Cepen Cinta "You're My Girl ~ 11
Lama nggak sigin di mari akhirnya admin muncul lagi. Masih dengan lanjutan dari Cerpen You're my girl. Kali ini kita masuk ke bagian ke 11. Biar nyambung sama jalan ceritanya bagusan kalau baca dulu bagian sebelumnya disini. Happy reading yag
"Shila Awas!!!"
"Aduh." Seiring dengan teriakan yang mengema, Shila memegangi kepalanya yang terasa berdenyut nyeri. Tampak bola Volly yang mengelinding menjauhi darinya di susul oleh langkah teman temannya yang berjalan menghampiri dengan raut khawatir sementara ada juga beberapa dari mereka yang malah tertawa.
"Loe main bola sambil melamun ya?" tanya Ingrid sambil memperhatikan wajah sahabatnya yang terlihat memerah.
"Wah gila. Kepala gue nyut nyutan. Kayaknya gue mau pingsan deh," gumam Shila sambil memegangi kepalanya. Pak Safii, guru olah raganya yang sedari tadi mengawasi dari pinggir lapangan berjalan menghampiri.
"Yah jangan donk," tahan Lila cepat.
"Shila, kamu nggak papa?" tanya Pak Safii kearahnya.
Shila mengeleng sambil tersenyum. Dalam hati mengerutu. Udah jelas baru kena pukulan bola, ya sakitlah. Pake nanya nggak papa lagi. Tapi karena yang bertanya adalah gurunya, mana sopan kalau ia jawab begitu. Makanya Shila memilih bersikap baik baik saja.
"Ya sudah, mendingan kamu istirahat saja. Bintang, kamu gantiin posisi Shila," saran Pak Safii.
Shila mengangguk. Dengan langkah gontai ia berjalan kearah pinggir lapangan. Sementara rekannya yang bernama Bintang kini mengambil posisinya bermain bola.
"Loe kenapa? Kok kayak nggak fokus gitu?" tanya Flo yang sedari tadi kebagian jatah menonton di pinggir lapangan.
Shila mengeleng sambil tersenyum. Walau tak urung ia membenarkan. Sepertinya ia memang kehilangan fokusnya hari ini. Bahkan saat jam olahraga, dimana ia sedang bertanding Volly bersama rekan rekannya, pikirannya melayang ntah kemana. Tau tau bola bisa menimpuk kepala.
"Kayaknya gue mendingan permisi kekelas dulu aja deh, gue istirahat disana aja."
"Ide bagus. Ya sudah ayo gue anterin. Kita minta izin dulu sama pak Safii."
"Nggak usah, gue nggak mau ngerepotin," tolak Shila. Tapi Flo langsung memotongnya.
"Sebenernya gue juga udah bosen disini. Jadi nggak papa, sekalian aja. Ayo," ajak gadis itu sambil mengandeng tangannya. Setelah meminta izin untuk pergi dengan pak Safii _ yang langsung diizinkan _ Shila dan Flo melangkah ke kelasnya.
"Oh iya Shil, karena loe udah berhasil menyelamatkan gue dari pada duduk bengong disana, mendingan gue beliin loe air minum deh. Loe duluan kekelas, ntar gue nyusul."
Shila ingin menolak, namun urung. Selain karena ia memang haus karena habis main bola, itu juga karena Flo sudah terlanjur berjalan menjauh meninggalkannya. Sepertinya gadis itu berniat untuk langsung kekantin.
Tak jauh dari pintu kelasnya, Shila menghentikan langkahnya. Keningnya sedikit berkerut ketika ia melihat siluet seorang wanita yang baru saja meninggalkan kelasnya. Dilihat dari seragam yang ia punya, gadis itu pastilah salah satu dari teman sekolahnya. Sayangnya, Shila tidak sempat melihat wajahnya. Dan walaupun ia melihat, ia tak terlalu yakin ia mengenali wanita itu. Terlebih, ia memang tak terlalu mengenal banyak siswa siswi di sekolahnya.
Cuma herannya apa yang ia lakukan di kelasnya? Kelasnya kan sedang kosong karena seluruh siswa sedang berada di lapangan untuk berolah raga. Mendadak pikiran buruk langsung menghampiri, jangan jangan gadis itu mau maling. Memikirkan itu dengan cepat Shila melangkah masuk kedalam kelasnya.
Tidak ada yang aneh, pikir gadis itu. Kelasnya masih terlihat hampir sama seperti ia pertama sekali pergi. Segera di hampirinya mejanya, sibuk membongkar isi tasnya untuk mencari tau jika mungkin ada yang hilang. Tapi sepertinya tidak ada. Atau mungkin, punya siswa yang lainnya?
"Loe nyarii apaan?"
Shila menoleh, Flo kini ada di dekatnya sembari menyodorkan sebotol air mineral dingin. Mulut Shila sudah terbuka untuk mengatakan dugaannya namun urung. Ia tidak punya bukti. Lagi pula belum tentu dugaannya benar. Bisa jadi gadis tadi hanya kebetulan mampir atau apalah.
"Nggak ada, cuma tisu," terang Shila sambil mengambil tisu dari dalam tas. Flo hanya mengangguk. Sambil menunggu jam olahraga berakhir, keduanya asik mengobrol sana sini. Sekedar menghabiskan waktu agar tidak terasa membosankan. Dari obrolan mereka, Shila baru tau kalau Flo ternyata anak tunggal. Menyukai dunia musik dan ice cream vanila. Ayahnya seorang pegawai pabrik sementara ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Sementara ia sendiri tidak banyak bercerita, selain karena Flo tidak bertanya ia juga merasa tidak perlu menceritakannya.
Kedatangan rekan - rekan sekelasnya menginterupsi pembicaraan. Flo pun pamit kearah bangkunya sendiri, sementara Shila hanya mengangguk setuju. Selesai olahraga merupakan jam istirahat kedua. Waktunya untuk Sholat Zhurur. Shila segera bangkit berdiri untuk menuju kemushalla sekolah. Tepat di pintu masuk ia berpapasan dengan Delon yang juga baru mau masuk kekelas. Pria itu hanya menoleh kearahnya sekilas, membuat Shila urung untuk menyapa. Akhirnya ia memilih segera berlalu.
Begitu balik kekelas, Shila sedikit heran. Pasalnya teman - temannya terlihat sedikit heboh. Membuatnya merasa heran, sambil duduk kebangkunya ia menoleh kesekeliling. Dari beberapa hal yang ia tangkap mereka sedang sibuk menebak nebak.
"Cie Delon. Swiwiiiittt," ledek Angga kearahnya.
Shila menoleh kearah Delon, tapi pria itu sama sekali tidak menatapnya. Karena itu ia lebih memilih menyapa Iren yang duduk didepan bangkunya.
"Ada apaan sih?"
"Loe punya saingan sekarang," sahut gadis itu sambil tersenyum.
Shila makin tidak mengerti. Mereka sedang ngobrolin apa sebenarnya.
"Loe tau nggak Shil, Delon sekarang punya pengagum rahasia. Ada yang diem diem ngasi dia coklat sama bunga."
Shila menatap kearah Vivin yang baru saja berbicara baru kemudian perhatiannya ia alihkan kearah Delon yang kini sedang menatap lurus kearah sekotak coklat yang terbungkus rapi ditangannya.
"Oh ya? Jangan - jangan..." Shila mengantungkan ucapannya.
"Kenapa Shil, jangan - jangan loe tau siapa dia. Siapa siapa? Gue pengen tau. Cantik nggak?" Rio langsung heboh. Yang lainnya juga menatapnya penasaran. Sementara tersangka kini juga sedang menatapnya penuh tanya.
Shila tersenyum sambil berujar. "Hantu penunggu sekolah."
"Huuuuuuu..." ledekan koor langsung terdengar seiring dengan kalimat yang baru saja meluncur dari mulutnya, diam diam Shila memperhatikan reaksi Delon yang kini sedang menatapnya penuh selidik. Tapi Shila lebih memilih bersikap pura - pura tidak tau. Sepertinya perang dingin diantara mereka akan terus belanjut.
"Lagian hari gini, masih jaman ya ada secret admirer segala?" kata Shila santai.
"Bilang aja loe sirik. Loe takut kan? Karena sekarang loe punya saingan. Wah, bisa bisa Delon jadi berpaling dari mu," komentar Vivin lengkap dengan gaya syairnya yang khas. Shila hanya mendengus. Dan kemudian semuanya diam karena guru mereka kini sudah ada di depan kelas. Pelajaran terakhir siap di mulai.
"Loe tau dia siapa?"
Shila mengalihkan perhatian dari buku catatannya. Tidak yakin kalau suara lirih barusan keluar dari mulut rekan sebangkunya.
"Yang diem diem ngasi gue coklat sama bunga. 'HP koma S'"
Ternyata benar, Delon sedang berbicara padanya. Terbukti pria itu kini sedang menatap tepat kearah dirinya. Shila hanya tersenyum sambil angkat bahu.
"Mungkin," ujar Shila enteng. "Mungkin iya mungkin juga enggak," gadis itu menambahkan.
Delon ingin kembali bertanya, tapi situasi dan kondisi sedang tidak mendukung. Karena Pak Albert punya kebiasaan. Kalau sedang menerangkan ia suka sambil meronda dan kini berada selang tak jauh darinya.
"Apa maksud loe mungkin loe tau dia siapa?" tanya Delon begitu kelas berakhir. Gurunya sudah meninggalkan kelas, sementara Shila masih sibuk merapikan buku bukunya.
"Jadi sekarang loe udah punya pengagum rahasia?" dari pada menjawab Shila lebih memilih bertanya.
"Gue nggak sedang bercanda Shila."
Shila terdiam. Sejenak gadis itu menunduk, menarik nafas dalam dalam baru kemudian mengalihkan perhatiannya kembali kearah Delon. Kelas sudah mulai sepi karena masing masing sudah berjalan keluar untuk pulang.
"Gue tau. Bercanda bareng loe sekarang kan emang udah nggak mungkin banget."
"Bukan itu maksut gue," Delon menghela nafas. Ditatapnya wajah Shila yang kini kembali mengalihkan tatapan darinya. Gadis itu hanya terdiam, untuk sejenak suasana hening.
"Oke, gue nggak tau. Tadi itu gue cuma bercanda. Sorry, harusnya gue nggak gitu."
Kembali hening. Setelah yakin kalau Delon tidak lagi ingin bicara, Shila bangkit berdiri. Sepertinya lebih baik ia segera pulang saja.
"Shil, gue minta maaf."
Shila mengurungkan niatnya untuk berlalu. Perhatiannya kembali ia alihkan kearah Delon.
"Gue tau gue keterlaluan. Nggak seharusnya gue terlalu mencampuri urusan hidup loe terlalu jauh," sambung Delon lagi. Shila masih terdiam, sibuk mencerna kearah mana pembicaraan ini akan dibawa.
"Gue sadar kemaren gue terlalu emosi. Gue minta maaf. Jadi sebaiknya kita baikan aja ya. Nggak enak diem dieman sama loe."
Yakin kalau ia tidak salah dengar, Shila mengangguk. "Gue juga minta maaf ya atas omongan gue kemaren. Loe bener, diem dieman sama loe nggak asik. Mendingan kita baikan aja deh."
Delon tersenyum kearah Shila. "Cuma yang kemaren itu beneran Delon. Loe cuma salah paham. Alfa kemaren cuma bercanda. Dia nggak beneran ngelarang gue buat temenan sama loe," Shila menambahkan.
Delon mengangguk. Bukan karena ia setuju dengan hal itu, tapi lebih kepada karena ia tidak ingin masalah diantara mereka semakin runyam. Lagipula ia serius waktu bilang kalau diem dieman dengan Shila bukanlah sesuatu yang ia inginkan.
"Ya udah, udah siang nih. Pulang yuk," ajak Delon yang langsung diiyakan oleh Shila.
Next You're My Girl Part 12 Detail Cerbung
You are my girl |
"Shila Awas!!!"
"Aduh." Seiring dengan teriakan yang mengema, Shila memegangi kepalanya yang terasa berdenyut nyeri. Tampak bola Volly yang mengelinding menjauhi darinya di susul oleh langkah teman temannya yang berjalan menghampiri dengan raut khawatir sementara ada juga beberapa dari mereka yang malah tertawa.
"Loe main bola sambil melamun ya?" tanya Ingrid sambil memperhatikan wajah sahabatnya yang terlihat memerah.
"Wah gila. Kepala gue nyut nyutan. Kayaknya gue mau pingsan deh," gumam Shila sambil memegangi kepalanya. Pak Safii, guru olah raganya yang sedari tadi mengawasi dari pinggir lapangan berjalan menghampiri.
"Yah jangan donk," tahan Lila cepat.
"Shila, kamu nggak papa?" tanya Pak Safii kearahnya.
Shila mengeleng sambil tersenyum. Dalam hati mengerutu. Udah jelas baru kena pukulan bola, ya sakitlah. Pake nanya nggak papa lagi. Tapi karena yang bertanya adalah gurunya, mana sopan kalau ia jawab begitu. Makanya Shila memilih bersikap baik baik saja.
"Ya sudah, mendingan kamu istirahat saja. Bintang, kamu gantiin posisi Shila," saran Pak Safii.
Shila mengangguk. Dengan langkah gontai ia berjalan kearah pinggir lapangan. Sementara rekannya yang bernama Bintang kini mengambil posisinya bermain bola.
"Loe kenapa? Kok kayak nggak fokus gitu?" tanya Flo yang sedari tadi kebagian jatah menonton di pinggir lapangan.
Shila mengeleng sambil tersenyum. Walau tak urung ia membenarkan. Sepertinya ia memang kehilangan fokusnya hari ini. Bahkan saat jam olahraga, dimana ia sedang bertanding Volly bersama rekan rekannya, pikirannya melayang ntah kemana. Tau tau bola bisa menimpuk kepala.
"Kayaknya gue mendingan permisi kekelas dulu aja deh, gue istirahat disana aja."
"Ide bagus. Ya sudah ayo gue anterin. Kita minta izin dulu sama pak Safii."
"Nggak usah, gue nggak mau ngerepotin," tolak Shila. Tapi Flo langsung memotongnya.
"Sebenernya gue juga udah bosen disini. Jadi nggak papa, sekalian aja. Ayo," ajak gadis itu sambil mengandeng tangannya. Setelah meminta izin untuk pergi dengan pak Safii _ yang langsung diizinkan _ Shila dan Flo melangkah ke kelasnya.
"Oh iya Shil, karena loe udah berhasil menyelamatkan gue dari pada duduk bengong disana, mendingan gue beliin loe air minum deh. Loe duluan kekelas, ntar gue nyusul."
Shila ingin menolak, namun urung. Selain karena ia memang haus karena habis main bola, itu juga karena Flo sudah terlanjur berjalan menjauh meninggalkannya. Sepertinya gadis itu berniat untuk langsung kekantin.
Tak jauh dari pintu kelasnya, Shila menghentikan langkahnya. Keningnya sedikit berkerut ketika ia melihat siluet seorang wanita yang baru saja meninggalkan kelasnya. Dilihat dari seragam yang ia punya, gadis itu pastilah salah satu dari teman sekolahnya. Sayangnya, Shila tidak sempat melihat wajahnya. Dan walaupun ia melihat, ia tak terlalu yakin ia mengenali wanita itu. Terlebih, ia memang tak terlalu mengenal banyak siswa siswi di sekolahnya.
Cuma herannya apa yang ia lakukan di kelasnya? Kelasnya kan sedang kosong karena seluruh siswa sedang berada di lapangan untuk berolah raga. Mendadak pikiran buruk langsung menghampiri, jangan jangan gadis itu mau maling. Memikirkan itu dengan cepat Shila melangkah masuk kedalam kelasnya.
Tidak ada yang aneh, pikir gadis itu. Kelasnya masih terlihat hampir sama seperti ia pertama sekali pergi. Segera di hampirinya mejanya, sibuk membongkar isi tasnya untuk mencari tau jika mungkin ada yang hilang. Tapi sepertinya tidak ada. Atau mungkin, punya siswa yang lainnya?
"Loe nyarii apaan?"
Shila menoleh, Flo kini ada di dekatnya sembari menyodorkan sebotol air mineral dingin. Mulut Shila sudah terbuka untuk mengatakan dugaannya namun urung. Ia tidak punya bukti. Lagi pula belum tentu dugaannya benar. Bisa jadi gadis tadi hanya kebetulan mampir atau apalah.
"Nggak ada, cuma tisu," terang Shila sambil mengambil tisu dari dalam tas. Flo hanya mengangguk. Sambil menunggu jam olahraga berakhir, keduanya asik mengobrol sana sini. Sekedar menghabiskan waktu agar tidak terasa membosankan. Dari obrolan mereka, Shila baru tau kalau Flo ternyata anak tunggal. Menyukai dunia musik dan ice cream vanila. Ayahnya seorang pegawai pabrik sementara ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Sementara ia sendiri tidak banyak bercerita, selain karena Flo tidak bertanya ia juga merasa tidak perlu menceritakannya.
Kedatangan rekan - rekan sekelasnya menginterupsi pembicaraan. Flo pun pamit kearah bangkunya sendiri, sementara Shila hanya mengangguk setuju. Selesai olahraga merupakan jam istirahat kedua. Waktunya untuk Sholat Zhurur. Shila segera bangkit berdiri untuk menuju kemushalla sekolah. Tepat di pintu masuk ia berpapasan dengan Delon yang juga baru mau masuk kekelas. Pria itu hanya menoleh kearahnya sekilas, membuat Shila urung untuk menyapa. Akhirnya ia memilih segera berlalu.
Begitu balik kekelas, Shila sedikit heran. Pasalnya teman - temannya terlihat sedikit heboh. Membuatnya merasa heran, sambil duduk kebangkunya ia menoleh kesekeliling. Dari beberapa hal yang ia tangkap mereka sedang sibuk menebak nebak.
"Cie Delon. Swiwiiiittt," ledek Angga kearahnya.
Shila menoleh kearah Delon, tapi pria itu sama sekali tidak menatapnya. Karena itu ia lebih memilih menyapa Iren yang duduk didepan bangkunya.
"Ada apaan sih?"
"Loe punya saingan sekarang," sahut gadis itu sambil tersenyum.
Shila makin tidak mengerti. Mereka sedang ngobrolin apa sebenarnya.
"Loe tau nggak Shil, Delon sekarang punya pengagum rahasia. Ada yang diem diem ngasi dia coklat sama bunga."
Shila menatap kearah Vivin yang baru saja berbicara baru kemudian perhatiannya ia alihkan kearah Delon yang kini sedang menatap lurus kearah sekotak coklat yang terbungkus rapi ditangannya.
"Oh ya? Jangan - jangan..." Shila mengantungkan ucapannya.
"Kenapa Shil, jangan - jangan loe tau siapa dia. Siapa siapa? Gue pengen tau. Cantik nggak?" Rio langsung heboh. Yang lainnya juga menatapnya penasaran. Sementara tersangka kini juga sedang menatapnya penuh tanya.
Shila tersenyum sambil berujar. "Hantu penunggu sekolah."
"Huuuuuuu..." ledekan koor langsung terdengar seiring dengan kalimat yang baru saja meluncur dari mulutnya, diam diam Shila memperhatikan reaksi Delon yang kini sedang menatapnya penuh selidik. Tapi Shila lebih memilih bersikap pura - pura tidak tau. Sepertinya perang dingin diantara mereka akan terus belanjut.
"Lagian hari gini, masih jaman ya ada secret admirer segala?" kata Shila santai.
"Bilang aja loe sirik. Loe takut kan? Karena sekarang loe punya saingan. Wah, bisa bisa Delon jadi berpaling dari mu," komentar Vivin lengkap dengan gaya syairnya yang khas. Shila hanya mendengus. Dan kemudian semuanya diam karena guru mereka kini sudah ada di depan kelas. Pelajaran terakhir siap di mulai.
"Loe tau dia siapa?"
Shila mengalihkan perhatian dari buku catatannya. Tidak yakin kalau suara lirih barusan keluar dari mulut rekan sebangkunya.
"Yang diem diem ngasi gue coklat sama bunga. 'HP koma S'"
Ternyata benar, Delon sedang berbicara padanya. Terbukti pria itu kini sedang menatap tepat kearah dirinya. Shila hanya tersenyum sambil angkat bahu.
"Mungkin," ujar Shila enteng. "Mungkin iya mungkin juga enggak," gadis itu menambahkan.
Delon ingin kembali bertanya, tapi situasi dan kondisi sedang tidak mendukung. Karena Pak Albert punya kebiasaan. Kalau sedang menerangkan ia suka sambil meronda dan kini berada selang tak jauh darinya.
"Apa maksud loe mungkin loe tau dia siapa?" tanya Delon begitu kelas berakhir. Gurunya sudah meninggalkan kelas, sementara Shila masih sibuk merapikan buku bukunya.
"Jadi sekarang loe udah punya pengagum rahasia?" dari pada menjawab Shila lebih memilih bertanya.
"Gue nggak sedang bercanda Shila."
Shila terdiam. Sejenak gadis itu menunduk, menarik nafas dalam dalam baru kemudian mengalihkan perhatiannya kembali kearah Delon. Kelas sudah mulai sepi karena masing masing sudah berjalan keluar untuk pulang.
"Gue tau. Bercanda bareng loe sekarang kan emang udah nggak mungkin banget."
"Bukan itu maksut gue," Delon menghela nafas. Ditatapnya wajah Shila yang kini kembali mengalihkan tatapan darinya. Gadis itu hanya terdiam, untuk sejenak suasana hening.
"Oke, gue nggak tau. Tadi itu gue cuma bercanda. Sorry, harusnya gue nggak gitu."
Kembali hening. Setelah yakin kalau Delon tidak lagi ingin bicara, Shila bangkit berdiri. Sepertinya lebih baik ia segera pulang saja.
"Shil, gue minta maaf."
Shila mengurungkan niatnya untuk berlalu. Perhatiannya kembali ia alihkan kearah Delon.
"Gue tau gue keterlaluan. Nggak seharusnya gue terlalu mencampuri urusan hidup loe terlalu jauh," sambung Delon lagi. Shila masih terdiam, sibuk mencerna kearah mana pembicaraan ini akan dibawa.
"Gue sadar kemaren gue terlalu emosi. Gue minta maaf. Jadi sebaiknya kita baikan aja ya. Nggak enak diem dieman sama loe."
Yakin kalau ia tidak salah dengar, Shila mengangguk. "Gue juga minta maaf ya atas omongan gue kemaren. Loe bener, diem dieman sama loe nggak asik. Mendingan kita baikan aja deh."
Delon tersenyum kearah Shila. "Cuma yang kemaren itu beneran Delon. Loe cuma salah paham. Alfa kemaren cuma bercanda. Dia nggak beneran ngelarang gue buat temenan sama loe," Shila menambahkan.
Delon mengangguk. Bukan karena ia setuju dengan hal itu, tapi lebih kepada karena ia tidak ingin masalah diantara mereka semakin runyam. Lagipula ia serius waktu bilang kalau diem dieman dengan Shila bukanlah sesuatu yang ia inginkan.
"Ya udah, udah siang nih. Pulang yuk," ajak Delon yang langsung diiyakan oleh Shila.
Next You're My Girl Part 12 Detail Cerbung
- Judul : You're My Girl
- Penulis : Ana Merya
- Twitter : @ana_merya
- Status : Ongoing
- Genre : Remaja
- Panjang Cerita : 1.392 Words
Aku komen (??????/) #gaknanya.
ReplyDeleteAkhirnya Shila sama Delon baikan. senangnya.... nextnya ditunggu banget banget banget
Aku komen (?????) #gaknanya
ReplyDeleteAkhrinya Shila sama Delon baikan. senangnya.... Nextnya ditunggu banget banget banget