Cepen Cinta "You're My Girl ~ 09
Tara... Lanjutan dari cerbung you're my girl muncul lagi nih. Secaranya admin beneran lagi sibuk di dunia nyata jadi ya begitu lah. Blog kembali terabaikan. Namanya juga anak tiri. #plak. Nah, buat yang penasaran sama lanjutannya bisa simak langsung di bawah. And biar nyambung sama ceritanya bagusan kalau baca dulu bagian sebelumnya disini.
Senin pagi, mata Shila menatap kekanan dan kekiri. Apel bendera hampir di mulai, tapi ia masih belum melihat wujud Delon. Tidak biasanya pria itu datang terlambat.
Bahkan setelah apel seleasi, dan bel masuk terdengar, Delon masih belum menampakkan wujudnya. Sambil menunggu kedatangan sang guru, diam - diam Shila mengeluarkan hanphond dari dalam saku. Mendial up pada id Delon dari list kontak di hapenya. Kening gadis itu sedikit berkerut ketika suara operator lah yang menjawab. Dengan cepat di ketiknya SMS dan segera menekan tombol send ketika matanya melihat sang guru masuk kekelas. Tak ingin ketahuan menggunakan hanphone ketika di kelas atau benda itu akan disita, gadis itu cepat cepat memasukannya kembali kedalam tas.
Shila cukup terkejut ketika mendengar berita dari gurunya bahwa Delon tidak masuk karena sakit. Gadis itu mencoba mengingat - ingat kapan terakhir ia bertemu Delon. Malam minggu, dan waktu itu dia baik baik saja. Sama sekali tidak terlihat pucat atau bagaimana. Kenapa tiba tiba sakit. Alhasil, selama pelajaran berlangsung ia tidak bisa berkonsentrasi. Lagipula Delon keterlaluan, kalau memang dia sakit kenapa tidak memberi tahu dirinya.
Saat jam istirahat, Shila kembali menghubungi nomor teman sebangkunya. Tapi masih sama seperti sebelumnya, hanya suara sang operator yang menjawab. Dengan kesel gadis itu kembali masukan handphonenya kedalam saku. Langkahnya berjalan tanpa arah, sampai kemudian sebuah tepukan di bahu menyadarkannya.
"Kusut amat tu muka, belum di setrika ya?"
Shila menoleh, senyum Alfa menyambutnya.
"Kenapa? Ada masalah kah?" tanya Alfa lagi. Pertanyaan itu tak urung membuat Shila merasa salut. Ternyata Alfa lebih peka dari yang ia duga.
"Nggak papa kok," gadis itu menggeleng. "Tumben loe berkeliaran, nggak makan siang?"
"Lagi puasa," jawab Alfa singkat. Shila di buat melongo. Seorang Alfa puasa? Wah, sesuatu banget sepertinya.
"Nggak usah lebai gitu kagetnya. Nggak ada yang aneh. Puasa senin - kamis itu kan emang di anjurkan."
"Iya sih. Tapi gue agak kaget juga waktu tau orang kayak loe mau puasa," Shila mengangguk angguk, sementara Alfa mencibirnya.
"Loe sendiri ngapain. Perasaan dari tadi gue perhatian luntang lantung nggak jelas. Persis kayak anak ayam kehilangan induknya."
Gantian Shila yang mencibir. Ni orang nggak bisa milih kosa kata yang lebih baik apa. "Eh temenin gue ke perpus yuk."
"Wah... loe mau ke perpus?
Ck, kayaknya udah beneran tobat nih."
"Nggak usah bawel. Ayo, lagian loe pasti nggak ada kegiatan juga kan. Lumayan, disana loe bisa belajar juga," tanpa berkata Shila segera mendorong tubuh Alfa kearah perpustakaan sekolahnya. Tindakan langsung untuk mempertegas kalau ia tidak ingin di bantah.
"Loe nggak makan dulu?" tanya Alfa mengingatkan.
Shila mengeleng. "Nggak laper, lagian gue lagi diet," balasnya asal.
Alfa tidak berkomentar, walau tidak yakin ia tidak bertanya lagi. Shila diet? Udah kurus gitu emang mau kurus gimana lagi?
****
Tanpa pulang terlebih dahulu kerumahnya, Shila segera menganti arah. Rumah Delon menjadi tujuannya. Bukannya lebai, hanya saja bahkan setelah jam pelajaran berakhir, hanphone Delon sama sekali tidak bisa di hubungi. Dari pada ia menebak yang tidak tidak, mendingan ia segera menghampiri kerumahnya langsung.
Begitu tiba, wajah Tante Vera, wanita cantik yang di kenal Shila sebagai mamanya Delon muncul membuka pintu. Setelah hampir 10 menit berbasa basi dengan wanita itu, Shila terdiam. Bahkan ia tidak menyadari ketika Delon muncul mengantikan posisi mamanya yang kebelakang.
"Shil, kok loe disini?" sapa Delon sambil duduk di seberang tamunya. Ia sedang asik tiduran ketika mamanya mengabari kalau Shila mengunjunginya.
Shila tidak lantas menjawab. Gadis itu justru mengamati pria yang duduk tak jauh darinya. Wajahnya terlihat pucat dengan jaket tebal menyelimuti tubuh.
"Kenapa? Loe kangen karena gue nggak masuk ya? Tenang, ini cuma masuk angin. Besok juga palingan udah bisa sekolah, lagian..."
"Kenapa loe nggak bilang kalau loe alergi sama sea food?" potong Shila langsung. Delon terdiam, tidak menyangka kalau gadis itu tau alasannya terpaksa menghabiskan waktu selama dua hari di atas tempat tidur.
"Loe... tau?"
Shila mengangguk. "Nyokap loe yang cerita barusan," sambungnya. Untuk sejenak suasana hening.
"Loe nggak pengen gue tau?"
Pertanyaan Shila membuat Delon menoleh. Tatapan kecewa gadis itu membuatnya benar - benar menyesali apa yang ia lakukan. Tadinya ia berpikir, kalau hanya satu atau dua gigitan tidak masalah. Lagi pula ia tidak berniat untuk membuat Shila khawatir. Namun siapa yang menduga ternyata tubuhnya menolak sistem kerja otaknya.
"Bukan gitu Shil, gue cuma..." Delon tidak melanjutkan ucapannya. Sejujurnya ia tidak tau harus berkata apa. Tapi yang jelas ia tidak suka ketika Shila menatapnya seperti itu. Gadis itu tidak menyembunyikan sama sekali kekecewaannya.
"Maaf..." akhirnya hanya satu kata itu yang berhasil melewati tenggorokannya.
Shila masih tidak membalas. Setelah terlebih dahulu mengambil nafas sejenak, ditatapnya Delon tepat di manik mata sembari mulutnya berujar. "Bukan loe yang salah. Justru gue yang mau minta maaf. Gue beneran nggak tau kalau loe punya alergi. Dan gara gara gue, loe jadi sakit gini. Kalau gue tau, gue nggak akan ngajak loe kesana. Sumpah, gue beneran nyesal tau. Maafin gue ya..."
"Shil, loe nggak harus minta maaf... Gue..."
Delon kehabisan kata kata. Terlebih Shila kini juga tidak mau menatapnya. Apa mungkin ia telah melukai hati gadis itu. Untuk sejenak suasana hening sampai sebuah deringan hanphond Shila menginterupsi. Tanpa menatap kearah dirinya, gadis itu segera menjawab. Delon hanya diam mengamati.
"Iya Al... Gue?... Enggak lagi diluar. Kenapa?"
Jeda sejenak. Delon masih terdiam sembari berpikir. Al? Apa mungkin Al itu Alfa? Jadi Shila dan Alfa sering telpon telponan? Sejak kapan? Kok dia nggak tau.
"Iya, oke nggak papa. Thanks ya," Shila mengakhiri panggilanya. Setelah memasukan handphonenya kedalam tas, ia menoleh kearah Delon.
"Kalau gitu gue pamit dulu ya. Gue kesini karena penasaran loe sakit apa, secara handphone loe gue hubungi nggak aktif."
Delon menoleh, terkejut. Ia baru ingat kalau hanphonenya rusak karena tak sengaja jatuh kedalam bak mandi. Tadinya ia ingin menghubungi gadis itu dengan nomor telpon mamanya tapi karena tak ingin membuat Shila makin khawatir, makanya ia urung.
"Tunggu dulu, loe mau pulang?"
Shila mengangguk. Delon bahkan baru menyadari kalau Shila masih mengenakan seragam sekolah. Itu artinya gadis itu sengaja mampir tanpa pulang dulu kerumahnya.
"Udah siang, lagian gue nggak ngabarin orang di rumah. Takutnya ntar bi Inah khawatir dan nelpon papa."
Delon mengangguk. Wajahnya terlihat ragu, namun tak urung ia beneran penasaran. Sebelum otaknya berkerja lebih jauh untuk berpikir mulutnya sudah lebih dahulu mengambil alih. "Barusan yang nelpon loe itu Alfa?"
Shila menoleh. Kepalanya mengangguk membenarkan. Barusan memang Alfa yang menelpon dirinya. Pria itu menanyakan keberadaannya sekalian ingin memberi tahu. Tadi siang ia titip buku pada Alfa karena tau kalau ia bekerja di toko buku. Tapi ternyata buku itu lebih mahal dari yang diduga karena edisi yang berbeda. Makanya untuk memastikan, pria itu sengaja kembali menanyakan apakah ia tetap ingin membelinya atau tidak.
"Kenapa dia nelpon loe?" tanya Delon lagi. Menjaga suaranya agar tidak terdengar terlalu mencampuri urusannya.
"Bukan sesuatu yang penting," Shila angkat bahu.
Delon menahan diri untuk tidak mencibir. Lagian kalau nggak penting ngapain nelpon.
"Gue pamit ya, titip salam sama tante," pamit Shila sambil bangkit berdiri.
Sebenarnya Delom masih ingin mencegahnya, tapi ia tidak tau harus berkata apa. Terlebih kini suasana hatinya juga mendadak buruk ketika mengetahui perkembangan hubungan Alfa dan Shila lebih cepat dari perkirannya. Akhirnya, pria itu hanya ikut bangkit berdiri dan mengantarkan kepergian Shila hingga depan pintu rumahnya.
"Kalau loe besok masih sakit, mungkin sebaiknya loe jangan masuk dulu," saran Shila sebelum pergi.
Delon mengangguk walau ia menganggap itu bukan ide yang bagus. Apapun kondisinya, besok ia akan tetap datang kesekolah. Titik...
Next to Cerpen You're My Girl part 10
*****
Detail Cerbung
You are my girl |
Senin pagi, mata Shila menatap kekanan dan kekiri. Apel bendera hampir di mulai, tapi ia masih belum melihat wujud Delon. Tidak biasanya pria itu datang terlambat.
Bahkan setelah apel seleasi, dan bel masuk terdengar, Delon masih belum menampakkan wujudnya. Sambil menunggu kedatangan sang guru, diam - diam Shila mengeluarkan hanphond dari dalam saku. Mendial up pada id Delon dari list kontak di hapenya. Kening gadis itu sedikit berkerut ketika suara operator lah yang menjawab. Dengan cepat di ketiknya SMS dan segera menekan tombol send ketika matanya melihat sang guru masuk kekelas. Tak ingin ketahuan menggunakan hanphone ketika di kelas atau benda itu akan disita, gadis itu cepat cepat memasukannya kembali kedalam tas.
Shila cukup terkejut ketika mendengar berita dari gurunya bahwa Delon tidak masuk karena sakit. Gadis itu mencoba mengingat - ingat kapan terakhir ia bertemu Delon. Malam minggu, dan waktu itu dia baik baik saja. Sama sekali tidak terlihat pucat atau bagaimana. Kenapa tiba tiba sakit. Alhasil, selama pelajaran berlangsung ia tidak bisa berkonsentrasi. Lagipula Delon keterlaluan, kalau memang dia sakit kenapa tidak memberi tahu dirinya.
Saat jam istirahat, Shila kembali menghubungi nomor teman sebangkunya. Tapi masih sama seperti sebelumnya, hanya suara sang operator yang menjawab. Dengan kesel gadis itu kembali masukan handphonenya kedalam saku. Langkahnya berjalan tanpa arah, sampai kemudian sebuah tepukan di bahu menyadarkannya.
"Kusut amat tu muka, belum di setrika ya?"
Shila menoleh, senyum Alfa menyambutnya.
"Kenapa? Ada masalah kah?" tanya Alfa lagi. Pertanyaan itu tak urung membuat Shila merasa salut. Ternyata Alfa lebih peka dari yang ia duga.
"Nggak papa kok," gadis itu menggeleng. "Tumben loe berkeliaran, nggak makan siang?"
"Lagi puasa," jawab Alfa singkat. Shila di buat melongo. Seorang Alfa puasa? Wah, sesuatu banget sepertinya.
"Nggak usah lebai gitu kagetnya. Nggak ada yang aneh. Puasa senin - kamis itu kan emang di anjurkan."
"Iya sih. Tapi gue agak kaget juga waktu tau orang kayak loe mau puasa," Shila mengangguk angguk, sementara Alfa mencibirnya.
"Loe sendiri ngapain. Perasaan dari tadi gue perhatian luntang lantung nggak jelas. Persis kayak anak ayam kehilangan induknya."
Gantian Shila yang mencibir. Ni orang nggak bisa milih kosa kata yang lebih baik apa. "Eh temenin gue ke perpus yuk."
"Wah... loe mau ke perpus?
Ck, kayaknya udah beneran tobat nih."
"Nggak usah bawel. Ayo, lagian loe pasti nggak ada kegiatan juga kan. Lumayan, disana loe bisa belajar juga," tanpa berkata Shila segera mendorong tubuh Alfa kearah perpustakaan sekolahnya. Tindakan langsung untuk mempertegas kalau ia tidak ingin di bantah.
"Loe nggak makan dulu?" tanya Alfa mengingatkan.
Shila mengeleng. "Nggak laper, lagian gue lagi diet," balasnya asal.
Alfa tidak berkomentar, walau tidak yakin ia tidak bertanya lagi. Shila diet? Udah kurus gitu emang mau kurus gimana lagi?
****
Tanpa pulang terlebih dahulu kerumahnya, Shila segera menganti arah. Rumah Delon menjadi tujuannya. Bukannya lebai, hanya saja bahkan setelah jam pelajaran berakhir, hanphone Delon sama sekali tidak bisa di hubungi. Dari pada ia menebak yang tidak tidak, mendingan ia segera menghampiri kerumahnya langsung.
Begitu tiba, wajah Tante Vera, wanita cantik yang di kenal Shila sebagai mamanya Delon muncul membuka pintu. Setelah hampir 10 menit berbasa basi dengan wanita itu, Shila terdiam. Bahkan ia tidak menyadari ketika Delon muncul mengantikan posisi mamanya yang kebelakang.
"Shil, kok loe disini?" sapa Delon sambil duduk di seberang tamunya. Ia sedang asik tiduran ketika mamanya mengabari kalau Shila mengunjunginya.
Shila tidak lantas menjawab. Gadis itu justru mengamati pria yang duduk tak jauh darinya. Wajahnya terlihat pucat dengan jaket tebal menyelimuti tubuh.
"Kenapa? Loe kangen karena gue nggak masuk ya? Tenang, ini cuma masuk angin. Besok juga palingan udah bisa sekolah, lagian..."
"Kenapa loe nggak bilang kalau loe alergi sama sea food?" potong Shila langsung. Delon terdiam, tidak menyangka kalau gadis itu tau alasannya terpaksa menghabiskan waktu selama dua hari di atas tempat tidur.
"Loe... tau?"
Shila mengangguk. "Nyokap loe yang cerita barusan," sambungnya. Untuk sejenak suasana hening.
"Loe nggak pengen gue tau?"
Pertanyaan Shila membuat Delon menoleh. Tatapan kecewa gadis itu membuatnya benar - benar menyesali apa yang ia lakukan. Tadinya ia berpikir, kalau hanya satu atau dua gigitan tidak masalah. Lagi pula ia tidak berniat untuk membuat Shila khawatir. Namun siapa yang menduga ternyata tubuhnya menolak sistem kerja otaknya.
"Bukan gitu Shil, gue cuma..." Delon tidak melanjutkan ucapannya. Sejujurnya ia tidak tau harus berkata apa. Tapi yang jelas ia tidak suka ketika Shila menatapnya seperti itu. Gadis itu tidak menyembunyikan sama sekali kekecewaannya.
"Maaf..." akhirnya hanya satu kata itu yang berhasil melewati tenggorokannya.
Shila masih tidak membalas. Setelah terlebih dahulu mengambil nafas sejenak, ditatapnya Delon tepat di manik mata sembari mulutnya berujar. "Bukan loe yang salah. Justru gue yang mau minta maaf. Gue beneran nggak tau kalau loe punya alergi. Dan gara gara gue, loe jadi sakit gini. Kalau gue tau, gue nggak akan ngajak loe kesana. Sumpah, gue beneran nyesal tau. Maafin gue ya..."
"Shil, loe nggak harus minta maaf... Gue..."
Delon kehabisan kata kata. Terlebih Shila kini juga tidak mau menatapnya. Apa mungkin ia telah melukai hati gadis itu. Untuk sejenak suasana hening sampai sebuah deringan hanphond Shila menginterupsi. Tanpa menatap kearah dirinya, gadis itu segera menjawab. Delon hanya diam mengamati.
"Iya Al... Gue?... Enggak lagi diluar. Kenapa?"
Jeda sejenak. Delon masih terdiam sembari berpikir. Al? Apa mungkin Al itu Alfa? Jadi Shila dan Alfa sering telpon telponan? Sejak kapan? Kok dia nggak tau.
"Iya, oke nggak papa. Thanks ya," Shila mengakhiri panggilanya. Setelah memasukan handphonenya kedalam tas, ia menoleh kearah Delon.
"Kalau gitu gue pamit dulu ya. Gue kesini karena penasaran loe sakit apa, secara handphone loe gue hubungi nggak aktif."
Delon menoleh, terkejut. Ia baru ingat kalau hanphonenya rusak karena tak sengaja jatuh kedalam bak mandi. Tadinya ia ingin menghubungi gadis itu dengan nomor telpon mamanya tapi karena tak ingin membuat Shila makin khawatir, makanya ia urung.
"Tunggu dulu, loe mau pulang?"
Shila mengangguk. Delon bahkan baru menyadari kalau Shila masih mengenakan seragam sekolah. Itu artinya gadis itu sengaja mampir tanpa pulang dulu kerumahnya.
"Udah siang, lagian gue nggak ngabarin orang di rumah. Takutnya ntar bi Inah khawatir dan nelpon papa."
Delon mengangguk. Wajahnya terlihat ragu, namun tak urung ia beneran penasaran. Sebelum otaknya berkerja lebih jauh untuk berpikir mulutnya sudah lebih dahulu mengambil alih. "Barusan yang nelpon loe itu Alfa?"
Shila menoleh. Kepalanya mengangguk membenarkan. Barusan memang Alfa yang menelpon dirinya. Pria itu menanyakan keberadaannya sekalian ingin memberi tahu. Tadi siang ia titip buku pada Alfa karena tau kalau ia bekerja di toko buku. Tapi ternyata buku itu lebih mahal dari yang diduga karena edisi yang berbeda. Makanya untuk memastikan, pria itu sengaja kembali menanyakan apakah ia tetap ingin membelinya atau tidak.
"Kenapa dia nelpon loe?" tanya Delon lagi. Menjaga suaranya agar tidak terdengar terlalu mencampuri urusannya.
"Bukan sesuatu yang penting," Shila angkat bahu.
Delon menahan diri untuk tidak mencibir. Lagian kalau nggak penting ngapain nelpon.
"Gue pamit ya, titip salam sama tante," pamit Shila sambil bangkit berdiri.
Sebenarnya Delom masih ingin mencegahnya, tapi ia tidak tau harus berkata apa. Terlebih kini suasana hatinya juga mendadak buruk ketika mengetahui perkembangan hubungan Alfa dan Shila lebih cepat dari perkirannya. Akhirnya, pria itu hanya ikut bangkit berdiri dan mengantarkan kepergian Shila hingga depan pintu rumahnya.
"Kalau loe besok masih sakit, mungkin sebaiknya loe jangan masuk dulu," saran Shila sebelum pergi.
Delon mengangguk walau ia menganggap itu bukan ide yang bagus. Apapun kondisinya, besok ia akan tetap datang kesekolah. Titik...
Next to Cerpen You're My Girl part 10
*****
Detail Cerbung
- Judul : You're My Girl
- Penulis : Ana Merya
- Twitter : @ana_merya
- Status : Ongoing
- Genre : Remaja
- Panjang Cerita : 1.214 Words
Seru kak.. Lanjutnya cepet-cepet ya :)
ReplyDelete