Cerita SMA Diera Diary ~ 05 { Update }
Masih seputar Serial Diera Diary yang memang belum ketemu sama ending. Di cerita sebelumnya, kayaknya hubungan keduanya sudah mulai oke tuh, tapi tetep belom berdamai. Tapi nggak tau deh kalau pada Cerita SMA Diera Diary ~ 05 ini mereka akhirnya baikan. Untuk jelasnya, langsung simak aja yuk.
Oh iya teman teman. Biar nggak bingung sekaligus jadi lebih mempermudah untuk yang membaca, part sebelumnya di baca dulu ya yang bisa langsung di cek disini.
Diera sedang berjalan jalan di pasar bersama Cycie untuk membeli perlengakpan sekolah adiknya.
“Kak Rian” teriak Cycie tiba-tiba yang membuat Diera kaget dan segera menoleh. Pada saat bersamaan Rian juga menoleh kearanya dan sepertinya dia juga kaget.
“Cycie?” sapa Rian seolah masih nggak percaya.
“Ia. Kakak ngapain di sini?” balas Cycie.
“Lagi jualan bakso” balas Rian.
“Ha?. Yang bener?” Cycie kaget. Diera apalagi.
“Ha ha ha… ya nggak lah. Kakak jalan-jalan aja kok. Cycie sendiri lagi ngapain?” balas Rian.
“Kirain” gumam Diera lirih. Rian sempet melirik mendegar gumamannya. Tapi Diera malah pura-pura milih-milih tas buat adiknya.
“Cycie lagi mau nyariin tas buat sekul besok. Tapi Cycie pikir kak Rian beneran jualan bakso tadi.”
“Emang kakak cocok jualan bakso?” Rian balik nanya.
Cocok banget,” Diera yang bales. Rian mendelik mendengarnya.
“Ya engak lah. Kakak kan keren masa jualan bakso. Ya pasti nggak cocok lah. Pantes nya tu kakak jadi model” balas Cycie. Rian tersenyum. Diera mencibirkan bibir mendengarnya.
“Eh Cycie haus nggak. Kita minum es kelapa muda dulu yuk. Kakak yang trakrir deh,” ajak Rian kemudian.
“Beneran? Mau banget,” Cycie seneng mendengarnya.
“Yuk” ajak Rian sambil menarik tangan Cycie agar mengikutinya.
“Eh tunggu. Gue nggak di ajak” Diera menunjuk mukanya sendiri.
Rian sama sekali tidak menoleh malah asik ngobrol sama Cycie seolah-olah nggak denger apa-apa. Diera jelas sebel di cuekin begitu. Tapi tak urung di ikutinya kedua orang itu pergi.
Selama mereka minum Diera juga tetap terus di cuekin. Rian sama Cycie malah keasikan ngobrol sambil ketawa-tawa. Huh bikin ngiri aja. Batin Diera. Padahalkan dia yang naksir sama Rian. Tapi tu orang malah deketnya sama adeknya. Mana baru mau masuk ke esde lagi. Masa ia kalah sama anak kecil.
Diera berusaha ngajak Rian ngobrol. Tapi tu orang masih berlagak nggak denger. Akhirnya kesabaran Diera habis dan segera mengajak adiknya pulang. Rian tersenyum sendiri sambil memperhatikan pungung Diera yang pergi bersama adiknya meninggalkannya dengan wajah cemberut.
Keesokan harinya Diera sedang merapikan penampilannya di kamar mandi ketika tiba-tiba Andreani and friend menghampirinya.
“Gue minta mulai sekarang loe jauhin Rian,” Andreani langsung to the point.
“Maksut loe?” Diera nggak ngerti.
“Masih nggak ngerti juga ya. Gue mau loe jauhin Rian. Jangan deket-deket lagi sama dia. Apalagi sampai merayunya. Ngerti!” sambung Niken.
“Eh gue nggak pernah ngerayu dia ya,” Diera berusaha membela diri. Tapi Bella malah terus menyudutkannya.
“Oh ya. Terus kemaren apa maksutnya. Loe pake ngunain adek loe segala. Kita udah liat semuanya tau,” tambah Andreani lagi.
“Ia. Loe suka kan sama Rian?” bentak Niken lagi.
“Engak” Diera membantah.
“Alah nggak usah bohong deh. Semua orang juga bisa ngebacanya dengan jelas kok,” ledek Angela.
“Gue Cuma….” Diera lemes mendengarnya. Jangan-jangan buku diarinya….
“Kita akan kasih tau semua orang kalau loe tu naksir sama Rian,” ancam Andreani lagi.
“Please jangan. Gue akan turtin apa mau loe. Tapi tolong balikin buku gue,” pinta Diera.
“Loe ngomong apa sih?” Tanya Bella Heran.
“Udah lah. Pokok nya loe harus jauhin Rian. Atau loe akan tau akibatnya nanti,” selesai berkata Andreani mengajak teman-temannya pergi meninggalkan Diera yang duduk bersandar di dingding dengan lemas.
“Diera kenapa? Loe sakit?” Tanya Hera saat Diera baru masuk ke kelasnya.
“Nggak kok” balsa Diera.
“Kok muka loe kusut gitu?”
“Ia. Apa loe ada masalah?” tambah Lilly.
“Nggak ada apa apa kok. Kalian tenang aja. Cuma kayaknya gue kecapean aja deh.”
“Kecapean?” Narnia Heran.
“Ia. Eh Gue pinjem buku catatan kalian ya. Soalnya gue ada yang ketiangalan pelajaran waktu nggak masuk kemaren,” Diera ngalihin topic pembicaran.
“Kalau itu sih bisa aja.”
“Stt…. Buk Helen udah masuk tuh” Anggun mengingatkan.
Rian sedang asik tidur di dalam kamarnya sambil mendegarkan musik mp3 nya, ketika terdengar bel rumannya yang terus berbunyi. Dengan malas Rian berjalan menuju kepintu. Karena memang saat itu hanya dia sendiRian yang lagi di rumah ibu sama adik nya yang baru kelas 3 smd sedang keluar. Sementara ayahnya sendiri pasti saat ini masih di kantor.
“Hera?” Rian kaget.
“Ia. Ini gue. Nggak usah kaget gitu deh,” balas Hera santai.
“Ada apa?” tanya Rian lagi.
“Ada apa?” Hera balik nanya karena biasanya kan ia memang jalan kerumah Rian setiap kamis dan rabu sore untuk mengajarkan less bahasa ingris kepada septia. Adik perempuannya Rian.
“Septia ada kan?” Tanya Hera lagi. Karena Rian sepertinya masih kaget.
“Oh…..mau nyari in Septia. Kirain mau nemuin gue.”
“Maksutnya?” gantian Hera yang Heran.
“Bukan…. Maksut gue Septian nya lagi keluar tadi nemenin mama. Tapi katanya bentar kok. Palingan juga bentar lagi pulang. Masuk dulu yuk” ajak Rian kemudian.
Hera sebenernya agak rikuh juga sih. Tapi tak urunng di ikutinya Rian yang lebih dulu masuk ke dalam.
“Ya udah. Loe duduk dulu ya. Oh ya loe mau minum apa. Biar sekalian gue ambilin.”
“Nggak usah deh. Ntar aja,” tolak Hera.
Untuk beberapa saat suasana hening. Masing-masing terdiam. Ya walau pun selama ini Hera sering jalan ke rumah Rian, tapi ia kan nggak pernah ngobrol sama Rian. palingan juga sama ibunya selain septia yang ia ajari. Bahkan teman-teman Hera sendiri nggak tau kalau ia memberikan less pada adiknya Rian.
“E.. emang septia sama tante kemana?” tanya Hera memulai pembicaraan.
“Ke rumah tante gue. Udah dari tadi sih. Biasalah nemenin mama. Tapi dia tadi bilang mau pulang cepet kok. Dia kan juga udah tau kalau hari ini dia ada less. Atau kalau nggak biar gue telp aja. Dari pada loe ntar kelamaan nunggu.”
“Nggak usah deh. Lagian kayaknya gue yang kecepetan datangnya. Biasanaykan mulainya jam 3. ini baru juga jam dua setengah lebih gue udah dating. Jadi biarin aja deh,” cegah Hera.
Suasana kembali hening.
“Oh ya,…… e……” Rian ragu mau ngomong.
“Kenapa?” Tanya Hera.
“Gue mau nanya, soal foto kemaren. Itu.”
“Loe tenang aja. Gue nggak ember kok. Foto itu masih gue simpen and nggak gue kasih lihat siapa-siapa kok. Bahkan Diera juga nggak tau kalau loe punya foto nya di waktu dia lagi tidur di hutan. Kemaren gue cuma iseng aja waktu Septia nanyain siapa cewek yang jadi walpeper di hape loe. Karena gue juga heran kok loe bisa punya fotonya Diera makanya gue send ke handfond gue,” potong Hera sebelum Rian selesai ngomong.
“Cuma yang gue pengen tau kok loe mau sih nyimpen fotonya Diera?” Tanya Hera. Rian terdiam. Dia bingung mau jawab apa.
“Loe nggak ada niat buat ngerjain dia kan?” tambah Hera lagi.
“Ya nggak lah,” bantah Rian cepat.
“Terus buat apa donk?” Hera masih penasaran.
“Jangan-jangan loe suka sama die ya?” tebak Hera. Rian kaget lagsung menatap tajam kearahnya.
“Apa an sih. Ya nggak mungkinlah. Masa ia gue suka sama dia. Loe kalau ngomong ngasal aja.”
“Kirain. Lagian Diera itu kan udah baik, cantik, pinter lagi. Wajar donk kalau loe suka sama dia.”
“Promosi nih ceritanya….”
“Ya nggak lah emang kenyataannya kok. Lagian kan kalian masih sama sama jomlo. Jadi sah sah aja kan.”
“Apasih. Loe ngomongnya makin ngelantur aja. Lagian siapa bilang gue jomlo?” Rian keki di desak gitu.
“Septia….” Balas Hera datar.
"Aah tu anak emang ember. Lagian Septia loe dengerin.”
“O…. jadi loe udah punya pacar?” Tanya Hera lagi.
“
Ah tau ah…... Tuh kayaknya mama sama septia udah pulang deh. Jadi gue tinggal ya?”
Tanpa menunggu balasan dari Hera, Rian beranjak menuju kekamarnya. Pada saat bersamaan Septia dan mamanya juga sudah muncul.
“Eh kak Hera. Udah dari tadi ya kak?” Tanya septia begitu melihat Hera.
“Nggak kok. Baru juga nyampe.”
“Aduh maaf ya nak Hera. Tadi tante keasikan ngobrol sampai lupa waktu” tambah mamanya septia merasa bersalah.
“Nggak papa kok tante. Lagian kayaknya emang aku yang kecepetan datangnya deh. Abisnya tadi aku juga baru nganterin mama kerumah temennya yang kebetulan searah. Jadi dari pada bolak-balik mending aku kesini aja,” balas Hera.
“Gitu ya. Ya udah tante tinggal dulu ya.”
“Ia tante” Hera mengangukan kepalanya.
Diera buru-buru menarik dirinya keluar dari pintu perpustakaan sekolahnya ketika dilihatnya Rian yang lagi duduk disalah satu meja yang tak jauh dari pintu masuk. Ia segera membalikkan badan membatalkan niatnya untuk masuk dan malah kembali menuju kelasnya. Dan duduk disana sendirian sambil kembali mengulang-ulang pelajaran yang tadi diberikan gurunya.
“Lho ra, kok loe disini?” tanya Lilly yang baru masuk kekelas. Kebetulan tadi uangnya ketinggalan didalam tas.
“Eh Lilly?” Diera kaget
“Bukannya tadi loe bilang mau keperpus ya?” tanya Lilly lagi
“0h itu. Nggax jadi,” sahut Diera singkat.
“Kenapa?”
“Nggax kenapa-napa?”
“Ya udah kalau gitu gabung ma kita yuk. Mau kekantin nih gue. Lagian ngapain sih loe dikelas sendiRian. Kesambet baru tau loe” ajak Lilly. Diera dengan senang hati mengikutinya.
Dikantin semuanya asyik ngobrol ngalor ngidul. Tapi Diera lebih banyak diem. Ia masih terus kepikiran buku diarynya yang masih belum ketemu. Bahkan menurut dugaannya ada saat ini buku itu ada pada Andreani and temen-temennya.
“Diera loe kenapa sih?”. Dari kemaren kita perhatiin kayaknya loe murung terus. Loe ada masalah ya?” tanya Hera
Diera hanya terdiam.
“Diera?” panggil Narnia Heran.
“Eh kenapa?” tanya Diera kaget
“Yah... ngelamun dia...loe kenapa sih? Kalau emang ada masalah cerita donk ama kita. Kali aja kita bisa bantu,” sambung Lilly yang juga bingung melihat tingkah laku sahabatnya akhir-akhir ini yang banyak ngelamun
“Ya gue kan udah bilang gue nggax kenapa-kenapa,” elak Diera
“Atau jangan-jangan masih masalah diary itu ya?” tebak anggun. Diera menoleh.
“Udah lah nggax usah terlalu loe fikirin. Gue yakin kok buku itu nggax jatuh ketangan orang jahat. Soalnya kalau nggax pasti dia gunain ini buat meres loe. Ya... suka ngambil kesempatan dalam kesempitan gitu.”
“Ia ra. Buktinya sampai sekarang nggax ada kan yang ngelakuin itu?” sambung Lilly.
Diera hanya tersenyum kecut. Dia nggax mau bilang kalau kemungkinan besar buku tersebut saat ini ada pada Andreani dan temen-temennya dan memang saat ini di gunakan untuk memerasnya agar menjauhi Rian.
Diera mempercepat langkahnya sambil terus melirik jam tangannya. Pukul tujuh lewat lima menit. Hatinya was-was takut terlambat. Ia terus berjalan meninggalkan kakaknya yang masih mengutak atik motor mereka yang tiba-tiba mogok sebelum sampai kesekolah Diera. Karena itu Diera memutuskan untuk jalan kaki saja dari pada kesiangan. Walau pun jarak sekolahnya tidak terlalu jauh lagi . palingan satu kali belok saja udah nyampe. Kalau saja motornya nggax mogok palingan juga lima menit nyampe. Hanya berhubung jalan kaki jadi terasa nya kaya jauh banget.
Bunyi klakson mengagetkan Diera. Ia menoleh.
“Elo?” Diera kaget
“Iya. Ini gue Pasya. Masih inget kan?” kata pengendara motor tersebut.
“Ya ingetlah. Kan loe yang bantuin gue kemaren.”
“Lho kok jalan kaki?”
“Ia nih. Soalnya tadi motor kakak gue mogok. Jadi dari pada kelamaan nunggu mendingan gue jalan aja deh. Mana udah siang lagi. Takut nya ntar terlambat.”
“ 0 gitu ya. Ya udah bareng gue aja yuk. Lagian bentar lagi pasti bel.” ajak Pasya.
Diera terdiam. Sejenak ragu, tapi Pasya menyakinkan. Akhirnya Diera pun setuju untuk duduk dibelakang Pasya.
“Eh ma kasih ya. Untung aja ada loe. Kalau nggax gue pasti udah terlambat. Mana hari in ada ulangan lagi” kata Diera setelah meteka sampai di parkiran sekolah
“Santai aja lagi,” balas Pasya sambil melepas helm nya yang dikenakannya
“Ya udah kekelas yuk”
Pasya mengangguk karena kelas mereka memang searah. Begitu berbalik Diera kaget, karna selang tiga motor dari tempatnya berdiri tampak Rian yang terus menatapnya dengan helm ditangannya. Sepertinya Rian juga baru tiba sebelumnya.
Tapi Diera pura-pura nggax ngelihat dan dengan santai melewati Rian sambil mengajak Pasya untuk jalan disampingnya. Bahkan ia sempet basa-basi juga sama Pasya ang sudah membantunya.
Diera baru saja keluar dari ruangan pak gunawan untuk menyerahkan tugas yang diberikan guru tersebut teman sekelasnya ketika didepanya tampak Rian yang berjalan munuju kearahnya sambil menenteng buku juga. Sepertinya ia juga mendapat tugas yang sama
Dan sebelum Rian sampai keaarah nya, Diera buru-buru memutar haluan. Balik kanan dan langsung ngacir meninggalkan Rian yang terus berjalan sambil tak henti menatapnya dengan Heran akan perubahan sikapnya.
Bersambung ke bagian selanjutnya pada Cerita SMA Diera diary ~ 06
~ With Love ~ Ana Merya ~
Oh iya teman teman. Biar nggak bingung sekaligus jadi lebih mempermudah untuk yang membaca, part sebelumnya di baca dulu ya yang bisa langsung di cek disini.
Cerita SMA Diera Diary ~ 04 |
Diera sedang berjalan jalan di pasar bersama Cycie untuk membeli perlengakpan sekolah adiknya.
“Kak Rian” teriak Cycie tiba-tiba yang membuat Diera kaget dan segera menoleh. Pada saat bersamaan Rian juga menoleh kearanya dan sepertinya dia juga kaget.
“Cycie?” sapa Rian seolah masih nggak percaya.
“Ia. Kakak ngapain di sini?” balas Cycie.
“Lagi jualan bakso” balas Rian.
“Ha?. Yang bener?” Cycie kaget. Diera apalagi.
“Ha ha ha… ya nggak lah. Kakak jalan-jalan aja kok. Cycie sendiri lagi ngapain?” balas Rian.
“Kirain” gumam Diera lirih. Rian sempet melirik mendegar gumamannya. Tapi Diera malah pura-pura milih-milih tas buat adiknya.
“Cycie lagi mau nyariin tas buat sekul besok. Tapi Cycie pikir kak Rian beneran jualan bakso tadi.”
“Emang kakak cocok jualan bakso?” Rian balik nanya.
Cocok banget,” Diera yang bales. Rian mendelik mendengarnya.
“Ya engak lah. Kakak kan keren masa jualan bakso. Ya pasti nggak cocok lah. Pantes nya tu kakak jadi model” balas Cycie. Rian tersenyum. Diera mencibirkan bibir mendengarnya.
“Eh Cycie haus nggak. Kita minum es kelapa muda dulu yuk. Kakak yang trakrir deh,” ajak Rian kemudian.
“Beneran? Mau banget,” Cycie seneng mendengarnya.
“Yuk” ajak Rian sambil menarik tangan Cycie agar mengikutinya.
“Eh tunggu. Gue nggak di ajak” Diera menunjuk mukanya sendiri.
Rian sama sekali tidak menoleh malah asik ngobrol sama Cycie seolah-olah nggak denger apa-apa. Diera jelas sebel di cuekin begitu. Tapi tak urung di ikutinya kedua orang itu pergi.
Selama mereka minum Diera juga tetap terus di cuekin. Rian sama Cycie malah keasikan ngobrol sambil ketawa-tawa. Huh bikin ngiri aja. Batin Diera. Padahalkan dia yang naksir sama Rian. Tapi tu orang malah deketnya sama adeknya. Mana baru mau masuk ke esde lagi. Masa ia kalah sama anak kecil.
Diera berusaha ngajak Rian ngobrol. Tapi tu orang masih berlagak nggak denger. Akhirnya kesabaran Diera habis dan segera mengajak adiknya pulang. Rian tersenyum sendiri sambil memperhatikan pungung Diera yang pergi bersama adiknya meninggalkannya dengan wajah cemberut.
Keesokan harinya Diera sedang merapikan penampilannya di kamar mandi ketika tiba-tiba Andreani and friend menghampirinya.
“Gue minta mulai sekarang loe jauhin Rian,” Andreani langsung to the point.
“Maksut loe?” Diera nggak ngerti.
“Masih nggak ngerti juga ya. Gue mau loe jauhin Rian. Jangan deket-deket lagi sama dia. Apalagi sampai merayunya. Ngerti!” sambung Niken.
“Eh gue nggak pernah ngerayu dia ya,” Diera berusaha membela diri. Tapi Bella malah terus menyudutkannya.
“Oh ya. Terus kemaren apa maksutnya. Loe pake ngunain adek loe segala. Kita udah liat semuanya tau,” tambah Andreani lagi.
“Ia. Loe suka kan sama Rian?” bentak Niken lagi.
“Engak” Diera membantah.
“Alah nggak usah bohong deh. Semua orang juga bisa ngebacanya dengan jelas kok,” ledek Angela.
“Gue Cuma….” Diera lemes mendengarnya. Jangan-jangan buku diarinya….
“Kita akan kasih tau semua orang kalau loe tu naksir sama Rian,” ancam Andreani lagi.
“Please jangan. Gue akan turtin apa mau loe. Tapi tolong balikin buku gue,” pinta Diera.
“Loe ngomong apa sih?” Tanya Bella Heran.
“Udah lah. Pokok nya loe harus jauhin Rian. Atau loe akan tau akibatnya nanti,” selesai berkata Andreani mengajak teman-temannya pergi meninggalkan Diera yang duduk bersandar di dingding dengan lemas.
“Diera kenapa? Loe sakit?” Tanya Hera saat Diera baru masuk ke kelasnya.
“Nggak kok” balsa Diera.
“Kok muka loe kusut gitu?”
“Ia. Apa loe ada masalah?” tambah Lilly.
“Nggak ada apa apa kok. Kalian tenang aja. Cuma kayaknya gue kecapean aja deh.”
“Kecapean?” Narnia Heran.
“Ia. Eh Gue pinjem buku catatan kalian ya. Soalnya gue ada yang ketiangalan pelajaran waktu nggak masuk kemaren,” Diera ngalihin topic pembicaran.
“Kalau itu sih bisa aja.”
“Stt…. Buk Helen udah masuk tuh” Anggun mengingatkan.
Cerita SMA Diera Diary ~ 05
Rian sedang asik tidur di dalam kamarnya sambil mendegarkan musik mp3 nya, ketika terdengar bel rumannya yang terus berbunyi. Dengan malas Rian berjalan menuju kepintu. Karena memang saat itu hanya dia sendiRian yang lagi di rumah ibu sama adik nya yang baru kelas 3 smd sedang keluar. Sementara ayahnya sendiri pasti saat ini masih di kantor.
“Hera?” Rian kaget.
“Ia. Ini gue. Nggak usah kaget gitu deh,” balas Hera santai.
“Ada apa?” tanya Rian lagi.
“Ada apa?” Hera balik nanya karena biasanya kan ia memang jalan kerumah Rian setiap kamis dan rabu sore untuk mengajarkan less bahasa ingris kepada septia. Adik perempuannya Rian.
“Septia ada kan?” Tanya Hera lagi. Karena Rian sepertinya masih kaget.
“Oh…..mau nyari in Septia. Kirain mau nemuin gue.”
“Maksutnya?” gantian Hera yang Heran.
“Bukan…. Maksut gue Septian nya lagi keluar tadi nemenin mama. Tapi katanya bentar kok. Palingan juga bentar lagi pulang. Masuk dulu yuk” ajak Rian kemudian.
Hera sebenernya agak rikuh juga sih. Tapi tak urunng di ikutinya Rian yang lebih dulu masuk ke dalam.
“Ya udah. Loe duduk dulu ya. Oh ya loe mau minum apa. Biar sekalian gue ambilin.”
“Nggak usah deh. Ntar aja,” tolak Hera.
Untuk beberapa saat suasana hening. Masing-masing terdiam. Ya walau pun selama ini Hera sering jalan ke rumah Rian, tapi ia kan nggak pernah ngobrol sama Rian. palingan juga sama ibunya selain septia yang ia ajari. Bahkan teman-teman Hera sendiri nggak tau kalau ia memberikan less pada adiknya Rian.
“E.. emang septia sama tante kemana?” tanya Hera memulai pembicaraan.
“Ke rumah tante gue. Udah dari tadi sih. Biasalah nemenin mama. Tapi dia tadi bilang mau pulang cepet kok. Dia kan juga udah tau kalau hari ini dia ada less. Atau kalau nggak biar gue telp aja. Dari pada loe ntar kelamaan nunggu.”
“Nggak usah deh. Lagian kayaknya gue yang kecepetan datangnya. Biasanaykan mulainya jam 3. ini baru juga jam dua setengah lebih gue udah dating. Jadi biarin aja deh,” cegah Hera.
Suasana kembali hening.
“Oh ya,…… e……” Rian ragu mau ngomong.
“Kenapa?” Tanya Hera.
“Gue mau nanya, soal foto kemaren. Itu.”
“Loe tenang aja. Gue nggak ember kok. Foto itu masih gue simpen and nggak gue kasih lihat siapa-siapa kok. Bahkan Diera juga nggak tau kalau loe punya foto nya di waktu dia lagi tidur di hutan. Kemaren gue cuma iseng aja waktu Septia nanyain siapa cewek yang jadi walpeper di hape loe. Karena gue juga heran kok loe bisa punya fotonya Diera makanya gue send ke handfond gue,” potong Hera sebelum Rian selesai ngomong.
“Cuma yang gue pengen tau kok loe mau sih nyimpen fotonya Diera?” Tanya Hera. Rian terdiam. Dia bingung mau jawab apa.
“Loe nggak ada niat buat ngerjain dia kan?” tambah Hera lagi.
“Ya nggak lah,” bantah Rian cepat.
“Terus buat apa donk?” Hera masih penasaran.
“Jangan-jangan loe suka sama die ya?” tebak Hera. Rian kaget lagsung menatap tajam kearahnya.
“Apa an sih. Ya nggak mungkinlah. Masa ia gue suka sama dia. Loe kalau ngomong ngasal aja.”
“Kirain. Lagian Diera itu kan udah baik, cantik, pinter lagi. Wajar donk kalau loe suka sama dia.”
“Promosi nih ceritanya….”
“Ya nggak lah emang kenyataannya kok. Lagian kan kalian masih sama sama jomlo. Jadi sah sah aja kan.”
“Apasih. Loe ngomongnya makin ngelantur aja. Lagian siapa bilang gue jomlo?” Rian keki di desak gitu.
“Septia….” Balas Hera datar.
"Aah tu anak emang ember. Lagian Septia loe dengerin.”
“O…. jadi loe udah punya pacar?” Tanya Hera lagi.
“
Ah tau ah…... Tuh kayaknya mama sama septia udah pulang deh. Jadi gue tinggal ya?”
Tanpa menunggu balasan dari Hera, Rian beranjak menuju kekamarnya. Pada saat bersamaan Septia dan mamanya juga sudah muncul.
“Eh kak Hera. Udah dari tadi ya kak?” Tanya septia begitu melihat Hera.
“Nggak kok. Baru juga nyampe.”
“Aduh maaf ya nak Hera. Tadi tante keasikan ngobrol sampai lupa waktu” tambah mamanya septia merasa bersalah.
“Nggak papa kok tante. Lagian kayaknya emang aku yang kecepetan datangnya deh. Abisnya tadi aku juga baru nganterin mama kerumah temennya yang kebetulan searah. Jadi dari pada bolak-balik mending aku kesini aja,” balas Hera.
“Gitu ya. Ya udah tante tinggal dulu ya.”
“Ia tante” Hera mengangukan kepalanya.
Cerita SMA Diera Diary ~ 05
Diera buru-buru menarik dirinya keluar dari pintu perpustakaan sekolahnya ketika dilihatnya Rian yang lagi duduk disalah satu meja yang tak jauh dari pintu masuk. Ia segera membalikkan badan membatalkan niatnya untuk masuk dan malah kembali menuju kelasnya. Dan duduk disana sendirian sambil kembali mengulang-ulang pelajaran yang tadi diberikan gurunya.
“Lho ra, kok loe disini?” tanya Lilly yang baru masuk kekelas. Kebetulan tadi uangnya ketinggalan didalam tas.
“Eh Lilly?” Diera kaget
“Bukannya tadi loe bilang mau keperpus ya?” tanya Lilly lagi
“0h itu. Nggax jadi,” sahut Diera singkat.
“Kenapa?”
“Nggax kenapa-napa?”
“Ya udah kalau gitu gabung ma kita yuk. Mau kekantin nih gue. Lagian ngapain sih loe dikelas sendiRian. Kesambet baru tau loe” ajak Lilly. Diera dengan senang hati mengikutinya.
Dikantin semuanya asyik ngobrol ngalor ngidul. Tapi Diera lebih banyak diem. Ia masih terus kepikiran buku diarynya yang masih belum ketemu. Bahkan menurut dugaannya ada saat ini buku itu ada pada Andreani and temen-temennya.
“Diera loe kenapa sih?”. Dari kemaren kita perhatiin kayaknya loe murung terus. Loe ada masalah ya?” tanya Hera
Diera hanya terdiam.
“Diera?” panggil Narnia Heran.
“Eh kenapa?” tanya Diera kaget
“Yah... ngelamun dia...loe kenapa sih? Kalau emang ada masalah cerita donk ama kita. Kali aja kita bisa bantu,” sambung Lilly yang juga bingung melihat tingkah laku sahabatnya akhir-akhir ini yang banyak ngelamun
“Ya gue kan udah bilang gue nggax kenapa-kenapa,” elak Diera
“Atau jangan-jangan masih masalah diary itu ya?” tebak anggun. Diera menoleh.
“Udah lah nggax usah terlalu loe fikirin. Gue yakin kok buku itu nggax jatuh ketangan orang jahat. Soalnya kalau nggax pasti dia gunain ini buat meres loe. Ya... suka ngambil kesempatan dalam kesempitan gitu.”
“Ia ra. Buktinya sampai sekarang nggax ada kan yang ngelakuin itu?” sambung Lilly.
Diera hanya tersenyum kecut. Dia nggax mau bilang kalau kemungkinan besar buku tersebut saat ini ada pada Andreani dan temen-temennya dan memang saat ini di gunakan untuk memerasnya agar menjauhi Rian.
Cerita SMA Diera Diary ~ 05
Diera mempercepat langkahnya sambil terus melirik jam tangannya. Pukul tujuh lewat lima menit. Hatinya was-was takut terlambat. Ia terus berjalan meninggalkan kakaknya yang masih mengutak atik motor mereka yang tiba-tiba mogok sebelum sampai kesekolah Diera. Karena itu Diera memutuskan untuk jalan kaki saja dari pada kesiangan. Walau pun jarak sekolahnya tidak terlalu jauh lagi . palingan satu kali belok saja udah nyampe. Kalau saja motornya nggax mogok palingan juga lima menit nyampe. Hanya berhubung jalan kaki jadi terasa nya kaya jauh banget.
Bunyi klakson mengagetkan Diera. Ia menoleh.
“Elo?” Diera kaget
“Iya. Ini gue Pasya. Masih inget kan?” kata pengendara motor tersebut.
“Ya ingetlah. Kan loe yang bantuin gue kemaren.”
“Lho kok jalan kaki?”
“Ia nih. Soalnya tadi motor kakak gue mogok. Jadi dari pada kelamaan nunggu mendingan gue jalan aja deh. Mana udah siang lagi. Takut nya ntar terlambat.”
“ 0 gitu ya. Ya udah bareng gue aja yuk. Lagian bentar lagi pasti bel.” ajak Pasya.
Diera terdiam. Sejenak ragu, tapi Pasya menyakinkan. Akhirnya Diera pun setuju untuk duduk dibelakang Pasya.
“Eh ma kasih ya. Untung aja ada loe. Kalau nggax gue pasti udah terlambat. Mana hari in ada ulangan lagi” kata Diera setelah meteka sampai di parkiran sekolah
“Santai aja lagi,” balas Pasya sambil melepas helm nya yang dikenakannya
“Ya udah kekelas yuk”
Pasya mengangguk karena kelas mereka memang searah. Begitu berbalik Diera kaget, karna selang tiga motor dari tempatnya berdiri tampak Rian yang terus menatapnya dengan helm ditangannya. Sepertinya Rian juga baru tiba sebelumnya.
Tapi Diera pura-pura nggax ngelihat dan dengan santai melewati Rian sambil mengajak Pasya untuk jalan disampingnya. Bahkan ia sempet basa-basi juga sama Pasya ang sudah membantunya.
Diera baru saja keluar dari ruangan pak gunawan untuk menyerahkan tugas yang diberikan guru tersebut teman sekelasnya ketika didepanya tampak Rian yang berjalan munuju kearahnya sambil menenteng buku juga. Sepertinya ia juga mendapat tugas yang sama
Dan sebelum Rian sampai keaarah nya, Diera buru-buru memutar haluan. Balik kanan dan langsung ngacir meninggalkan Rian yang terus berjalan sambil tak henti menatapnya dengan Heran akan perubahan sikapnya.
Bersambung ke bagian selanjutnya pada Cerita SMA Diera diary ~ 06
~ With Love ~ Ana Merya ~