Novel Online "Kazua Mencari Cinta" ~ 21 / 22
Holla hallo felas, ketemu sama admin lagi nih. Hayo yang udah nggak sabar buat nyari tau kelanjutan dari Kazua mencari cinta mana suaranya? Satu part menuju part ending nih. Cerita yang udah kelamaan terabaikan akhirnya bisa tuntas juga.
Nah, biar nyambung sama jalan ceritanya, mendingan baca dulu bagian sebelumnya yang kebetulan udah di permudah admin lewat sini.
"Diem aja, jangan bergerak. Kasi gue waktu 10 detik. Gue pengen ngomong jujur sama loe kalau sebenernya..."
Kazua benar - benar tidak bergerak. Tapi itu sama sekali bukan karena interupsi dari Rudi melainkan karena tubuhnya mendadak kaku. Pikirannya blank. Apalagi wajah Rudi semakin mendekat kearahnya. Dan sepuluh detik kemudian, mata Kazua membulat. Detik berikutnya yang ia tau tubuh Rudi terdorong menjauh, sementara ia sendiri juga di tarik kearah berlawanan.
"Zafran..." hanya bisikan lirih itu yang mampu meluncur dari bibir Kazua. Matanya menatap ngeri kearah Zafran yang sama sekali tidak menatapnya. Justru pria itu malah melemparkan tatapan tajam kearah Rudi. Kazua hanya mampu meringis ketika menyadari kalau pergelangan tangannya terasa sakit akibat cekalan Zafran yang begitu erat.
"Apa yang barusan loe lakuin?"
Pertanyaan Zafran kearah Rudi sukses membuat Kazua merinding. Walau tangannya sakit, ia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk protes. Apalagi ketika ia menyadari Zafran sama sekali tidak mengalihkan tatapannya pada Rudi. Sementara tersangka, bukan hanya terlihat santai tapi justru malah terlihat menahan tawa. Kontras banget dengan raut Zafran yang terlihat berusaha menahan amarah.
"Loe beneran pengen tau?" tanya Rudi. "Yakin nggak nyesel?"
Kazua yakin ia belum pernah ketemu cowok yang lebih dudul dari Rudi. Emangnya nggak liat apa muka Zafran udah merah karena marah gitu. Minta di tonjok beneran kayaknya tu orang.
"Loe..." ucapan Zafran terhenti. Sepertinya pria itu berusaha untuk mengontrol emosinya.
"Atau loe bisa tanya langsung sama Kazua," sama sekali tidak terpengaruh, Rudi hanya menjawab santai. "Dan karena loe udah terlanjur mengacaukan kencan gue, mungkin sebaiknya loe yang nganter Kazua pulang. Mending gue cabut dulu," pamit Rudi. Kepalanya menoleh kearah Kazua.
"Sekarang loe percaya sama gue kan. Kalau gitu sampai ketemu lagi ya," kata pria itu sambil mengedipkan sebelah matanya. Zafran yang tak sengaja melihat kedipan genit itu tentu makin berang. Dengan segera di hadangnya langkah Rudi sebelum berlalu.
"Jangan pernah temuin dia lagi."
"Bukan loe yang nentuin," Rudi angkat bahu.
Zafran ingin membalas, tapi Kazua sudah tidak tahan lagi. Bodo amat tu orang mau berantem. Tapi jangan sambil ngekang dia gitu juga donk. Nggak tau apa tangannya sakit.
"Lepasin gue!" teriak Kazua sekuat tenaga. Kemudian ditepisnya tangan Zafran hingga terlepas. Rudi yang menyadari kalau ulah mereka kini mendapatkan perhatian dari seisi kaffe secara berlahan mundur teratur dan diam diam berlalu pergi. Gawat kalau ia tetap di situ. Bisa bisa di kira prahara cinta segi tiga.
Zafran yang tidak mengira akan melihat Kazua marah padanya juga di buat kaku. Sama seperti Rudi, tak ingin malu karena mendadak jadi pusat perhatian, Kazua segera melangkah keluar. Tentu saja tanpa di perintah, Zafran langsung mengikuti. Begitu di luar, tangannya kembali mencekal Kazua. Kali ini tidak ia lepaskan bahkan setelah gadis itu berusaha mati matian melakukannya.
"Loe itu maunya apa sih?" tanya Kazua putus asa.
"Rudi tadi ngapain?" tanya Zafran mengulang pertanyaannya. Matanya menatap lurus kearah Kazua. Memaksa gadis itu untuk balas menatap dirinya.
"Emangnya loe liat dia ngapain?"
"Dia nyium loe?!"
Oke, itu bukan pertanyaan tapi pernyataan. Membuat Kazua melotot kearah Zafran. Apa - apaan ni orang. Akhirnya, Kazua hanya menghela nafas sembari bergumam.
"Bukan urusan loe."
"Die beneran nyium loe?" Zafran ikut bergumam. Cekalan tangannya terlepas, kepalanya menunduk. Melihat itu, tak urung membuat Kazua nelangsa. Mendadak ia ingat apa yang Rudi katakan lagi.
"Rudi nggak nyium gue," ucapan lirih Kazua membuat Zafran menoleh. Menatap penuh tanya kearah Kazua yang kini sedang menatapnya.
"Dia cuma minta waktu sepuluh detik buat ngaku kalau dia nggak pernah suka sama gue."
Zafran tidak mengalihkan tatapannya. Pria itu masih tidak percaya dengan ucapan Kazua padanya. Tidak setelah apa yang ia lihat tadi. Dan sama halnya dengan Kazua, ia juga masih tidak percaya dengan pengakuan Rudi tadi. Terutama tentang ucapannya yang mengatakan bahwa...
"Dan dia bilang kalau dia deketin gue cuma buat mancing reaksi loe yang ..." Kazua mengantungkan ucapannya. Zafran masih menatap dengan raut penasaran.
"Yang dia yakini kalau loe suka sama gue. Dia juga bilang kalau loe ngikutin kita sejak keluar dari rumah."
Hening. Keduanya sama sama terdiam. Masih sama sama tidak menyangka akan kebenaran dari kalimat itu.
"Jadi..." Kazua tampak menelan ludah. Debaran jantungnya yang mengila sama sekali tidak membantu. Setelah meyakinkan dirinya sendiri, mulutnya berujar untuk bertanya.
"Apa bener loe suka sama gue?" tanya Kazua nyari bergumam. Gadis itu yakin ia menyadari perubahan di wajah Zafran saat itu. Tapi karena ia memang tidak bisa membaca ekspresi orang, makanya ia tetap menanti jawaban dari pertanyaannya.
"Rudi ngomong gitu?" tanya Zafran tanpa menjawab. Kazua mengangguk. Masih menunggu kelanjutan dari kalimatnya, tapi Zafran kembali terdiam. Membuat gadis itu merasa gondok. Kan gak lucu kalau ia udah nekat nanya taunya cuma kepedean.
"Tu anak sotoy," Zafran mecibir.
"Jadi dia salah?" tanya Kazua memastikan.
Lagi - lagi Zafran terdiam. Tidak menyalahkan walau tidak membenarkan. Membuat Kazua hanya mampu menghela nafas. Merasa frutasi sama tujuan dari makhluk di hadapannya itu.
"Oke... Kalau gitu kenapa loe bisa ada disini?" tanya gadis itu lagi.
"Gue..."
Kazua benar benar menanti kelanjutan kalimat Zafran yang masih mengantung. Sikap ragunya benar benar membuatnya gemes.
"Gue mau besok kita kencan."
Mulut Kazua terbuka, tapi tiada kata yang terlontar. Zafran mengajak dia ngapain? Kencan? Beneran? Ntah datang dorongan darimana, gadis itu mendadak merasa lega. Juga bahagia. Tak urung, kalimat Keysia kembali terniang di kepalanya. Apa mungkin ia beneran menyukai sosok yang kini berada di hadapannya itu? Akh, ternyata perasaan itu tidak buruk juga.
"Sebagai pelajaran terakhir untuk pelatihan loe agar bisa mendapatkan pacar."
Kalimat lanjutan dari zafran membuat mulut Kazua mangap yang beneran mangap. Emang akan aneh kalau ni orang nggak berlaku nyebelin. Belum sempat gadis itu menjawab, Zafran sudah kembali menambahkan.
"Sekarang ayo, gue antar loe pulang. Besok gue jemput loe pagi - pagi, dan gue mau loe udah rapi."
Kali ini Kazua menelan bulat - bulat kalimat protesnya. Terlebih Zafran juga dengan semene - mena meninggalkannya. Berjalan kearah motornya di parkir. Untuk sejenak, Kazua masih berdiri di tempat yang sama.
Akan terkesan berlebihan kalau ia menyimpulkan bahwa Zafran menyukainya. Terlebih ia juga masih tidak yakin dengan perasaannya sendiri. Memikirkan itu, tanpa sadar bibirnya membentuk senyuman. Mungkinkah besok bisa menjadi jawaban untuk kelanjutan dari kisahnya? Yang jelas tidak ada salahnya mencoba bukan....
Sudah hampir tengah malam, Kazua masih belum memejamkan mata. Tumpukan baju kini memenuhi ranjangnya. Sudah begitu banyak aneka koleksi baju yang ia coba, tapi masih belum ada satupun yang di anggapnya sreg. Membuat Kazua kembali merasa frustasi. Perasaan kencan kencan sebelumnya ia tidak pernah merasa serumit ini. Kenapa saat diajak Zafran ia merasa harus tampil sempurna ya.
Setelah berdebat dengan dirinya sendiri, Kazua akhirnya memantapkan hati. Sepertinya ia tau pakaian apa yang pas untuk ia kenakan besok.
Tepat pukul 07:00 pagi, Zafran bertandang ke rumahnya. Bahkan kedua orang tua Kazua kaget melihat kemunculan pria itu. Ayolah, hari gini siapa sih orangnya yang akan mengajak kencan anak gadis orang pagi - pagi. Namun begitu, kedua orang tua Kazua menurutinya. Terlebih jika mengingat keseharian Kazua sebagai anak rumahan selama ini. Belum lagi, Zafran juga terlihat baik dan sopan saat meminta izin.
Selang beberapa saat kemudian, Kazua muncul meninterupsi. Tatapan semuanya beralih kearah Kazua, tepatnya tertuju kearah tampilannya. Bahkan, sebelah alis mama Kazua terangkat melihat tampilan anaknya.
Celana jins, di padu dengan baju kaos kebesaran, lengkap dengan topi dan sepatu. Sementara jaket _ yang tidak tau apa gunanya _ kini ia ikatkan di pinggang. Bahkan wajahnya tanpa polesan make up sama sekali. Hanya mungkin Kazua menambahkan bedak tabur di wajahnya dengan sedikit lip glos agar bibirnya tidak terlihat kering dan pucat. Sama sekali tidak ada feminim - feminimnya. Mama papa Kazua sangat yakin kalau belakangan anak gadisnya terlihat rajin berdandan, tapi kenapa kini malah kembali seperti dulu?
Berbeda dengan raut kedua orang tua Kazua yang heran _ atau mungkin malu, Zafran justru tersenyum. Kazua yang awalnya masih merasa ragu dengan pilihannya, merasa yakin saat melihat senyum itu. Tak urung ia ikut membalasnya. Setelah berpamitan, keduanya melangkah keluar.
"Loe nggak keberatan sama penampilan gue kan?" tanya Kazua saat Zafran menyodorkan helm kearah dirinya.
Zafran tidak segera menjawab. Matanya menatap kearah Kazua dari kepala sampai kaki. Membuat gadis itu merasa keki untuk sejenak.
"Emp..." Zafran tampak berpikir sembari menilai. "Pilihan yang bagus, lebih cocok sama loe. Lagian kita kan pake motor," sambung Zafran sambil tersenyum. Jawaban itu tak urung membuat Kazua merasa lega. Gadis itu baru sadar kalau sembari menunggu jawaban itu tadi ia bahkan sampai harus menahan napas.
"Tapi ngomong - ngomong kita mau kemana?" tanya Kazua setelah keduanya melaju. Zafran tidak menjawab, pura - pura tidak mendengar, walau tak urung ia tersenyum.
"Loe yakin kita kencan disini?" telunjuk Kazua lurus. Sudah hampir lima menit mereka tiba di tempat yang di tuju, tapi ia masih tidak percaya. Sebaliknya Zafran malah mengangguk.
"Ayo, temen temen loe udah pada menunggu tuh," ajak Zafran polos. Seperti biasa, tangannya segera menggengam tangan Kazua untuk berjalan bersamanya.
Kazua jelas saja ingin protes. Terlebih ketika mendengar kalimat tidak lulus sensor Zafran. Apa dia bilang barusan? Teman temannya? Mereka kini sedang berada di rangunan dan Zafran bilang teman temannya? Binatang semua doank! Namun begitu, gadis itu tetap terdiam karena sedang sibuk menetrakkan detak jantungnya. Sebelumnya, ia tidak pernah menduga. Gengaman tangan zafran, sebentuk kontak fisik yang sederhana bisa memberikan efek yang berbeda kali ini. Gegaman itu terasa hangat yang bahkan merambat sampai kewajahnya. Membuatnya merasa aneh, tapi tentu saja dalam artian yang baik.
Waktu berlalu, pendapat awal Kazua mulai berubah. Gadis itu merasa pilihan Zafran adalah tempat yang tepat. Bahkan ia sama sekali tidak menyadari dua jam telah berlalu. Sedari tadi ia asik berkeliling kesana kemari sembari tertawa karena celotehan Zafran yang sering semena - mena. Kazua baru menyadari kalau pria itu bahkan sengaja membawa kamera untuk mengabadikan moment mereka berdua.
"Gimana? Loe seneng?" tanya Zafran, tangan pria itu terulur memberikan sebotol pullpy orange yang sudah ia buka. Membuat Kazua tak urung tersenyum. Kalau di pikir, Zafran ternyata memang perhatian ya. Ia tau minuman yang ia suka. Dan sepanjang ingatan Kazua, Zafran akan selalu membukakan terlebih dahulu sebelum memberikan minuman untuknya. Tak perduli pria itu sadar ataupun tidak.
"Iya, seneng banget. Mereka ternyata lucu lucu," senyum sumringah tergambar di wajah Kazua.
"Mirip sama loe," senyum Kazua memudar, matanya menatap kearah kearah Zafran yang dengan polosnya menikmati minumannya. Sama sekali tidak merasa ada yang salah dengan kalimatnya. "Lagian gue sengaja ngajak kesini, biar loe sekalian bisa reunian," sambung pria itu lagi.
"Zafran!" Kazua beneran kesel. Namun berbanding balik dengan raut Kazua, kali ini pria itu justru malah tertawa lepas. Kazua yang awalnya merasa kesel karena di ledek mulu, akhirnya ikut tertawa.
"Abis ini kita mau kemana?" tanya Kazua beberapa saat kemudian.
Zafran tidak menjawab. Pria itu tersenyum sambil menatap kearah Kazua yang tanpa di perintah balas menatapnya. "Pelajaran pertama, saat kencan, loe di larang bertanya. Oke? Sekarang, ayo loe ikut gue."
Walaupun Zafran tetap mengengam tangannya, kali ini Kazua merasa ada yang beda. Jujur saja, sebelum mendenger apa yang pria itu katakan barusan, ia lupa kalau kencan mereka kali ini hanya latihan. Latihan? Pemikiran itu membuat persediaan udara terasa seperti menipis. Sesak....
To Be Continue dulu ya pren, Next is a last part Kazua Mencari Cinta End..... :D
Detail Cerpen
Nah, biar nyambung sama jalan ceritanya, mendingan baca dulu bagian sebelumnya yang kebetulan udah di permudah admin lewat sini.
"Diem aja, jangan bergerak. Kasi gue waktu 10 detik. Gue pengen ngomong jujur sama loe kalau sebenernya..."
Kazua benar - benar tidak bergerak. Tapi itu sama sekali bukan karena interupsi dari Rudi melainkan karena tubuhnya mendadak kaku. Pikirannya blank. Apalagi wajah Rudi semakin mendekat kearahnya. Dan sepuluh detik kemudian, mata Kazua membulat. Detik berikutnya yang ia tau tubuh Rudi terdorong menjauh, sementara ia sendiri juga di tarik kearah berlawanan.
"Zafran..." hanya bisikan lirih itu yang mampu meluncur dari bibir Kazua. Matanya menatap ngeri kearah Zafran yang sama sekali tidak menatapnya. Justru pria itu malah melemparkan tatapan tajam kearah Rudi. Kazua hanya mampu meringis ketika menyadari kalau pergelangan tangannya terasa sakit akibat cekalan Zafran yang begitu erat.
"Apa yang barusan loe lakuin?"
Pertanyaan Zafran kearah Rudi sukses membuat Kazua merinding. Walau tangannya sakit, ia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk protes. Apalagi ketika ia menyadari Zafran sama sekali tidak mengalihkan tatapannya pada Rudi. Sementara tersangka, bukan hanya terlihat santai tapi justru malah terlihat menahan tawa. Kontras banget dengan raut Zafran yang terlihat berusaha menahan amarah.
"Loe beneran pengen tau?" tanya Rudi. "Yakin nggak nyesel?"
Kazua yakin ia belum pernah ketemu cowok yang lebih dudul dari Rudi. Emangnya nggak liat apa muka Zafran udah merah karena marah gitu. Minta di tonjok beneran kayaknya tu orang.
"Loe..." ucapan Zafran terhenti. Sepertinya pria itu berusaha untuk mengontrol emosinya.
"Atau loe bisa tanya langsung sama Kazua," sama sekali tidak terpengaruh, Rudi hanya menjawab santai. "Dan karena loe udah terlanjur mengacaukan kencan gue, mungkin sebaiknya loe yang nganter Kazua pulang. Mending gue cabut dulu," pamit Rudi. Kepalanya menoleh kearah Kazua.
"Sekarang loe percaya sama gue kan. Kalau gitu sampai ketemu lagi ya," kata pria itu sambil mengedipkan sebelah matanya. Zafran yang tak sengaja melihat kedipan genit itu tentu makin berang. Dengan segera di hadangnya langkah Rudi sebelum berlalu.
"Jangan pernah temuin dia lagi."
"Bukan loe yang nentuin," Rudi angkat bahu.
Zafran ingin membalas, tapi Kazua sudah tidak tahan lagi. Bodo amat tu orang mau berantem. Tapi jangan sambil ngekang dia gitu juga donk. Nggak tau apa tangannya sakit.
"Lepasin gue!" teriak Kazua sekuat tenaga. Kemudian ditepisnya tangan Zafran hingga terlepas. Rudi yang menyadari kalau ulah mereka kini mendapatkan perhatian dari seisi kaffe secara berlahan mundur teratur dan diam diam berlalu pergi. Gawat kalau ia tetap di situ. Bisa bisa di kira prahara cinta segi tiga.
Zafran yang tidak mengira akan melihat Kazua marah padanya juga di buat kaku. Sama seperti Rudi, tak ingin malu karena mendadak jadi pusat perhatian, Kazua segera melangkah keluar. Tentu saja tanpa di perintah, Zafran langsung mengikuti. Begitu di luar, tangannya kembali mencekal Kazua. Kali ini tidak ia lepaskan bahkan setelah gadis itu berusaha mati matian melakukannya.
"Loe itu maunya apa sih?" tanya Kazua putus asa.
"Rudi tadi ngapain?" tanya Zafran mengulang pertanyaannya. Matanya menatap lurus kearah Kazua. Memaksa gadis itu untuk balas menatap dirinya.
"Emangnya loe liat dia ngapain?"
"Dia nyium loe?!"
Oke, itu bukan pertanyaan tapi pernyataan. Membuat Kazua melotot kearah Zafran. Apa - apaan ni orang. Akhirnya, Kazua hanya menghela nafas sembari bergumam.
"Bukan urusan loe."
"Die beneran nyium loe?" Zafran ikut bergumam. Cekalan tangannya terlepas, kepalanya menunduk. Melihat itu, tak urung membuat Kazua nelangsa. Mendadak ia ingat apa yang Rudi katakan lagi.
"Rudi nggak nyium gue," ucapan lirih Kazua membuat Zafran menoleh. Menatap penuh tanya kearah Kazua yang kini sedang menatapnya.
"Dia cuma minta waktu sepuluh detik buat ngaku kalau dia nggak pernah suka sama gue."
Zafran tidak mengalihkan tatapannya. Pria itu masih tidak percaya dengan ucapan Kazua padanya. Tidak setelah apa yang ia lihat tadi. Dan sama halnya dengan Kazua, ia juga masih tidak percaya dengan pengakuan Rudi tadi. Terutama tentang ucapannya yang mengatakan bahwa...
"Dan dia bilang kalau dia deketin gue cuma buat mancing reaksi loe yang ..." Kazua mengantungkan ucapannya. Zafran masih menatap dengan raut penasaran.
"Yang dia yakini kalau loe suka sama gue. Dia juga bilang kalau loe ngikutin kita sejak keluar dari rumah."
Hening. Keduanya sama sama terdiam. Masih sama sama tidak menyangka akan kebenaran dari kalimat itu.
"Jadi..." Kazua tampak menelan ludah. Debaran jantungnya yang mengila sama sekali tidak membantu. Setelah meyakinkan dirinya sendiri, mulutnya berujar untuk bertanya.
"Apa bener loe suka sama gue?" tanya Kazua nyari bergumam. Gadis itu yakin ia menyadari perubahan di wajah Zafran saat itu. Tapi karena ia memang tidak bisa membaca ekspresi orang, makanya ia tetap menanti jawaban dari pertanyaannya.
"Rudi ngomong gitu?" tanya Zafran tanpa menjawab. Kazua mengangguk. Masih menunggu kelanjutan dari kalimatnya, tapi Zafran kembali terdiam. Membuat gadis itu merasa gondok. Kan gak lucu kalau ia udah nekat nanya taunya cuma kepedean.
"Tu anak sotoy," Zafran mecibir.
"Jadi dia salah?" tanya Kazua memastikan.
Lagi - lagi Zafran terdiam. Tidak menyalahkan walau tidak membenarkan. Membuat Kazua hanya mampu menghela nafas. Merasa frutasi sama tujuan dari makhluk di hadapannya itu.
"Oke... Kalau gitu kenapa loe bisa ada disini?" tanya gadis itu lagi.
"Gue..."
Kazua benar benar menanti kelanjutan kalimat Zafran yang masih mengantung. Sikap ragunya benar benar membuatnya gemes.
"Gue mau besok kita kencan."
Mulut Kazua terbuka, tapi tiada kata yang terlontar. Zafran mengajak dia ngapain? Kencan? Beneran? Ntah datang dorongan darimana, gadis itu mendadak merasa lega. Juga bahagia. Tak urung, kalimat Keysia kembali terniang di kepalanya. Apa mungkin ia beneran menyukai sosok yang kini berada di hadapannya itu? Akh, ternyata perasaan itu tidak buruk juga.
"Sebagai pelajaran terakhir untuk pelatihan loe agar bisa mendapatkan pacar."
Kalimat lanjutan dari zafran membuat mulut Kazua mangap yang beneran mangap. Emang akan aneh kalau ni orang nggak berlaku nyebelin. Belum sempat gadis itu menjawab, Zafran sudah kembali menambahkan.
"Sekarang ayo, gue antar loe pulang. Besok gue jemput loe pagi - pagi, dan gue mau loe udah rapi."
Kali ini Kazua menelan bulat - bulat kalimat protesnya. Terlebih Zafran juga dengan semene - mena meninggalkannya. Berjalan kearah motornya di parkir. Untuk sejenak, Kazua masih berdiri di tempat yang sama.
Akan terkesan berlebihan kalau ia menyimpulkan bahwa Zafran menyukainya. Terlebih ia juga masih tidak yakin dengan perasaannya sendiri. Memikirkan itu, tanpa sadar bibirnya membentuk senyuman. Mungkinkah besok bisa menjadi jawaban untuk kelanjutan dari kisahnya? Yang jelas tidak ada salahnya mencoba bukan....
*** Kazua Mencari Cinta ***
Sudah hampir tengah malam, Kazua masih belum memejamkan mata. Tumpukan baju kini memenuhi ranjangnya. Sudah begitu banyak aneka koleksi baju yang ia coba, tapi masih belum ada satupun yang di anggapnya sreg. Membuat Kazua kembali merasa frustasi. Perasaan kencan kencan sebelumnya ia tidak pernah merasa serumit ini. Kenapa saat diajak Zafran ia merasa harus tampil sempurna ya.
Setelah berdebat dengan dirinya sendiri, Kazua akhirnya memantapkan hati. Sepertinya ia tau pakaian apa yang pas untuk ia kenakan besok.
Tepat pukul 07:00 pagi, Zafran bertandang ke rumahnya. Bahkan kedua orang tua Kazua kaget melihat kemunculan pria itu. Ayolah, hari gini siapa sih orangnya yang akan mengajak kencan anak gadis orang pagi - pagi. Namun begitu, kedua orang tua Kazua menurutinya. Terlebih jika mengingat keseharian Kazua sebagai anak rumahan selama ini. Belum lagi, Zafran juga terlihat baik dan sopan saat meminta izin.
Selang beberapa saat kemudian, Kazua muncul meninterupsi. Tatapan semuanya beralih kearah Kazua, tepatnya tertuju kearah tampilannya. Bahkan, sebelah alis mama Kazua terangkat melihat tampilan anaknya.
Celana jins, di padu dengan baju kaos kebesaran, lengkap dengan topi dan sepatu. Sementara jaket _ yang tidak tau apa gunanya _ kini ia ikatkan di pinggang. Bahkan wajahnya tanpa polesan make up sama sekali. Hanya mungkin Kazua menambahkan bedak tabur di wajahnya dengan sedikit lip glos agar bibirnya tidak terlihat kering dan pucat. Sama sekali tidak ada feminim - feminimnya. Mama papa Kazua sangat yakin kalau belakangan anak gadisnya terlihat rajin berdandan, tapi kenapa kini malah kembali seperti dulu?
Berbeda dengan raut kedua orang tua Kazua yang heran _ atau mungkin malu, Zafran justru tersenyum. Kazua yang awalnya masih merasa ragu dengan pilihannya, merasa yakin saat melihat senyum itu. Tak urung ia ikut membalasnya. Setelah berpamitan, keduanya melangkah keluar.
"Loe nggak keberatan sama penampilan gue kan?" tanya Kazua saat Zafran menyodorkan helm kearah dirinya.
Zafran tidak segera menjawab. Matanya menatap kearah Kazua dari kepala sampai kaki. Membuat gadis itu merasa keki untuk sejenak.
"Emp..." Zafran tampak berpikir sembari menilai. "Pilihan yang bagus, lebih cocok sama loe. Lagian kita kan pake motor," sambung Zafran sambil tersenyum. Jawaban itu tak urung membuat Kazua merasa lega. Gadis itu baru sadar kalau sembari menunggu jawaban itu tadi ia bahkan sampai harus menahan napas.
"Tapi ngomong - ngomong kita mau kemana?" tanya Kazua setelah keduanya melaju. Zafran tidak menjawab, pura - pura tidak mendengar, walau tak urung ia tersenyum.
"Loe yakin kita kencan disini?" telunjuk Kazua lurus. Sudah hampir lima menit mereka tiba di tempat yang di tuju, tapi ia masih tidak percaya. Sebaliknya Zafran malah mengangguk.
"Ayo, temen temen loe udah pada menunggu tuh," ajak Zafran polos. Seperti biasa, tangannya segera menggengam tangan Kazua untuk berjalan bersamanya.
Kazua jelas saja ingin protes. Terlebih ketika mendengar kalimat tidak lulus sensor Zafran. Apa dia bilang barusan? Teman temannya? Mereka kini sedang berada di rangunan dan Zafran bilang teman temannya? Binatang semua doank! Namun begitu, gadis itu tetap terdiam karena sedang sibuk menetrakkan detak jantungnya. Sebelumnya, ia tidak pernah menduga. Gengaman tangan zafran, sebentuk kontak fisik yang sederhana bisa memberikan efek yang berbeda kali ini. Gegaman itu terasa hangat yang bahkan merambat sampai kewajahnya. Membuatnya merasa aneh, tapi tentu saja dalam artian yang baik.
Waktu berlalu, pendapat awal Kazua mulai berubah. Gadis itu merasa pilihan Zafran adalah tempat yang tepat. Bahkan ia sama sekali tidak menyadari dua jam telah berlalu. Sedari tadi ia asik berkeliling kesana kemari sembari tertawa karena celotehan Zafran yang sering semena - mena. Kazua baru menyadari kalau pria itu bahkan sengaja membawa kamera untuk mengabadikan moment mereka berdua.
"Gimana? Loe seneng?" tanya Zafran, tangan pria itu terulur memberikan sebotol pullpy orange yang sudah ia buka. Membuat Kazua tak urung tersenyum. Kalau di pikir, Zafran ternyata memang perhatian ya. Ia tau minuman yang ia suka. Dan sepanjang ingatan Kazua, Zafran akan selalu membukakan terlebih dahulu sebelum memberikan minuman untuknya. Tak perduli pria itu sadar ataupun tidak.
"Iya, seneng banget. Mereka ternyata lucu lucu," senyum sumringah tergambar di wajah Kazua.
"Mirip sama loe," senyum Kazua memudar, matanya menatap kearah kearah Zafran yang dengan polosnya menikmati minumannya. Sama sekali tidak merasa ada yang salah dengan kalimatnya. "Lagian gue sengaja ngajak kesini, biar loe sekalian bisa reunian," sambung pria itu lagi.
"Zafran!" Kazua beneran kesel. Namun berbanding balik dengan raut Kazua, kali ini pria itu justru malah tertawa lepas. Kazua yang awalnya merasa kesel karena di ledek mulu, akhirnya ikut tertawa.
"Abis ini kita mau kemana?" tanya Kazua beberapa saat kemudian.
Zafran tidak menjawab. Pria itu tersenyum sambil menatap kearah Kazua yang tanpa di perintah balas menatapnya. "Pelajaran pertama, saat kencan, loe di larang bertanya. Oke? Sekarang, ayo loe ikut gue."
Walaupun Zafran tetap mengengam tangannya, kali ini Kazua merasa ada yang beda. Jujur saja, sebelum mendenger apa yang pria itu katakan barusan, ia lupa kalau kencan mereka kali ini hanya latihan. Latihan? Pemikiran itu membuat persediaan udara terasa seperti menipis. Sesak....
To Be Continue dulu ya pren, Next is a last part Kazua Mencari Cinta End..... :D
Detail Cerpen
- Judul Cerbung : Kazua Mencari Cinta
- Penulis : Ana Merya
- Twitter : @ana_merya
- Status : Tamat
- Jumlah Part : 21 ~ 22
- Jumlah Kata : 1.781 Words
- Genre : Remaja, Continue
Boleh dikasih bocoran ndak part 22nya #ketap-ketip
ReplyDeleteHeHe..akhirny kazua sm sp #kepomaksimal
endingnya yang agak mestrim dikit yaa biar bahagianya kerasa .. oh ya cerpen-cepennya keren salam kenal yaa ..
ReplyDelete