wakutnya hanya untuk berpikir tentang bagaimana cara ia meminta putus dari Riawan. Bahkan hingga bel istirahat terdengar ia masih belum menemukan cara yang paling pas. Tak ingin mengambil resiko, gadis itu segera mengemasi barang barangnya. Mungkin sebaiknya ia ngumpet dulu sembari nyari ide sebelum Riawan muncul seperti biasanya untuk mengajaknya makan bareng.
Sayangnya ia kalah cepat karena tau tau Riawan sudah berdiri di ambang pintu mengantikan bayangan pak Renol yang baru saja keluar beberapa detik yang lalu. Melihat makhluk itu, tanpa di komando semangat Trisma langsung lenyap entah kemana.
"Halo honey, udah selesaikan. Kita makan bareng yuk."
Sapaan yang meluncur dari mulut Riawan benar benar membuat Trisma berharap bisa menengelamkan dirinya di samudra hidia. Tu cowok satu emang keren sih, terkenal juga. Tapi giliran lebay dan alai nya juga nggak ketulungan. Sama nggak punya malu juga. Bisa bisanya nyapa dengan kalimat norak pake teriak segala. Bahkan sepertinya ia juga masa bodo dengan tatapan orang orang sekitar yang kini sedang menatap kearah dirinya.
"Yah dia bengong. Gue udah cape cape nyamperin ke sini juga. Ayo buruan," ajak Riawan lagi. Kali ini dengan santai di raihnya tangan Trisma untuk bangkit berdiri. Mengajaknya untuk segera beranjak ke arah kantin.
"Idih, lepasin gue donk. Masa gandengan gini. Udah kayak bapak bapak takut kehilangan anaknya tau. Malu di liatin anak anak yang lain," kata Trisma risi sambil berusaha melepaskan gengaman Riawan yang memang sedari tadi nggak di lepas.
"Bapak bapak? Elu katrok banget sih. Ini tuh namanya romantis. Orang pacaran biasa gandengan tangan. Lagian biarin aja di liatin, itu tandanya mereka iri."
"Iri? Ih nggak banget. Romantis apanya coba. Yang ada gue itu malu. Lagian ni ya...."
"Ssstt... Berisik. Gue cium juga nih lama lama."
Cep. Mulut Trisma langsung mingkem serapat rapatnya. Bahkan sebelah tanganya yang bebas juga secara relfeks ia gunakan untuk menutup mulut. Di cium sama Riawan? Ih, amit amit.
Melihat sikap pacarnya yang dikira lebay, Riawan tak mampu menahan tawanya. Terlebih ia kan tadi hanya bercanda. Yang benar saja nyium Trisma di koridor sekolah. Yang ada kepalanya bakal di gorok sama guru BP.
"Loe masakin gue bekel untuk makan siang, tapi elonya sendiri malah nggak bawa. Gimana sih," kata Riawan sambil membuka kotak makanannya sementara Trisma seperti biasa duduk tepat di sampingnya. Sekilas gadis itu melihat kekanan dan ke kiri. Tumben banget mereka cuma makan berdua, biasanya juga temen temennya si Riawan ikut nimbrung. Termasuk kak Farhan pastinya. Dan kalau di pikir sepertinya Vero bener juga. Sejak jadian dengan Riawan, ia jadi bisa ngobrol bareng kak Farhan. Walau cuma say hallo sih. Tapi tetep itu lebih baik dari pada hanya mengamati dari kejauhan.
"Atau jangan jangan loe sengaja. Biar kita bisa makan berdua. Ya sudah, ayo sini buka mulut. Gue suapin. Aa..."
Tawaran yang keluar dari mulut Riawan benar benar membuat Trisma napsu banget untuk menimpuk kepala pria itu pake botol kecap di depannya. Tapi karena rasa takutnya lebih besar, gadis itu tetap terdiam. Ia bahkan hanya mampu melemparkan tatapan menyipit yang jelas tidak mempan.
"Ha ha ha," melihat raut kesel Trisma, lagi lagi Riawan tertawa. Terus terang menggoda gadis yang satu itu adalah hobby barunya. Kalau melihat dari sikapnya selama ini, sejujurnya Riawan masih tidak percaya kalau Trisma menyukainya. Bahkan nekat menembak dirinya duluan. Yah walaupun begitu ia sama sekali tidak menyesal. Kalau boleh jujur ia malah merasa senang. Lagi pula....
"Tumben loe ngajakin gue makan sendirian. Temen temen loe mana?" tanya Trisma tiba tiba.
"Ngapain loe nanyain temen temen gue. Yang loe suka kan gue," kata Riawan sambil pasang tampang sok kesel.
"Sembarangan, kapan juga gue pernah bilang kalau gue suka sama loe," bantah Trisma nyolot.
"Lah, dia pura pura lupa. Terus yang kemaren nelpon gue, bilang suka, ngajak jadian dengan seenaknya siapa? Hantu?"
"Itu memang gue, tapi..."
"Tuh kan. Loe ngaku," potong Riawan bangga. "Secara siapa sih yang nggak akan terpesona sama gue. Udah cakep, baik, tinggi, keren, terkenal, baik lagi. Eh, baik udah ya," gumam pria itu sambil berpikir. "Yah, pokoknya gue maklum sih kalau sampai elo terpesona sama gue. Cewek manapun pasti bakal gitu juga. Lagian..."
"Gue nggak pernah suka sama loe!" bentak Trisma gondok dengerin celotehan Riawan tentang dirinya sendiri.
"Nggak usah malu malu gitu deh. Udah gue terima juga," cibir Riawan sambil dengan santai menyuapkan makanan kedalam mulutnya. Ngomong ngomong selain lucu, Tiara juga jago masak. Cewek itu sendiri yang bilang kalau bekal yang ia bawa adalah hasil masakannya. Makanya Riawan dengan suka rela menambahkan nilai plus pada gadis itu. "Loe itu udah jelas suka sama gue, makanya loe nembak gue duluan. Dan lagi..."
"Gue nembak loe bukan karena gue suka sama loe, tapi karena gue salah orang!" treak Trisma gedeg.
Dan kemudian....
Hening!
Hening yang benar benar hening....
Tak hanya Riawan yang diam terpaku menatapnya dengan sendok yang masih mengudara tepat di depan mulutnya, tapi juga seisi kantin. Pasalnya Trisma ngomong udah kayak mau ngasi pengumuman di lapangan. Pake treak segala.
Melihat tatapan tajam Riawan padanya, Trisma segera menyadari kesalahan yang telah ia lakukan. Baiklah, ia memang berniat untuk memberi tahu Riawan mengenai hal itu. Tapi sumpah, bukan kayak gini caranya.
"Loe nembak gue karena loe salah orang?" pertanyaan Riawan memang lirih tapi ternyata itu mampu membuat sekujur tubuh Trisma merinding. Pasalnya selama hampir dua minggu ini ia jadian dengan Riawan, pria itu tidak pernah menatapnya seperti itu. Persis seperti orang yang sangat..... marah?
Udah terlanjur basah, Trisma mengangguk membenarkan. "Iya, jadi itu rencananya gue mau nembak orang yang gue suka, eh taunya Vero salah kasi nomor dan ternyata itu nomornya elo. Jadi..."
"Jadi loe berani suka sama cowok lain selain gue?"
"Ekh?" Trisma bingung. Ni pembicaraan mau di bawa kemana sih? Lah, emangnya ada peraturan yang ngelarang buat suka sama orang. Pertanyaan Riawan sepertinya salah redaksi.
"Denger ya. Gue nggak perduli yang elo suka itu siapa. Tapi karena yang loe tembak itu gue, maka loe jelas adalah pacar gue. Dan jangan harap loe bakal gue putusin," selesai berkata, Riawan bangkit berdiri. Berlalu meninggalkan Trisma yang masih bengong sendiri.
"Dan satu lagi,"
Trisma hanya mampu menelan ludah ketika melihat entah sejak kapan tau tau Riawan sudah balik lagi. Bahkan kini wajahnya hanya berjarak kurang dari 10 cm tepat dihadapannya karena pria itu memang sengaja mencondongkan tubuhnya.
"Pastikan gue nggak tau dia siapa, atau dia gue habisin."
Trisma tidak pernah menduga kalau sebuah bisikan mampu membuat sekujur tubuhnya merinding. Bahkan setelah Riawan hilang dari pandangan, tubuhnya masih terasa kaku tak mampu bergerak.
Tunggu dulu. Endingnya harusnya nggak kayak gini. Harusnya itu, dia ngasih tau Riawan kalau dia salah orang. Kemudian, Riawan akan ngerti. Baiklah, mungkin sedikit marah nggak papa. Tapi kemudian tu cowok ngajak ia putus dan ia bisa deket lagi sama kak Farhan. Syukur sukur mereka bisa jadian dan kemudian hidup bahagia selamanya.
Iya... Harusnya begitu....
Tapi kenapa jadinya malah kayak gini?????!!!!
Ending dalam serial wrong couple versi kedua. Ha ha ha....
Tau nih, adminnya lagi kurang kerjaan ngetik beginian. Tapi yah dari pada blognya di biarin terbengkalai mendingan juga di isi sama serial serial ngaco nggak papa lah.
So, sampai bertemu dalam postingan selanjutnya...
Bye bye...
Detail Cerpen
- Judul Cerpen : Cintaku Harus Kamu?!
- Penulis : Ana Merya
- Serial : Wrong Couple
- Panjang : 2.018 words
- Genre : Remaja
lucu ternyata, hahaa.. ditunggu kelanjutannya
ReplyDeleteHa ha ha, mumpung lagi kurang kerjaan mbak....
DeleteSyip, ntar kalo mau pasti di lanjutin....
hahahahaha XD XD XD XD XD
ReplyDeleteaduh sampe mules bacanya XD XD XD
hmm.. i know how it feels, berasa nonton pilem drama XD XD
semoga dilanjut :D
Haloo mbak siennra. Wah sudah lama tidak saling bertegur sapa nih kayaknya. :D
DeleteIya nih, kebetulan emang pecinta drama. #Ehem.
JAdi ya begitulah.
Lanjutannya kebetulan emang lagi dalam proses... :D
Hha mantap tak terduga kak
ReplyDeletemantapseru kak
ReplyDeletemantap seru kak
ReplyDeleteSeru kak
ReplyDelete