Cerpen Lucu Mis Tulalit ~ 04
Cerpen Lucu Mis Tulalit Versi lanjutan. Yups, ternyata sudah sampai part 4 ya kisah perjuangan si April. He he he.
Gimana kelanjutannya, yuks kita baca bareng bareng. Ngomong ngomong cerpen ini selain di ambil dari pengalaman sehari - hari juga merupakan cerpen pertama yang Admin posting di blog lho... #promo
Untunglah selama tinggal di rumah neneknya April bisa punya temen baru, sehingga ia tidak merasa sendirian. Bahkan kalau malam Sari juga mau menemaninya tidur. Lagi pula rumah Sari tidak jauh dari tempat tinggal neneknya.
Setelah 4 hari April mulai kerasan tinggal dirumah neneknya, dan sore itu Sari sengaja mengajak April bersepeda keliling desa.
April sih ok-ok aja. Apa lagi ia juga belum pernah keliling-keliling desa.
April bener-bener di buat terpesona dengan desanya akan keindahan desanya Sari. Pemadangan Alam dan sawah nya beneran indah. Ah Jadi ingat dulu Puisi yang ia baca waktu SD.
“eh pril, kita kelapangan yuk, biasanya jam segini banyak yang lagi main bola” ajak Sari.
“April sih ngikut aja”
Ah, ada lagi yang membuat April makin kagum, yaitu setiap berpapasan dengan orang yang baru pulang dari sawahnya mereka selalu saling menyapa, kalau di bandingkan tempat tinggalnya... ‘heh siapa sih loe?...’ abis sistemnya kan, elo.. elo... gue... gue...
“Eh neng Sari... mau kemana to?” tanya seorang perempuan muda, saat berpapasan, mereka sepertinya baru pulang dari sawah.
“Ini bulek, mau ngajak temen keliling-keliling ngeliat desa kita” balas Sari.
“Lho iki sopo to?” tanya perempuan separuh baya yang di sampingnya.
“Iki, putune nenek walimah”
“0... seng jerene kes kota?”
“he’eh” Sari mengangguk, April diam saja karena tidak mengeri apa yang mereka bicarakan.
“Wah... ayu pisan” puji perempuan yang muda.
“Sopo to nduk, jenengane...” tanya perempuan yang satu nya ke April, tapi April diam saja, secara ia nggax ngerti lagi ngomongin apa, tapi heran deh, kalau kakek sama nenek nya yang ngomong ia langsung nyambung, faktor keturunan kali ya, kalau orang lain dikit-dikit lah.
“April bulek, anu... kayane de’e ora biso ngomong jowo” Sari yang menjawab karena April diam saja.
“0... alah”
“Yo wes, silahkan teruskan jalan-jalannya”
“Eh Sari tadi loe ngomongin apa sih?” tanya April setelah mereka menjauh.
“Tadi itu mereka nanyain nama kamu siapa, ya udah aku jawab aja kalau kamu itu putu ne nenek walimah yang datang dari kota”
“Putu?” April heran.
“Ia. Putu. Kalau bahasa jawa sama dengan cucu,” terang Sari, April malah tersenyum.
“Kok kamu tersenyum? Memangnya ada yang lucu?”
“He’eh, masa’ putu sama dengan cucu, kan nggax nyambung.
“Maksudnya?” Sari jadi heran.
“Setau April kalau putu di tempat April buat di makan.”
“Jadi orang-orang di tempat April suka makan putu?”
“Iya”
“Astafirullah hal’azim. Kalau gitu sama kayak sumanto donk” Sari bergidik ngeri.
“Kok sumanto sih, apa hubungannya?” April bingung.
“Ia, sama-sama kanibal, suka makan orang. Nauzubillah himinzalik”
“Ha... ha... ha... loe lucu juga ya” April malah tertawa sehingga Sari jadi bingung.
“Apanya yang lucu?”
“Abis masa’ orang makan putu di bilang kanibal, ada-ada aja. Padahal kan putu nama kueh.”
“jadi putu itu nama kueh?”
“iya, lengkapnya putu piring, terbuat dari tepung beras kalau nggax salah di dalam nya ada gula merahnya, di tambah parutan kelapa, pokoknya enak deh, April juga suka”
“Kirain....”
Tak terasa mereka telah sampai di lapangan yang di maksud Sari ternyata bener kalau di sana banyak orang yang sedang bermain bola. Sambil menonton, April makan getuk lindri yang di beli oleh Sari dari penjual keliling,
“Enak juga” kata April dalam hati.
Ketika April sedang asyik menonton, tiba-tiba ada bola nyasar dan mendarat tepat di kepalanya. Karena kejadiannya begitu cepat, April sama sekali tidak bisa menghindar.
“Aduh!!!” teriak April spontan.
“Maaf-maaf mbak, beneran tadi aku nggax sengaja” kata orang yang tadi menendang bola sambil berlari kearah April, usianya kira-kira seumuran sama April.
“Maaf-maaf, sakit tau... nggax liat apa ni kelapa, eh kepala. Kalau mau bikin gol, gawang nya di sana no” bentak April sambil menunjuk ke arah gawang.
“Iya mbak. Sekali lagi maaf.”
“Ya ampun pril, sakit ya? Sampai benjol gitu” kata Sari kemudian ia menoleh pria yang di hadapannya “Kamu sih dik, nggax hati-hati kan kasihan April”
Ternyata orang tersebut bernama Andika dan ia jadi merasa semakin bersalah.
“Ia Sari, aku tau. Tapi beneran tadi nggax sengaja, maaf ya mbak”
“Mbak-mbak emangnya April kakak loe” bentak April ketus, Andika terdiam yang lain hanya menonton.
“Udah lah Sari pulang saja yuk”
April langsung mengayuh sepedanya mendahului Sari, tapi belum aja ada 4 meter, Sari sudah memanggilnya.
“April bentar dulu”
“Nggax, April mau pulang” balas April tampa menoleh dan terus mengayuh.
“Iya aku tau, tapi kalau mau pulang jalan nya lewat sini. Balik dari tempat tadi memangnya jalan terus mau kemana?”
April mengerem sepeda mininya dan memutar arah, Andika masih berdiri di situ.
“Bilang dari tadi kek” gumam April sebel.
“Abis kamu main nyelonong aja, gimana aku mau ngomong?”
Begitu Sari dan April pergi, semuanya langsung tertawa lepas. Tadi di tahan-tahan soal nya takut di damprat juga sama April.
“Gila tu cewek, galak banget ya” kata Imron, salah satu yang ikut main bola.
“Tulalit lagi” tambah aldi.
“Tapi cantik juga. Siapa ya dia? Kok kayaknya aku nggax pernah liat” kata Andika sambil mengambil bolanya.
“Dasar, sudah di bentak-bentak gitu, masih sempet-sempetnya meratiin wajah” tambah yang lain.
“Tapi Dika bener, aku juga belum pernah liat, tapi kok dia sama Sari ya?” tanya Aldi.
“0h ya, kalau nggax salah tadi dia ngomong namanya sendiri April kan?” Evan mengingatkan.
“Iya, namanya memang April, dia cucunya nenek Walimah yang datang dari kota kok. Katanya kesini mau liburan, tapi aneh ya orang kota kok mau liburan ke kampung” Doni ikutan nimbrung.
“0h ya? Kamu tau dari mana?”
“Dari emak. Kemaren sih waktu emak cerita dia bilang anaknya baik, dia bantuin emak bawa belanjaan dari pasar, tapi kok tadi galak gitu?” terang doni.
“Ya iya lah, secara di bikin benjol gitu, gara-gara kamu sih dik”
“Tapi kan aku nggax sengaja tadi” Andika mencoba membela diri.
“Eh udah sore nih, mau terusin main atau pulang aja?” tanya yang lain.
“Pulang aja yuk” sahut imron.
“0k deh”
Cerpen Lucu Mis Tulalit
Keesokan harinya April bangun pagi. Ia sudah terbiasa bangun subuh, ketika menuju kedapur, tampak neneknya sudah memasak air. Ia melirik jam tangannya, pukul 05:15 menit, ia pergi kekeran air untuk mengambil air wudhu, setelah sholat subuh, ia membantu neneknya menyiapkan sarapan juga bekal makan siang. Rencananya April ingin ikut kesawah, padi-padinya sudah menguning, dan hari ini mulai panen, dari pada ulang alik buat makan siang, mending nanti makan di sana, baru sorenya pulang.
Karena sawahnya hanya 2 petak padinya diani-ani saja, April juga ngani-ani, katanya juga kepingin belajar, neneknya mengajarinya bagaimana cara menggunakan ani-aninya, hanya dengan tangan kanan sementara tangan kiri yang membawa padinya, nanti kalau sudah banyak baru di masukkan kedalam bakul.
Belum ada lima menit, April sudah nggax tahan, seluruh tubuhnya terasa gatal-gatal, dengan buru-buru ia kembali kepondok.
“Lho kamu kenapa?” tanya kakeknya heran.
“Aduh kek, April nggax tahan. Badan April gatal semua, kayak ada binatang-binatang kecil yang ngegigit”
Nenek dan kakek malah tertawa mendengar jawaban April.
“Kamu pasti tadi nggax pake autan ya?” tebak nenek.
“Bukan nyamuk nek, tapi binatang kecil-kecil. Kalau nyamuk sih April udah kenal, jadi ngapain pake autan”
“Ia nduk, nenek ngerti, yang ngigit kamu itu namanya tengu. Makanya pake autan, soalnya autan juga bisa buat ngusir” terang nenek.
“0 jadi namanya tengu ya nek?”
“Iya”
“Trus bisa di usir sama autan?” tanya April lagi.
“He’eh”
“Tapi, gimana cara ngusirnya ya nek?”
“Ah kamu itu, banyak nanya. Ya mana nenek tau, lha ada bacanya tu dibungkusnya.”
“Nggax ada kok” sahut April setelah selesai membacanya “Di sini Cuma buat ngusir nyamuk bukan tengu.”
“Sama saja. Mau tengu mau nyamuk yang penting bisa nggax ngigit kita. Pake aja”
April manut, ia oleskan autan ketubuhnya, neneknya mengingatkan agar celana sama bajunya juga, walau pun bingung April tetap menjalankannya.
Ternyata bener, April tidak digigit tengu lagi, dan ia bisa meneruskan mengani-ani padinya.
Tak terasa hari semakin siang, April memperhatikan raut wajah nenek dan kakeknya yang sangat cekatan, keringat mengucur dari tubuhnya, jadi beginikah susahnya petani harus berpanas-panasan dan digigit sama tengu sialan.
Dan tanpa April sadari sebenernya dari tadi ada sepasang mata yang terus memperhatikannya degnan pandangan kagum.
“Dino bener, dia memang anak yang baik. Buktinya mau berpanas-panasan dan nggax takut kotor” gumannya yang tak lain adalah Andika yang sawahnya berseberangan sama sawah nenek April.
April bener-bener merasa nikmat saat makan siang, ini untuk pertama kalinya ia makan di alam yang terbuka, apa lagi setelah bekerja, selesai makan istirahat sejenak kemudian sholat barulah panen di lanjutkan.
Hari sudah mulai sore, mereka bersiap-siap untuk pulang, April jalan duluan karena ia harus memasak untuk makan malam, sementara nenek sama kakeknya masih harus menyimpan padi.
Saat melewati jembatan penyebrangan, April terpeleset, hampir saja ia jatuh kedalam sungai. Untung saja tidak, tapi sandal kirinya lepas dan terbawa hanyut. April berusaha untuk mendapatkannya kembali, lagi pula arusnya tidak terlalu deras.
“Gimana cara ngambilnya ya?” guman April bingung. Padahal saat itu sandal nya sudah tersangkut di tunggul tepi sungai.
“Ada apa mbak?”
April menoleh, ia kaget, Andika tiba-tiba ada di belakangnya.
“Itu, mau ngambil sandal April yang tadi hanyut tapi nggax bisa, airnya dalem banget, ntar kalau turun bukan sandalnya yang dapat yang ada malah April ikutan nyemplung” balas April.
“0... kalau gitu, biar aku aja yang ngambil”
Tanpa menunggu balasan dari April andika langsung turun dengan hati-hati untung pas nyangkut di tunggul sehingga dengan mudah Andika bisa mengambilnya.
“Ini sandalnya,” kata Andika, April langsung meraihnya.
“Aduh makasih ya, untung ada loe, kalau nggax terpaksa April harus jalan nggax pake sandal”
“Sama-sama, lagian tadi Cuma kebetulan. Memangnya kamu dari mana?”
“Dari pasar” jawab April ngasal.
“Pasar?!” andika heran “Bukannya tadi bantuin nenek sama kakek di sawahnya” sambungnya.
“Udah tau nanya” balas April, Andika langsung terdiam.
“Tapi kok loe tau kalau April bantuin nenek di sawah?” tanya April setelah terdiam benerapa saat, Andika kaget, bingung mau jawab apa.
“Jangan-jangan loe mata-matain April ya? Ayo ngaku” tuduh April.
“Ya nggax lah, ngapain juga mata-matain kamu. Cuma tadi itu aku nggax sengaja ngeliat kamu lagi ngani-ani padi, soalnya sawah aku kan tepat di seberang jalan”
“0... kirain...”
Tak terasa, mereka telah sampai di pertigaan dan mereka harus berpisah, Andika belok kanan sementara April belok ke kiri.
Malam harinya April tidur-tiduran di kamarnya, Sari juga ada di sampingnya, hari ini dia nginap lagi. Sedang kan nenek sama kakek sepertinya sudah tidur di kamarnya, kelelahan mungkin.
“Sari loe udah ngantuk belom?” tanya April.
“Ya belom lah, baru juga jam sembilan lewat, memangnya kamu udah ngantuk” Sari balik nanya.
“Sustru itu, April belum bisa tidur, badan nya terasa pegel semua nih. Mana masih gatal-gatal lagi, pasti gara-gara ke sawah tadi”
“Kalau gitu gimana kalau kita main tebak-tebakkan dulu, ntar kalau kita udah ngantuk baru kita tidur gimana?” usul Sari.
“Boleh, bagus juga ide loe. Jadi siapa dulu nih yang mau ngasi soal, elo atau April dulu.”
“Aku dulu donk. Kan tadi aku yang dapat ide” kata Sari.
“0k, apa soalannya, tau nggax sih April paling jago lho main tebakan”
“Gini, gajah terbang kelihatan apa nya?”
“Keliatan bo’ongnya, masa’ gajah bisa terbang”
“Kok tau sih, kalau gitu giliran kamu”
April berpikir sejenak, kemudian katanya.
“Apa yang menyebabkan desa ini sering banjir?”
“Hujan” jawab Sari cepat dalam hati ia merasa heran, kok April bisa tau desanya sering kena banjir.
“Salah...”
“Kok salah sih, kalau gitu karena bendungannya jebol”
“Bukan”
“Terus apa donk”
“Air” sahut April singkat.
“Eh, iya ya... kalau gitu aku pula, binatang apa yang punya bisa?”
“Ular” sahut April, “Kan kalau ngigit jadi bengkak berarti ada bisanya, benerkan?”
Sari menggeleng tanda jawabannya salah.
“Kok bukan?” April heran.
“Ya iya lah, secara kalau Cuma ular, mana ada bisanya,” balas Sari.
“Gitu ya, ular kobra.”
“Bukan.”
“Ular piton”
“Masih salah, ular piton nggak ada bisanya”
“Kalau gitu ular apa donk?” April nyerah.
“Ular bisa, ayam bisa, kucing pun bisa” sahut Sari sambil tertawa.
“Kirain tadi binatang apa, nggax taunya... Kalau gitu gantian April lagi ya, apa yang di punya kucing tapi nggax di punya anjing?” tanya April.
“Apa ya?” Sari mikir-mikir ia jadi bingung, prasan apa yang di punya kucing, anjing juga punya “0k deh aku nyerah...” ujar Sari kemudian.
“Anak kucing” balas April.
“Curang, masa anak kucing , anjing juga punya anak”
“Kalau anjing punyanya anak anjing, bukan anak kucing” terang April “giliran loe lagi yang ngasi soal”
“E... kalau guru jadi petani, pedagang jadi petani, nelayan jadi petani, petaninya jadi apa?”
“Jadi angsa, kan banyak," jawab April cepat. Sari hanya tersenyum simpul saat menyadari kalau jawabannya benar. "Gue lagi ya, kenapa di sungai amazon banyak ikan phirana?”
“Ikan phirana ikan apa sih?” Sari balik nanya.
“Ikan yang bisa makan orang” jelas April.
“Ih serem, nggax tau aku. Memangnya kenapa di sungai amazon banyak ikan phirana?”
“Karena... itu jangan kesana” nasehat April.
“Siapa juga yang mau kesana, jadi jawabannya apa nih?” tanya Sari sebel, lain di tanya lain di jawab.
“Kan udah di jawab tadi, karena... itu jangan kesana” ulang April karena Sari masih bingung.
“0h iya ya, kalau di tanya kenapa berarti jawabannya pake karena, pinter-pinter-pinter, tapi nggax nyambung” kata Sari April hanya cekikikan.
“April sudah larut malam kok belum tidur sih?” terdengar suara neneknya, dari kamar sebelah.
“Ia nek, ni April juga mau tidur” balas April “Sar, tidur dulu yuk, besok kita lanjutin lagi mata April udah mulai ngantuk”
“Iya deh” sahut Sari sambil rebahan di samping April.
“Hampir aja lupa, tadi April mau cerita sama loe, kalau tadi siang April da ketemu cowok keren, baik lagi” kata April tiba-tiba.
“0h ya?” Sari membuka matanya yang tadi sudah mulai terpejam.
“He’eh”
“Gimana ceritanya?” tanya Sari lagi.
April menceritakan kejadian tadi sore ke Sari lengkap sama bumbu-bumbunya, Sari mendengarkannya dengan seksama.
“Kalau gitu namanya siapa?” tanya Sari setelah April selesai cerita.
“Namanya... e, namanya siapa ya? Duh, April lupa nanya lagi”
“Ah kamu...” Sari kecewa.
“Tenang, besok April cari tau, lagian dia...”
April tidak melanjutkan ucapannya, karena dari kamar sebelah terdengar suara berdehem, April buru-buru mengajak Sari tidur.
To Be Continue....
Jangan lupa like fanpage kami ya. At LovelyStarNight
Gimana kelanjutannya, yuks kita baca bareng bareng. Ngomong ngomong cerpen ini selain di ambil dari pengalaman sehari - hari juga merupakan cerpen pertama yang Admin posting di blog lho... #promo
Untunglah selama tinggal di rumah neneknya April bisa punya temen baru, sehingga ia tidak merasa sendirian. Bahkan kalau malam Sari juga mau menemaninya tidur. Lagi pula rumah Sari tidak jauh dari tempat tinggal neneknya.
Setelah 4 hari April mulai kerasan tinggal dirumah neneknya, dan sore itu Sari sengaja mengajak April bersepeda keliling desa.
April sih ok-ok aja. Apa lagi ia juga belum pernah keliling-keliling desa.
April bener-bener di buat terpesona dengan desanya akan keindahan desanya Sari. Pemadangan Alam dan sawah nya beneran indah. Ah Jadi ingat dulu Puisi yang ia baca waktu SD.
Sawah
Sawah tersusun di lereng gunung
Berpagar dengan bukit barisan
Sayup - sayup ujung ke ujung
Padi mudanya hijau berdandan
Di dangau prawan duduk menyulam
Matanya memandang padi huma
Sekali - kali ia bermalam
Di petik dari hari mudanya
Jikalau turun pipit berkawan
Merayap hinggap di mayang padi
Terdengar teriak suara perawan
Menyuruh pipit menjauhkan diri.
"Mengapa engkau aduhai pipit
Tidak di arti hiba kasihan
Badan ku payah menanggung sakit
Mencucur keringat sepanjang zaman.
Padu ku pupuk sejak semula
Engkau tau memakan saja".
PS: Maaf kalau ada yang salah. Abis Tu puisi aku bacanya waktu masih SD,
Sawah tersusun di lereng gunung
Berpagar dengan bukit barisan
Sayup - sayup ujung ke ujung
Padi mudanya hijau berdandan
Di dangau prawan duduk menyulam
Matanya memandang padi huma
Sekali - kali ia bermalam
Di petik dari hari mudanya
Jikalau turun pipit berkawan
Merayap hinggap di mayang padi
Terdengar teriak suara perawan
Menyuruh pipit menjauhkan diri.
"Mengapa engkau aduhai pipit
Tidak di arti hiba kasihan
Badan ku payah menanggung sakit
Mencucur keringat sepanjang zaman.
Padu ku pupuk sejak semula
Engkau tau memakan saja".
PS: Maaf kalau ada yang salah. Abis Tu puisi aku bacanya waktu masih SD,
“eh pril, kita kelapangan yuk, biasanya jam segini banyak yang lagi main bola” ajak Sari.
“April sih ngikut aja”
Ah, ada lagi yang membuat April makin kagum, yaitu setiap berpapasan dengan orang yang baru pulang dari sawahnya mereka selalu saling menyapa, kalau di bandingkan tempat tinggalnya... ‘heh siapa sih loe?...’ abis sistemnya kan, elo.. elo... gue... gue...
“Eh neng Sari... mau kemana to?” tanya seorang perempuan muda, saat berpapasan, mereka sepertinya baru pulang dari sawah.
“Ini bulek, mau ngajak temen keliling-keliling ngeliat desa kita” balas Sari.
“Lho iki sopo to?” tanya perempuan separuh baya yang di sampingnya.
“Iki, putune nenek walimah”
“0... seng jerene kes kota?”
“he’eh” Sari mengangguk, April diam saja karena tidak mengeri apa yang mereka bicarakan.
“Wah... ayu pisan” puji perempuan yang muda.
“Sopo to nduk, jenengane...” tanya perempuan yang satu nya ke April, tapi April diam saja, secara ia nggax ngerti lagi ngomongin apa, tapi heran deh, kalau kakek sama nenek nya yang ngomong ia langsung nyambung, faktor keturunan kali ya, kalau orang lain dikit-dikit lah.
“April bulek, anu... kayane de’e ora biso ngomong jowo” Sari yang menjawab karena April diam saja.
“0... alah”
“Yo wes, silahkan teruskan jalan-jalannya”
“Eh Sari tadi loe ngomongin apa sih?” tanya April setelah mereka menjauh.
“Tadi itu mereka nanyain nama kamu siapa, ya udah aku jawab aja kalau kamu itu putu ne nenek walimah yang datang dari kota”
“Putu?” April heran.
“Ia. Putu. Kalau bahasa jawa sama dengan cucu,” terang Sari, April malah tersenyum.
“Kok kamu tersenyum? Memangnya ada yang lucu?”
“He’eh, masa’ putu sama dengan cucu, kan nggax nyambung.
“Maksudnya?” Sari jadi heran.
“Setau April kalau putu di tempat April buat di makan.”
“Jadi orang-orang di tempat April suka makan putu?”
“Iya”
“Astafirullah hal’azim. Kalau gitu sama kayak sumanto donk” Sari bergidik ngeri.
“Kok sumanto sih, apa hubungannya?” April bingung.
“Ia, sama-sama kanibal, suka makan orang. Nauzubillah himinzalik”
“Ha... ha... ha... loe lucu juga ya” April malah tertawa sehingga Sari jadi bingung.
“Apanya yang lucu?”
“Abis masa’ orang makan putu di bilang kanibal, ada-ada aja. Padahal kan putu nama kueh.”
“jadi putu itu nama kueh?”
“iya, lengkapnya putu piring, terbuat dari tepung beras kalau nggax salah di dalam nya ada gula merahnya, di tambah parutan kelapa, pokoknya enak deh, April juga suka”
“Kirain....”
Tak terasa mereka telah sampai di lapangan yang di maksud Sari ternyata bener kalau di sana banyak orang yang sedang bermain bola. Sambil menonton, April makan getuk lindri yang di beli oleh Sari dari penjual keliling,
“Enak juga” kata April dalam hati.
Ketika April sedang asyik menonton, tiba-tiba ada bola nyasar dan mendarat tepat di kepalanya. Karena kejadiannya begitu cepat, April sama sekali tidak bisa menghindar.
“Aduh!!!” teriak April spontan.
“Maaf-maaf mbak, beneran tadi aku nggax sengaja” kata orang yang tadi menendang bola sambil berlari kearah April, usianya kira-kira seumuran sama April.
“Maaf-maaf, sakit tau... nggax liat apa ni kelapa, eh kepala. Kalau mau bikin gol, gawang nya di sana no” bentak April sambil menunjuk ke arah gawang.
“Iya mbak. Sekali lagi maaf.”
“Ya ampun pril, sakit ya? Sampai benjol gitu” kata Sari kemudian ia menoleh pria yang di hadapannya “Kamu sih dik, nggax hati-hati kan kasihan April”
Ternyata orang tersebut bernama Andika dan ia jadi merasa semakin bersalah.
“Ia Sari, aku tau. Tapi beneran tadi nggax sengaja, maaf ya mbak”
“Mbak-mbak emangnya April kakak loe” bentak April ketus, Andika terdiam yang lain hanya menonton.
“Udah lah Sari pulang saja yuk”
April langsung mengayuh sepedanya mendahului Sari, tapi belum aja ada 4 meter, Sari sudah memanggilnya.
“April bentar dulu”
“Nggax, April mau pulang” balas April tampa menoleh dan terus mengayuh.
“Iya aku tau, tapi kalau mau pulang jalan nya lewat sini. Balik dari tempat tadi memangnya jalan terus mau kemana?”
April mengerem sepeda mininya dan memutar arah, Andika masih berdiri di situ.
“Bilang dari tadi kek” gumam April sebel.
“Abis kamu main nyelonong aja, gimana aku mau ngomong?”
Begitu Sari dan April pergi, semuanya langsung tertawa lepas. Tadi di tahan-tahan soal nya takut di damprat juga sama April.
“Gila tu cewek, galak banget ya” kata Imron, salah satu yang ikut main bola.
“Tulalit lagi” tambah aldi.
“Tapi cantik juga. Siapa ya dia? Kok kayaknya aku nggax pernah liat” kata Andika sambil mengambil bolanya.
“Dasar, sudah di bentak-bentak gitu, masih sempet-sempetnya meratiin wajah” tambah yang lain.
“Tapi Dika bener, aku juga belum pernah liat, tapi kok dia sama Sari ya?” tanya Aldi.
“0h ya, kalau nggax salah tadi dia ngomong namanya sendiri April kan?” Evan mengingatkan.
“Iya, namanya memang April, dia cucunya nenek Walimah yang datang dari kota kok. Katanya kesini mau liburan, tapi aneh ya orang kota kok mau liburan ke kampung” Doni ikutan nimbrung.
“0h ya? Kamu tau dari mana?”
“Dari emak. Kemaren sih waktu emak cerita dia bilang anaknya baik, dia bantuin emak bawa belanjaan dari pasar, tapi kok tadi galak gitu?” terang doni.
“Ya iya lah, secara di bikin benjol gitu, gara-gara kamu sih dik”
“Tapi kan aku nggax sengaja tadi” Andika mencoba membela diri.
“Eh udah sore nih, mau terusin main atau pulang aja?” tanya yang lain.
“Pulang aja yuk” sahut imron.
“0k deh”
Cerpen Lucu Mis Tulalit
Keesokan harinya April bangun pagi. Ia sudah terbiasa bangun subuh, ketika menuju kedapur, tampak neneknya sudah memasak air. Ia melirik jam tangannya, pukul 05:15 menit, ia pergi kekeran air untuk mengambil air wudhu, setelah sholat subuh, ia membantu neneknya menyiapkan sarapan juga bekal makan siang. Rencananya April ingin ikut kesawah, padi-padinya sudah menguning, dan hari ini mulai panen, dari pada ulang alik buat makan siang, mending nanti makan di sana, baru sorenya pulang.
Karena sawahnya hanya 2 petak padinya diani-ani saja, April juga ngani-ani, katanya juga kepingin belajar, neneknya mengajarinya bagaimana cara menggunakan ani-aninya, hanya dengan tangan kanan sementara tangan kiri yang membawa padinya, nanti kalau sudah banyak baru di masukkan kedalam bakul.
Belum ada lima menit, April sudah nggax tahan, seluruh tubuhnya terasa gatal-gatal, dengan buru-buru ia kembali kepondok.
“Lho kamu kenapa?” tanya kakeknya heran.
“Aduh kek, April nggax tahan. Badan April gatal semua, kayak ada binatang-binatang kecil yang ngegigit”
Nenek dan kakek malah tertawa mendengar jawaban April.
“Kamu pasti tadi nggax pake autan ya?” tebak nenek.
“Bukan nyamuk nek, tapi binatang kecil-kecil. Kalau nyamuk sih April udah kenal, jadi ngapain pake autan”
“Ia nduk, nenek ngerti, yang ngigit kamu itu namanya tengu. Makanya pake autan, soalnya autan juga bisa buat ngusir” terang nenek.
“0 jadi namanya tengu ya nek?”
“Iya”
“Trus bisa di usir sama autan?” tanya April lagi.
“He’eh”
“Tapi, gimana cara ngusirnya ya nek?”
“Ah kamu itu, banyak nanya. Ya mana nenek tau, lha ada bacanya tu dibungkusnya.”
“Nggax ada kok” sahut April setelah selesai membacanya “Di sini Cuma buat ngusir nyamuk bukan tengu.”
“Sama saja. Mau tengu mau nyamuk yang penting bisa nggax ngigit kita. Pake aja”
April manut, ia oleskan autan ketubuhnya, neneknya mengingatkan agar celana sama bajunya juga, walau pun bingung April tetap menjalankannya.
Ternyata bener, April tidak digigit tengu lagi, dan ia bisa meneruskan mengani-ani padinya.
Tak terasa hari semakin siang, April memperhatikan raut wajah nenek dan kakeknya yang sangat cekatan, keringat mengucur dari tubuhnya, jadi beginikah susahnya petani harus berpanas-panasan dan digigit sama tengu sialan.
Dan tanpa April sadari sebenernya dari tadi ada sepasang mata yang terus memperhatikannya degnan pandangan kagum.
“Dino bener, dia memang anak yang baik. Buktinya mau berpanas-panasan dan nggax takut kotor” gumannya yang tak lain adalah Andika yang sawahnya berseberangan sama sawah nenek April.
April bener-bener merasa nikmat saat makan siang, ini untuk pertama kalinya ia makan di alam yang terbuka, apa lagi setelah bekerja, selesai makan istirahat sejenak kemudian sholat barulah panen di lanjutkan.
Hari sudah mulai sore, mereka bersiap-siap untuk pulang, April jalan duluan karena ia harus memasak untuk makan malam, sementara nenek sama kakeknya masih harus menyimpan padi.
Saat melewati jembatan penyebrangan, April terpeleset, hampir saja ia jatuh kedalam sungai. Untung saja tidak, tapi sandal kirinya lepas dan terbawa hanyut. April berusaha untuk mendapatkannya kembali, lagi pula arusnya tidak terlalu deras.
“Gimana cara ngambilnya ya?” guman April bingung. Padahal saat itu sandal nya sudah tersangkut di tunggul tepi sungai.
“Ada apa mbak?”
April menoleh, ia kaget, Andika tiba-tiba ada di belakangnya.
“Itu, mau ngambil sandal April yang tadi hanyut tapi nggax bisa, airnya dalem banget, ntar kalau turun bukan sandalnya yang dapat yang ada malah April ikutan nyemplung” balas April.
“0... kalau gitu, biar aku aja yang ngambil”
Tanpa menunggu balasan dari April andika langsung turun dengan hati-hati untung pas nyangkut di tunggul sehingga dengan mudah Andika bisa mengambilnya.
“Ini sandalnya,” kata Andika, April langsung meraihnya.
“Aduh makasih ya, untung ada loe, kalau nggax terpaksa April harus jalan nggax pake sandal”
“Sama-sama, lagian tadi Cuma kebetulan. Memangnya kamu dari mana?”
“Dari pasar” jawab April ngasal.
“Pasar?!” andika heran “Bukannya tadi bantuin nenek sama kakek di sawahnya” sambungnya.
“Udah tau nanya” balas April, Andika langsung terdiam.
“Tapi kok loe tau kalau April bantuin nenek di sawah?” tanya April setelah terdiam benerapa saat, Andika kaget, bingung mau jawab apa.
“Jangan-jangan loe mata-matain April ya? Ayo ngaku” tuduh April.
“Ya nggax lah, ngapain juga mata-matain kamu. Cuma tadi itu aku nggax sengaja ngeliat kamu lagi ngani-ani padi, soalnya sawah aku kan tepat di seberang jalan”
“0... kirain...”
Tak terasa, mereka telah sampai di pertigaan dan mereka harus berpisah, Andika belok kanan sementara April belok ke kiri.
Malam harinya April tidur-tiduran di kamarnya, Sari juga ada di sampingnya, hari ini dia nginap lagi. Sedang kan nenek sama kakek sepertinya sudah tidur di kamarnya, kelelahan mungkin.
“Sari loe udah ngantuk belom?” tanya April.
“Ya belom lah, baru juga jam sembilan lewat, memangnya kamu udah ngantuk” Sari balik nanya.
“Sustru itu, April belum bisa tidur, badan nya terasa pegel semua nih. Mana masih gatal-gatal lagi, pasti gara-gara ke sawah tadi”
“Kalau gitu gimana kalau kita main tebak-tebakkan dulu, ntar kalau kita udah ngantuk baru kita tidur gimana?” usul Sari.
“Boleh, bagus juga ide loe. Jadi siapa dulu nih yang mau ngasi soal, elo atau April dulu.”
“Aku dulu donk. Kan tadi aku yang dapat ide” kata Sari.
“0k, apa soalannya, tau nggax sih April paling jago lho main tebakan”
“Gini, gajah terbang kelihatan apa nya?”
“Keliatan bo’ongnya, masa’ gajah bisa terbang”
“Kok tau sih, kalau gitu giliran kamu”
April berpikir sejenak, kemudian katanya.
“Apa yang menyebabkan desa ini sering banjir?”
“Hujan” jawab Sari cepat dalam hati ia merasa heran, kok April bisa tau desanya sering kena banjir.
“Salah...”
“Kok salah sih, kalau gitu karena bendungannya jebol”
“Bukan”
“Terus apa donk”
“Air” sahut April singkat.
“Eh, iya ya... kalau gitu aku pula, binatang apa yang punya bisa?”
“Ular” sahut April, “Kan kalau ngigit jadi bengkak berarti ada bisanya, benerkan?”
Sari menggeleng tanda jawabannya salah.
“Kok bukan?” April heran.
“Ya iya lah, secara kalau Cuma ular, mana ada bisanya,” balas Sari.
“Gitu ya, ular kobra.”
“Bukan.”
“Ular piton”
“Masih salah, ular piton nggak ada bisanya”
“Kalau gitu ular apa donk?” April nyerah.
“Ular bisa, ayam bisa, kucing pun bisa” sahut Sari sambil tertawa.
“Kirain tadi binatang apa, nggax taunya... Kalau gitu gantian April lagi ya, apa yang di punya kucing tapi nggax di punya anjing?” tanya April.
“Apa ya?” Sari mikir-mikir ia jadi bingung, prasan apa yang di punya kucing, anjing juga punya “0k deh aku nyerah...” ujar Sari kemudian.
“Anak kucing” balas April.
“Curang, masa anak kucing , anjing juga punya anak”
“Kalau anjing punyanya anak anjing, bukan anak kucing” terang April “giliran loe lagi yang ngasi soal”
“E... kalau guru jadi petani, pedagang jadi petani, nelayan jadi petani, petaninya jadi apa?”
“Jadi angsa, kan banyak," jawab April cepat. Sari hanya tersenyum simpul saat menyadari kalau jawabannya benar. "Gue lagi ya, kenapa di sungai amazon banyak ikan phirana?”
“Ikan phirana ikan apa sih?” Sari balik nanya.
“Ikan yang bisa makan orang” jelas April.
“Ih serem, nggax tau aku. Memangnya kenapa di sungai amazon banyak ikan phirana?”
“Karena... itu jangan kesana” nasehat April.
“Siapa juga yang mau kesana, jadi jawabannya apa nih?” tanya Sari sebel, lain di tanya lain di jawab.
“Kan udah di jawab tadi, karena... itu jangan kesana” ulang April karena Sari masih bingung.
“0h iya ya, kalau di tanya kenapa berarti jawabannya pake karena, pinter-pinter-pinter, tapi nggax nyambung” kata Sari April hanya cekikikan.
“April sudah larut malam kok belum tidur sih?” terdengar suara neneknya, dari kamar sebelah.
“Ia nek, ni April juga mau tidur” balas April “Sar, tidur dulu yuk, besok kita lanjutin lagi mata April udah mulai ngantuk”
“Iya deh” sahut Sari sambil rebahan di samping April.
“Hampir aja lupa, tadi April mau cerita sama loe, kalau tadi siang April da ketemu cowok keren, baik lagi” kata April tiba-tiba.
“0h ya?” Sari membuka matanya yang tadi sudah mulai terpejam.
“He’eh”
“Gimana ceritanya?” tanya Sari lagi.
April menceritakan kejadian tadi sore ke Sari lengkap sama bumbu-bumbunya, Sari mendengarkannya dengan seksama.
“Kalau gitu namanya siapa?” tanya Sari setelah April selesai cerita.
“Namanya... e, namanya siapa ya? Duh, April lupa nanya lagi”
“Ah kamu...” Sari kecewa.
“Tenang, besok April cari tau, lagian dia...”
April tidak melanjutkan ucapannya, karena dari kamar sebelah terdengar suara berdehem, April buru-buru mengajak Sari tidur.
To Be Continue....
Jangan lupa like fanpage kami ya. At LovelyStarNight
Post a Comment for "Cerpen Lucu Mis Tulalit ~ 04"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...