Cerbung Terbaru "Let It Flow " ~ Part 02
Mumpung punya waktu luang, lanjut ngetik cerita lagi. Lagian kayaknya udah lama bingits isi kepala nggak di pake buat ngerangkai kata bebas. Makin hari bukannya makin encer yang ada malah membeku. #Elah, bahasa gue ya kan. So buat yang masih mau nikmatin cerbung Let it Flow bagian ke dua, bisa nih langsung simak ke bawah. Moga bisa menghibur ya. Biar nyambung baca dulu bagian sebelumnya disini. Happy reading....
Walaupun memiliki atasan yang sering semena – mena, Er sama sekali tidak mengeluh. Ralat, kadang Er memang sedikit mengeluh dibelakang tapi sering buru – buru ia ganti dengan bersukur karena punya kerjaan. Kalau pas keselnya kuadrad pokoknya ingetin aja pas gajian. Terlebih kerjaan yang sekarang memang sesuai dengan jurusan kuliahnya dulu. Jadi ilmunya benar benar di pake. Rekan kerjanya juga walaupun sering ngeselin tapi sebenarnya merupakan rekan kerja yang asik diajak berteman. Kompak lagi.
Tapi untuk kali ini, Er merasa menyesal berkerja disana. Bukan karena Bos nya yang memberikan tugas semena mena termasuk pembuatan anggaran untuk event fiksi. Bukan karena hari ini ia sedikit terlambat gara gara bangun kesiangan efek bergadang tadi malam. Dan Bukan juga karena obrolan Okta kemaren itu bohong.
Kubikel di samping Satria, yang biasanya kosong sejak kepergian Iren, kini sudah terisi. Sesuai dengan ciri – ciri yang disebutkan si Okta kemaren. Nggak ada satupun yang melesat. Pria itu beneran ganteng. Tipe tipe cowok ganteng yang bisa bikin khilaf, termasuk khilaf untuk membuat seorang wanita rela menyatakan cinta duluan.
“Ck, gue bilang juga apa. Terpesona kan,” cibiran Okta membuat Er mengalihkan tatapannya. Ia baru sadar kalau kini ia masih berdiri di depan kubikelnya dengan tatapan lurus kearah warga baru. Sementara samar ia mendengar tawa Alfa yang tertahan.
“Eh Er. Kenalin nih. Rekan baru kita penganti si Iren. Biar pun cowok gue akui, dia itu ganteng sih emang. Namanya Rendy. Kayaknya cuma elo aja deh yang belum kenalan,” Satria akhirnya buka suara. Baru kemudian kepalanya menoleh kearah rekan barunya yang bernama Rendy itu. “Nah Ren kalau dia…”
“Nggak perlu. Udah kenal,” potong Er sebelum Satria sempat menyelesaikan ucapannya. Membuat anggota Genk Rusuh serentak menoleh kearahnya dengan raut kaget. Er sendiri hanya angkat bahu, baru kemudian duduk mengisi kubikelnya. Sibuk menyalakan komputer baru menyiapkan berkas berkas yang harus ia selesaikan hari ini.
"Oh ya? Loe udah kenal, kok bisa?" Alfa tampak antusias. Ia bahkan sampai mengeserkan kursinya mendekat kearah Er.
"Iya, kita emang udah kenal. Erisa ini rekan sekampus aku dulu. Tapi aku baru tau kalau ternyata kamu kerja disini Sa," Rendy memutuskan untuk menjawab pertanyaan Alfa ketika melihat Er hanya terdiam di posisinya. Sementara gadis itu sendiri hanya angkat bahu acuh.
“Wah kebetulan banget donk kalau gitu,” komentar Okta membuat Er menoleh kearahnya.
“Iya, kebetulan banget ya. Padahal tanah air Indonesia luas lho, Batam juga lumayan lebar. Nggak sebanding sama ruangan kita yang sekecil ini. Kok masih bisa ketemu ya?”
Kalimat Er barusan tak urung membuat suasana hening. Entah mengapa kalimat itu sepertinya punya makna ganda. Satria sudah kembali ingin buka mulut, tapi urung. Terlebih ketika melihat Er yang kini memasangkan headset di kedua telinganya. Isarat nyata bahwa ia tidak tertarik untuk melanjutkan obrolanya itu. Walau masing masing masih di penuhi rasa penasaran, namun mereka tutup mulut dan memilih melanjutkan perkerjaannya.
***
Let It Flow |
Walaupun memiliki atasan yang sering semena – mena, Er sama sekali tidak mengeluh. Ralat, kadang Er memang sedikit mengeluh dibelakang tapi sering buru – buru ia ganti dengan bersukur karena punya kerjaan. Kalau pas keselnya kuadrad pokoknya ingetin aja pas gajian. Terlebih kerjaan yang sekarang memang sesuai dengan jurusan kuliahnya dulu. Jadi ilmunya benar benar di pake. Rekan kerjanya juga walaupun sering ngeselin tapi sebenarnya merupakan rekan kerja yang asik diajak berteman. Kompak lagi.
Tapi untuk kali ini, Er merasa menyesal berkerja disana. Bukan karena Bos nya yang memberikan tugas semena mena termasuk pembuatan anggaran untuk event fiksi. Bukan karena hari ini ia sedikit terlambat gara gara bangun kesiangan efek bergadang tadi malam. Dan Bukan juga karena obrolan Okta kemaren itu bohong.
Kubikel di samping Satria, yang biasanya kosong sejak kepergian Iren, kini sudah terisi. Sesuai dengan ciri – ciri yang disebutkan si Okta kemaren. Nggak ada satupun yang melesat. Pria itu beneran ganteng. Tipe tipe cowok ganteng yang bisa bikin khilaf, termasuk khilaf untuk membuat seorang wanita rela menyatakan cinta duluan.
“Ck, gue bilang juga apa. Terpesona kan,” cibiran Okta membuat Er mengalihkan tatapannya. Ia baru sadar kalau kini ia masih berdiri di depan kubikelnya dengan tatapan lurus kearah warga baru. Sementara samar ia mendengar tawa Alfa yang tertahan.
“Eh Er. Kenalin nih. Rekan baru kita penganti si Iren. Biar pun cowok gue akui, dia itu ganteng sih emang. Namanya Rendy. Kayaknya cuma elo aja deh yang belum kenalan,” Satria akhirnya buka suara. Baru kemudian kepalanya menoleh kearah rekan barunya yang bernama Rendy itu. “Nah Ren kalau dia…”
“Nggak perlu. Udah kenal,” potong Er sebelum Satria sempat menyelesaikan ucapannya. Membuat anggota Genk Rusuh serentak menoleh kearahnya dengan raut kaget. Er sendiri hanya angkat bahu, baru kemudian duduk mengisi kubikelnya. Sibuk menyalakan komputer baru menyiapkan berkas berkas yang harus ia selesaikan hari ini.
"Oh ya? Loe udah kenal, kok bisa?" Alfa tampak antusias. Ia bahkan sampai mengeserkan kursinya mendekat kearah Er.
"Iya, kita emang udah kenal. Erisa ini rekan sekampus aku dulu. Tapi aku baru tau kalau ternyata kamu kerja disini Sa," Rendy memutuskan untuk menjawab pertanyaan Alfa ketika melihat Er hanya terdiam di posisinya. Sementara gadis itu sendiri hanya angkat bahu acuh.
“Wah kebetulan banget donk kalau gitu,” komentar Okta membuat Er menoleh kearahnya.
“Iya, kebetulan banget ya. Padahal tanah air Indonesia luas lho, Batam juga lumayan lebar. Nggak sebanding sama ruangan kita yang sekecil ini. Kok masih bisa ketemu ya?”
Kalimat Er barusan tak urung membuat suasana hening. Entah mengapa kalimat itu sepertinya punya makna ganda. Satria sudah kembali ingin buka mulut, tapi urung. Terlebih ketika melihat Er yang kini memasangkan headset di kedua telinganya. Isarat nyata bahwa ia tidak tertarik untuk melanjutkan obrolanya itu. Walau masing masing masih di penuhi rasa penasaran, namun mereka tutup mulut dan memilih melanjutkan perkerjaannya.
***
Post a Comment for "Cerbung Terbaru "Let It Flow " ~ Part 02"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...