Cepen Cinta "You're My Girl ~ 15
Holla hallo guys, ada yang kangen sama admin. Ralat, ada yang kangen sama cerpen karya admin? Nah, admin muncul lagi nih. Kali ini masih dengan lanjutan dari cerpen You're My girl bagian ke 15. Yang nanti cerpen baru, kayaknya harus sabar deh. Sama kayak admin juga. Sitkon beneran sedang tidak mendukung untuk nulis. Hiks hiks hik... Bdw, biar nyambung sama jalan ceritanya bagusan kalau baca dulu bagian sebelumnya disini. Happy reading...
Setelah Alfa berlalu, suasana mendadak hening. Masing - masing terdiam tanpa ada yang mau terlebih dahulu memulai pembicaraan.
"Gue denger dari Alfa, katanya kemaren dia ketemu loe pas di rumah sakit saat gue ada disana. Bener?"
Kalimat pembuka dari Shila tak urung membuat Delon mengernyit heran. Ia tidak menduga Alfa mau repot - repot memberi tahu Shila mengenai kedatangannya. Namun begitu tak urung ia mengangguk.
"Terus kenapa loe nggak nyamperin gue?" tanya Shila lagi.
Sejenak Delon terdiam. Matanya mengamati raut polos Shila. Ya ampun, memangnya ia benar - benar tidak tau alasan kenapa ia tidak muncul?
"Bukannya Alfa sudah cerita sama loe?" dari pada menjawab Delon lebih memilih balik melemparkan pertanyaan.
Shila mengeleng. "Alfa sama sekali nggak cerita. Dia cuma bilang, dia ketemu sama loe. Dan kalian ngobrol sebentar. Memangnya kalian ngobrol apa?"
Delon segera mengutuk Alfa dalam hati. Bisa - bisanya pria itu membuat ia merasa terpojok begini sementara ia kabur begitu saja. "Bukan sesuatu yang penting," Delon angkat bahu.
Gantian Shila yang mengernyit heran. Jawaban Delon tidak menyakinkan. Belum sempat ia kembali bertanya Delon sudah terlebih dahulu buka mulut.
"Gue denger loe cerita banyak sama dia. Termasuk hal hal yang nggak pernah loe ceritain ke gue."
Mata Shila melebar. Dia masih belum bisa menebak kearah mana pembicaraan ini akan di bawa. "Maksut loe?"
Delon menghela nafas sejenak baru kemudian melangkah menghampiri Shila. Duduk tepat di samping gadis itu. Setelah terdiam sejenak mulutnya kembali terbuka. "Jadi sejak dulu loe emang udah terkenal pinter."
Shila hanya angkat bahu.
"Kalau gitu kenapa loe sengaja pura - pura bodoh?"
Sejenak Shila berpikir. Ia tidak yakin kalau masalah ia yang pura pura bodoh itu penting untuk di bahas sekarang. Namun begitu ia tetap menjawab. "Gue nggak pernah pura pura bodoh," aku Shila tak urung membuat alis Delon terangkat. Sambil tersenyum gadis itu menambahkan. "Karena kalau gue beneran bodoh, gue nggak akan bisa memprediski berapa nilai yang harus gue kejar untuk mendapatkan pringkat di bawah, tapi gue tetap harus naik kelas tiap tahunnya. Dan lagi, gue pengen punya banyak temen."
Gantian Delon yang dibuat heran. Jawaban itu sama sekali tidak ada dalam list prediksinya. Melihat Delon yang sepertinya kebingungan tanpa di minta Shila segera menambahkan. "Saat gue pinter, gue selalu menjadi kesayangan guru - guru. Selalu dijadikan contoh dan perbandingan agar siswa lainnya mau giat belajar."
Kerutan di kening Delon makin bertambah. Memang apa salahnya menjadi kesayangan guru. Bukankah itu lebih bagus. Dia yakin kebanyakan orang malah berharap bisa begitu.
Sebaiknya Shila tersenyum melihat ekspresi Delon. Kalau dibandingkan cerita dengan Delon, curhat bersama Alfa pasti lebih enak. Pria itu lebih peka dari yang terlihat. Lebih cepat nyambung bila ngobrol dengannya. Makanya Shila selalu merasa jika berteman dengan Alfa itu menyenangkan.
"Gue emang jadi kesayangan guru. Tapi diwaktu yang sama gue jadi nggak punya temen. Secara di dunia sebelah mana sih ada orang yang suka dibanding bandingkan? Terlebih jika yang di banding bandingkan hidup dalam lingkungan yang sama juga."
Delon mengangguk. Sedikit banyak ia mulai mengerti. Perlahan tanpa di minta ucapan Alfa kemaren kembali mampir dalam ingatannya. Berteman lama dengan Shila, tidak menjamin ia lebih mengenali gadis itu.
"Keluarga loe?"
Shila tersenyum. "Broken home?" tebaknya. Delon mengangguk.
"Ya enggak lah. Nyokap sama bokap emang sekarang pisah. Itu karena nyokap gue sedang mengejar karirnya sebagai desainer. Dan bokap gue mendukung itu. Gue juga sama sekali nggak keberatan walau tak jarang gue kangen sama mama. Tapi intinya keluarga gue baik baik saja."
"Terus kenapa sekarang loe rajin belajar lagi?"
"Sejak awal gue emang udah mempersiapkan diri untuk serius belajar. Setidaknya gue akan pastikan kalau gue akan lulus dengan nilai terbaik. Gue nggak mau donk ngecewain keluarga gue. Terlebih setelah mereka setuju ngasi gue kesempatan dua tahun untuk seneng - seneng. Yah, cuma kayaknya itu sedikit lebih cepat dari seharusnya," terang shila lagi.
"Karena gue?" tanya Delon. Shila mengangguk.
"Karena loe ingin menang taruhan dari gue?" Delon mempertegas.
Shila tidak segera menjawab. Gadis itu tampak mengigit kuku jarinya. Delon tau kalau itu adalah kebiasan gadis itu ketika sedang ragu. Mau tak mau itu kembali mengingatkannya akan ucapan Alfa bahwa tebakan orang - orang seringnya memang salah. Jadi tidak menutup kemungkinan kalau kali ini ia juga salah.
"Boleh nggak gue jawab?"
Terus terang Delon kecewa. Shila bisa bercerita pada Alfa tentang alasannya tapi tidak pada dirinya.
"Kenapa?" tanya Delon akhirnya. Shila terdiam. Ia ragu apa harusnya ia jawab saja. Tapi...
"Kenapa loe bisa terbuka ke Alfa tapi nggak ke gue?"
Kali ini Shila mengernyit. Pergantian topik yang sangat diluar dugaan. Kenapa jadi Alfa lagi yang di bawa - bawa?
"Karena Alfa orangnya asik. Ngobrol sama dia selalu nyambung. Dia memenuhi semua kriteria gue sebagai sahabat terbaik," aku Shila jujur.
"Dan gue nggak?" potong Delon. Kali ini Shila tidak tau harus berkomentar apa. Untuk waktu yang sedikit lebih lama keduanya terdiam.
"Oke, pertanyaan terakhir yang pengen gue tau dari elo," tak hanya Delon, Shila juga cemas menunggunya namun tak urung gadis itu tetap menanti.
"Apa rahasia loe yang paling penting yang hanya Alfa yang tau. Tapi baik gue maupun orang lain enggak?"
Shila benar - benar di buat dilema. Kepalanya hanya mampu menunduk menatap lurus kearah kakiknya. Tetap diam, Delon pasti kecewa. Mau jawab jujur? Emp, kan namanya rahasia. Lagian ini kan soal harga dirinya.
"Loe boleh tetep nggak jawab kok," Shila menoleh. Matanya menatap kearah Delon. Pria itu kini sudah berdiri disampingnya.
"Udah bel, mending kita kekelas," selesai berkata Delon segera berlalu. Bersiap untuk meninggalkan Shila yang masih harus mencerna semuanya.
Tunggu dulu. Ia sudah 'hampir' menjawab semua pertanyaan Delon disaat ia sendiri bahkan tidak memiliki kesempatan untuk bertanya. Yang paling penting lagi, kelanjutan hubungan mereka bagaimana? Masih diam diaman? Tanpa sempat mencerna konsekwensinya lagi, mulutnya sudah terlebih dahulu menjawab.
"Alfa tau kalau gue suka sama loe sementara loe sendiri nggak!"
Bagai patung, tubuh Delon membatu. Pengakuan barusan mustahil keluar dari mulut Shila kan? Dengan ragu ia berbalik.
"Alfa tau kalau gue rajin belajar karena gue nggak suka orang orang ngeremehin elo cuma karena deket sama gue yang notabenenya cuma seorang gadis yang paling bodoh."
Delon makin bungkam. Untuk pertama kalinya ia melihat Shila menangis. Terlebih gadis itu menangis karena dirinya.
"Alfa tau kalau orang yang diam diam ngasi bunga dan coklat ke elo itu gue. HP, S. Hanya pengagumu, Shila."
Delon makin di buat melongo. Sementara Shila sendiri sudah merasa kepalang basah. Bukankah memang lebih baik mandi saja sekalian?
"Alfa tau," jeda sesaat. Tak hanya Shila, Delon ikut menahan nafas menanti kelanjutannya. "Gue nggak bisa cuma nganggap loe sebagai sahabat. Karena gue selalu berharap kita bisa lebih dari itu."
"Shil.." Delon mendekat. Dia tidak bercanda. Ia benar benar tidak suka melihat Shila menangis. Walau tak di pungkiri, saat ini ia juga merasa bahagia. Sangat bahagia. Jadi Shila menyukainya?
Diluar dugaan, Shila mundur tepat disaat Delon melangkah. Membuat pria itu tak urung menghentikan langkahnya.
"Loe puas sekarang?" tanya gadis itu dengan tatapan terluka. Sebelum Delon benar - benar menyadari kesalahannya, Shila berbalik. Berlari pergi meninggalkannya tanpa menoleh sama sekali.
****
Oke, bagian ini admin sendiri ngerasa drama banget. Sampe sampe sendirinya juga nggak mau baca ulang. Tapi yah, nggak papa lah. Sekali kali bikin drama oke aja kali ya....
Next To Cepen Cinta "You're My Girl ~ 16
Detail Cerbung
Cerpen You're My Girl |
Setelah Alfa berlalu, suasana mendadak hening. Masing - masing terdiam tanpa ada yang mau terlebih dahulu memulai pembicaraan.
"Gue denger dari Alfa, katanya kemaren dia ketemu loe pas di rumah sakit saat gue ada disana. Bener?"
Kalimat pembuka dari Shila tak urung membuat Delon mengernyit heran. Ia tidak menduga Alfa mau repot - repot memberi tahu Shila mengenai kedatangannya. Namun begitu tak urung ia mengangguk.
"Terus kenapa loe nggak nyamperin gue?" tanya Shila lagi.
Sejenak Delon terdiam. Matanya mengamati raut polos Shila. Ya ampun, memangnya ia benar - benar tidak tau alasan kenapa ia tidak muncul?
"Bukannya Alfa sudah cerita sama loe?" dari pada menjawab Delon lebih memilih balik melemparkan pertanyaan.
Shila mengeleng. "Alfa sama sekali nggak cerita. Dia cuma bilang, dia ketemu sama loe. Dan kalian ngobrol sebentar. Memangnya kalian ngobrol apa?"
Delon segera mengutuk Alfa dalam hati. Bisa - bisanya pria itu membuat ia merasa terpojok begini sementara ia kabur begitu saja. "Bukan sesuatu yang penting," Delon angkat bahu.
Gantian Shila yang mengernyit heran. Jawaban Delon tidak menyakinkan. Belum sempat ia kembali bertanya Delon sudah terlebih dahulu buka mulut.
"Gue denger loe cerita banyak sama dia. Termasuk hal hal yang nggak pernah loe ceritain ke gue."
Mata Shila melebar. Dia masih belum bisa menebak kearah mana pembicaraan ini akan di bawa. "Maksut loe?"
Delon menghela nafas sejenak baru kemudian melangkah menghampiri Shila. Duduk tepat di samping gadis itu. Setelah terdiam sejenak mulutnya kembali terbuka. "Jadi sejak dulu loe emang udah terkenal pinter."
Shila hanya angkat bahu.
"Kalau gitu kenapa loe sengaja pura - pura bodoh?"
Sejenak Shila berpikir. Ia tidak yakin kalau masalah ia yang pura pura bodoh itu penting untuk di bahas sekarang. Namun begitu ia tetap menjawab. "Gue nggak pernah pura pura bodoh," aku Shila tak urung membuat alis Delon terangkat. Sambil tersenyum gadis itu menambahkan. "Karena kalau gue beneran bodoh, gue nggak akan bisa memprediski berapa nilai yang harus gue kejar untuk mendapatkan pringkat di bawah, tapi gue tetap harus naik kelas tiap tahunnya. Dan lagi, gue pengen punya banyak temen."
Gantian Delon yang dibuat heran. Jawaban itu sama sekali tidak ada dalam list prediksinya. Melihat Delon yang sepertinya kebingungan tanpa di minta Shila segera menambahkan. "Saat gue pinter, gue selalu menjadi kesayangan guru - guru. Selalu dijadikan contoh dan perbandingan agar siswa lainnya mau giat belajar."
Kerutan di kening Delon makin bertambah. Memang apa salahnya menjadi kesayangan guru. Bukankah itu lebih bagus. Dia yakin kebanyakan orang malah berharap bisa begitu.
Sebaiknya Shila tersenyum melihat ekspresi Delon. Kalau dibandingkan cerita dengan Delon, curhat bersama Alfa pasti lebih enak. Pria itu lebih peka dari yang terlihat. Lebih cepat nyambung bila ngobrol dengannya. Makanya Shila selalu merasa jika berteman dengan Alfa itu menyenangkan.
"Gue emang jadi kesayangan guru. Tapi diwaktu yang sama gue jadi nggak punya temen. Secara di dunia sebelah mana sih ada orang yang suka dibanding bandingkan? Terlebih jika yang di banding bandingkan hidup dalam lingkungan yang sama juga."
Delon mengangguk. Sedikit banyak ia mulai mengerti. Perlahan tanpa di minta ucapan Alfa kemaren kembali mampir dalam ingatannya. Berteman lama dengan Shila, tidak menjamin ia lebih mengenali gadis itu.
"Keluarga loe?"
Shila tersenyum. "Broken home?" tebaknya. Delon mengangguk.
"Ya enggak lah. Nyokap sama bokap emang sekarang pisah. Itu karena nyokap gue sedang mengejar karirnya sebagai desainer. Dan bokap gue mendukung itu. Gue juga sama sekali nggak keberatan walau tak jarang gue kangen sama mama. Tapi intinya keluarga gue baik baik saja."
"Terus kenapa sekarang loe rajin belajar lagi?"
"Sejak awal gue emang udah mempersiapkan diri untuk serius belajar. Setidaknya gue akan pastikan kalau gue akan lulus dengan nilai terbaik. Gue nggak mau donk ngecewain keluarga gue. Terlebih setelah mereka setuju ngasi gue kesempatan dua tahun untuk seneng - seneng. Yah, cuma kayaknya itu sedikit lebih cepat dari seharusnya," terang shila lagi.
"Karena gue?" tanya Delon. Shila mengangguk.
"Karena loe ingin menang taruhan dari gue?" Delon mempertegas.
Shila tidak segera menjawab. Gadis itu tampak mengigit kuku jarinya. Delon tau kalau itu adalah kebiasan gadis itu ketika sedang ragu. Mau tak mau itu kembali mengingatkannya akan ucapan Alfa bahwa tebakan orang - orang seringnya memang salah. Jadi tidak menutup kemungkinan kalau kali ini ia juga salah.
"Boleh nggak gue jawab?"
Terus terang Delon kecewa. Shila bisa bercerita pada Alfa tentang alasannya tapi tidak pada dirinya.
"Kenapa?" tanya Delon akhirnya. Shila terdiam. Ia ragu apa harusnya ia jawab saja. Tapi...
"Kenapa loe bisa terbuka ke Alfa tapi nggak ke gue?"
Kali ini Shila mengernyit. Pergantian topik yang sangat diluar dugaan. Kenapa jadi Alfa lagi yang di bawa - bawa?
"Karena Alfa orangnya asik. Ngobrol sama dia selalu nyambung. Dia memenuhi semua kriteria gue sebagai sahabat terbaik," aku Shila jujur.
"Dan gue nggak?" potong Delon. Kali ini Shila tidak tau harus berkomentar apa. Untuk waktu yang sedikit lebih lama keduanya terdiam.
"Oke, pertanyaan terakhir yang pengen gue tau dari elo," tak hanya Delon, Shila juga cemas menunggunya namun tak urung gadis itu tetap menanti.
"Apa rahasia loe yang paling penting yang hanya Alfa yang tau. Tapi baik gue maupun orang lain enggak?"
Shila benar - benar di buat dilema. Kepalanya hanya mampu menunduk menatap lurus kearah kakiknya. Tetap diam, Delon pasti kecewa. Mau jawab jujur? Emp, kan namanya rahasia. Lagian ini kan soal harga dirinya.
"Loe boleh tetep nggak jawab kok," Shila menoleh. Matanya menatap kearah Delon. Pria itu kini sudah berdiri disampingnya.
"Udah bel, mending kita kekelas," selesai berkata Delon segera berlalu. Bersiap untuk meninggalkan Shila yang masih harus mencerna semuanya.
Tunggu dulu. Ia sudah 'hampir' menjawab semua pertanyaan Delon disaat ia sendiri bahkan tidak memiliki kesempatan untuk bertanya. Yang paling penting lagi, kelanjutan hubungan mereka bagaimana? Masih diam diaman? Tanpa sempat mencerna konsekwensinya lagi, mulutnya sudah terlebih dahulu menjawab.
"Alfa tau kalau gue suka sama loe sementara loe sendiri nggak!"
Bagai patung, tubuh Delon membatu. Pengakuan barusan mustahil keluar dari mulut Shila kan? Dengan ragu ia berbalik.
"Alfa tau kalau gue rajin belajar karena gue nggak suka orang orang ngeremehin elo cuma karena deket sama gue yang notabenenya cuma seorang gadis yang paling bodoh."
Delon makin bungkam. Untuk pertama kalinya ia melihat Shila menangis. Terlebih gadis itu menangis karena dirinya.
"Alfa tau kalau orang yang diam diam ngasi bunga dan coklat ke elo itu gue. HP, S. Hanya pengagumu, Shila."
Delon makin di buat melongo. Sementara Shila sendiri sudah merasa kepalang basah. Bukankah memang lebih baik mandi saja sekalian?
"Alfa tau," jeda sesaat. Tak hanya Shila, Delon ikut menahan nafas menanti kelanjutannya. "Gue nggak bisa cuma nganggap loe sebagai sahabat. Karena gue selalu berharap kita bisa lebih dari itu."
"Shil.." Delon mendekat. Dia tidak bercanda. Ia benar benar tidak suka melihat Shila menangis. Walau tak di pungkiri, saat ini ia juga merasa bahagia. Sangat bahagia. Jadi Shila menyukainya?
Diluar dugaan, Shila mundur tepat disaat Delon melangkah. Membuat pria itu tak urung menghentikan langkahnya.
"Loe puas sekarang?" tanya gadis itu dengan tatapan terluka. Sebelum Delon benar - benar menyadari kesalahannya, Shila berbalik. Berlari pergi meninggalkannya tanpa menoleh sama sekali.
****
Oke, bagian ini admin sendiri ngerasa drama banget. Sampe sampe sendirinya juga nggak mau baca ulang. Tapi yah, nggak papa lah. Sekali kali bikin drama oke aja kali ya....
Next To Cepen Cinta "You're My Girl ~ 16
Detail Cerbung
- Judul : You're My Girl
- Penulis : Ana Merya
- Twitter : @ana_merya
- Status : Ongoing
- Genre : Remaja
- Panjang Cerita : 1.149 Words
Post a Comment for "Cepen Cinta "You're My Girl ~ 15"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...