Cerpen Remaja Tentang Aku dan Dia part 2 {Update}
Nah, Kalau sebelum nya penulis sudah mengadakan acara edit menedit , udate mengupdate cerpen remaja tentang aku dan dia part satu, Kali ini penulis lanjut ke part duannya . Asli beneran rempongdeh.
Tapi kalau di pikir - pikir lagi, gak papa juga si ada acara "tegur sapa" begini, iung - itung bisa muncul wajah baru... #apa deh?...
Ya sudah lah, gak usah ngebanyol kayak si unyil, mnding langsung ke cerpen remaja tentang aku dan dia-nya...
Happy reading ya all...
“Pst… kenapa tu orang?” bisik Nanda sambil mencolek lengan Aya yang sedang khusuk ( ? ) mencatat. Pak Burhan sendiri memang sedang di depan kelas sembari menerangkan pelajaran.
“He?” Anya menoleh heran. Pasalnya si Nanda ngajak ngomong tapi tanpa intro.
“Itu?” gumam Nanda sembari memberi isyarat kepada Anya untuk melirik ke arah sahabatnya. Gresia, si target yang sedang di bicarakan tanpak sedang tersenyum - senyum mencurigakan.
"Lah, tu anak kenapa lagi. Segala senyum - senyum sendiri?"
“Ya ela, Gue nanya malah balik nanya," dumel Nanda. Pasalnya dia nggak akan menanyakan pertanyaan tersebut pada Anya sekiranya ia tau alasannya kenapa.
“Lagi kesambet Hantu penghuni pohon toge di belakang sekolah ( ? ) kali tu orang."
Anya kalo masalah ide ngawur, emang jagonya. Walau tak urung kali ini membuatnya sukses mendapatkan jitakan di kepala. Nanda sendiri heran, kenapa sih di lingkar pergaulan mereka, kekerasaan sering banget jadi pilihan.
“Gue serius ni."
"Tapi kan nggak harus jitak kepala gue juga. Di bayarin Fitrah ini tiap tahun sama bokap gue pas lebaran. Mana lu kalo jitak pake tenaga dalam lagi. Sakit tau, lagian..."
“Ehem … ehem…..”
Bagai di komando, Anya dan Nanda sontak mingkem. Saking asiknya ngobrol berdua, mereka malah melupakan posisi keberadaan saat ini. Siapa yang menduga, perhatian Pak Burhan kini beralih ke arah mereka.
“Anya, Nanda,"
Kadang salut juga sama guru yang satu ini. Muridnya ada ratusan, tiap tahun bertambah siswa dan siswi baru, tapi tetap saja bisa langsung ngenalin dan ingat nama - namanya. Benar - benar daya ingat yang luar biasa.
“Sa sa saya pak,” sahut Anya dan Nanda bersamaan.
Lagi lagi keduanya kompak menjawab. Lengkap dengan kegagapannya. Terlebih setelah merasakan aura menyeramkan yang kini memenuhi seluruh ruang kelas. Bahkan nyaris membuat bulu kuduk merinding. Oke, ini lebai. Sebenarnya yang merasa seram hanya Anya dan Nanda, sementara teman - temannya yang lain merasa biasa - biasa saja sih.
"Kalian berdua,silahkan maju kedepan. Seleasikan soa - soal ini."
Walaupun di ucapkan dengan nada santai, ternyata imbasnya berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Anya dan Nanda saat ini. Secara boro - boro bisa nyelesaikan soal, yang ditanyain apa aja mereka nggak paham. Apalagi pak Burhan kan guru matematika. Sejak kapan pula Anya dan Nanda ngerti sama pelajaran yang satu ini.
“Kita pak?” Nanda masih berharap jika gurunya mungkin melakukan kesalahan. Siapa tau kan masih ada Nanda yang lain di muka bumi ini?
“Apakah di kelas ini ada yang namanya Nanda dan Anya lagi?” pak Burhan balik bertanya.
Mungkin di belahan bumi yang lain memang ada yang namanya Nanda ataupun Anya. Sayangnya sejenak karena panik, Nanda lupa. Mereka sedang ada di kelas. Tentu saja Anya dan Nanda yang dimaksud adalah mereka.
Akhirnya dengan pasrah Anya dan Nanda maju kedepan. Tau nggak tau, bisa nggak bisa, maju saja dulu. Urusan lainnya mah pikirin belakangan.
Cerpen Remaja Tentang Aku dan Dia
“Ha ha ha….. ” Gresia tidak dapat lagi menahan tawa waktu melihat Anya dan Nanda yang memasang tampang lemes gara-gara kejadian tadi dikelas saat pelajaran matematika. Saat ini mereka sedang menhabiskan waktu istirahat di kantin sekolah.
Sesuai dugaan, kedua sahabatnya itu mustahil bisa menyelesaikan soal dari pak Burhan. Bukan hanya karena itu soal matematika, tapi juga karena soal tersebut memang belum di jelaskan cara penyelesaiannya. Dugaan sementara sih, mereka sengaja di panggil kedepan kelas karena sibuk sendiri.
"Gemes gue sama Pak Burhan. Udah tau kita nggak bisa matematika. Masih aja di suruh maju. Kan jadi malu tau," Nanda misuh - misuh. Namun begitu tak urung tangannya tetap terulur meraih gorengan di atas meja. Bagaimana pun, marah juga butuh tenaga.
“Iya nih. kita kan alergi sama matematika. Liat aja kepanjangannya. MATMATIKA. MAkin Tekun MAkin TIdak KAruan,” Anya ikut - ikutan. Dua sahabat ini memang kompak. Selain kompak berteman, keduanya juga kompak dalam memahami matematika. Maksudnya, dua duanya sama sama nggak paham. Yah, pokoknya gitulah.
Berbanding terbalik dengan Anya dan Nanda yang kesel, Angung dan Gresia justru malah ngakak. Secara di dunia belahan manapun, mau temen mau lawan, seringnya justru malah menjadikan hiburan tersendiri atas kesialan yang menimpa pihak lainnya.
"Diem deh kalian. Nggak lucu tau. Coba aja ntar kena gilirannya. Baru tau rasa," sewot Nanda melihat ulah teman - temannya.
"Kalian sih, nekat. Udah tau sendiri pak Burhan guru killer, siapa suruh malah sibuk sendiri. Kena batunya kan?" nasehat Anggun sok bijak.
“Betul itu,” Gresia menimpali.
“Loe diem deh,” tunjuk Anya ke arah Gresia. “Ini semua kan gara-gara loe”.
Setelah di ingat - ingat, kejadian tadi memang karena Gresia. Eh, Nanda sih sebenarnya. Seandainya tadi Nanda tidak memberi tahu dirinya tentang ulah temannya yang satu ini, insident dikelas tadi tidak akan terjadi.
“Idih… kok gue yang di bawa-bawa sih?” Gresia tidak terima.
“Ia. kalau bukan Kerena loe yang ketawa – ketawa sendiri nggak jelas kita nggak bakal di hukum tadi” terang Nanda.
“Maksutnya?’.
“Tadi itu kita lagi meratiin si Gresia yang senyum-senyum sendiri nggak jelas”.
“Kapan lagi gue senyum senyum sendiri. Kalian jangan ngasal deh” elak Gresia nggak terima.
Lagipula enak bener temannya menjadikan dirinya sebagai kambing hitam. Udahnya kambing, hitam lagi. Nggak ada bagus - bagusnya.
“Loe gak percaya tanya aja Anya”.
“Bener An?” tanya Angun kearah Anya sementara yang di tanya langsung mengangguk.
“Nggak!" Gresia keukeuh. Ini kenapa jadi lari kedia coba. Yang di hukum siapa, yang salah siapa. “Lagian kok jadi gue sih yang di bawa-bawa”.
“Ya ia lah… secara kita tadi udah di hukum kan gara-gara ngegosipin loe."
"Rasain, kena azab kan loe. Temen sendiri aja di gosipin. Nggak tanggung - tanggung, gosipnya sambil belajar matematika. Tuh, langsung dibayar tunaikan sama Allah. Nasib orang baik yang terzolimi memang beda," Gresia dengan pedenya malah membangakan diri. Membuat ketiga temannya serentak mencibir. "Lagian, gue itu.... Wuaduh."
Ucapan Gresia terpotong. Tatapannya terjurus kearah pintu kantin. Arga baru masuk, dari gelagatnya tujuan pasti sudah jelas menuju kearahnya.
"Arga mau kesini ya? Ngapain?" posisi Anya yang duduk tepat disampingnya ikutan menyadari pengalih perhatian Gresia. Nanda dan Anggun tau belakangan. Tepatnya ketika posisi Arga sudah berdiri di dekatnya.
“Ingat, urusan kita belum selesai. Ikut gue sekarang loe."
Apa itu basa - basi? Arga dengan seenak jidatnya langsung menarik tangan Gresia. Yang tentu saja langsung di tepis oleh gadis itu. Sejak dulu, Gresia memang tidak pernah di kenal sebagai gadis yang manut.
"Eh, sorry ya. Emang sejak kapan kita punya urusan? Lagian pede banget, kayak mau aja gue punya urusan sama loe."
“Nggak ada loe bilang?” tanya Arga sinis. “Banyak!!!” sambungnya dengan penuh penekanan.
“Gue bilang nggak mau!” Gresia tetap bersikokoh.
“OMZ. Jadi kalian beneran di jodohin!!” .
Pertanyaan Anya yang setengah berteriak tentu saja menarik perhatian hampir seluruh panghuni kantin. Alhasil, taptan kaget dan rasa penasaran ingin tau terarah kemeja mereka. Sementara Gresia hanya bisa menelan ludah melihat tatapan Arga yang seolah-olah ingin menelannya bulat-bulat seperti bakso yang sering di pesan Nanda.
“Apa loe bilang?. Arga dijodohin?. Sama Gresia?”.
Nggak tau datangnya dari mana, Tau-tau Lila kini sudah ada di samping mereka dengan mata yang melotot seolah-olah mau keluar.
“Enggak” sahut Gresia cepet.
“Lho tapi bukan nya kemaren loe sendiri yang bilang kalau loe di jodohin sama Arga?”
Kadang - kadang Gresia merasa heran, kenapa ia mau berteman dengan Anya, yang kadang polos dan lemotnya suka kumat di saat yang tidak tepat. Ia sih, kemaren ia memang cerita. Tapi kan ngga harus di infoin kayak sekarang juga. Terlebih dengan posisi di mana Arga berdiri tepat di hadapannya. Kenapa nggak sekalian aja Anya pasang info di koran, di radio, atau di TV sekalian.
Gemes, punya temen kok ngeselin.
“Elo?” tunjuk Arga kearah Gresia dengan penuh emosi.
“Jadi yang bener gimana?” tanya Nanda kemudian.
“Oke…. Gue emang di jodohin ma Arga sama ortu gue. Tapi gue tolak. Ogah banget gue di jodohin sama orang model kayak dia,” kata Gresia kemudian. Kepalang basah, mandi aja sekalian.
“Oh… ini bener-bener keajaiban,” ujar salah seorang pengunjung kantin.
“Maksutnya?” tanya yang lainya.
“Apa kalian lupa?. Seorang Arga gitu lho… Playboy yang terkenal kelas kakap. Dijodohin, Plus di tolak cewek lagi… apa kata dunia?” jelasnya.
“Wah loe bener. Gresia loe bener-bener hebat,” sambung yang lain tak mau kalah.
“Kalau begitu bisa di jadiin Deadline nie”.
Sementara tampang Arga jangan ditanya. Sepertinya batas kesabarannya sudah benar-benar mencapai ujung tanduk ( ? ).
“Nggak bisa. Kalian ngomongin apa sih?. Arga itu kan pacar gue” Teriak Lila kemudian.
Anya dengan santainya berjalan mengelilingi Lila sambil menatapnya sinis.
“Kayaknya bentar lagi udah nggak deh,” ledeknya.
“APA!. Jaga bicara loe”. Geram Lila. Kemudian ia berbalik ke Arga ” Ga, Sekarang juga loe harus milih Gue atau dia”.
“Gak usah milih. Loe ambil aja. Kebetulan gue nggak minat, nggak butuh juga,” potong Gresia cepat.
“WAH Arga benar-benar di tolak!!” yerit Salah Seorang siswa yang ada di disana. *Lebay*.
“Gresia, Mati loe kali ini,” geram Arga.
Tiba-tiba ada kilat sambung menyambung menjadi satu. Petir juga menyambar-nyambar. dan tiba -tiba Gresia raib di telan bumi… he he he… nggak lah. Intinya Gresia langsung kabur tanpa ba bi bu lagi. Get loss…. kha kha kha......
Cerpen Remaja Tentang Aku dan Dia
Gresia masih sibuk mondar - mandir dikamarnya. Bingung antara mau turun kebawah menemui tamu atau nekat loncat dari lantai 2 kamarnya untuk kabur. Malam ini Arga dan keluargannya datang ke rumah. Katanya sih mau silaturahmi. Tapi Gresia sudah bisa menebak apa tujuan sebenarnya mereka datang. Pasti nanti ujung-ujungnya membahas perjodohan mereka. Selagi Gresia masih bingung tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk.
"Tok tok tok" *Anggap aja bunyinya gitu*.
"Waduh, Mampus gue. Gimana ni?" Gumam gresia."Atau Pura-pura sakit aja kali ya?".
"Gres, turun donk. Arga ma mamanya udah datang tuh."
"Aduh ma, Kepala Gresia Pusing. Kayak nya Gresia nggak bisa turun deh," sahut gresia yang tampak tiduran di kasurnya.
"Masa sih?" tanya mama heran sambil menyentuh keningnya." Perasaan nggak panas".
"Ya gak tau. Lagian kan Gresia bilang kepala gresia pusing. Bukan panas".
"Jangan cari alasan kamu. Sudah ayo turun. Nggak sopan tau ada tamu di cuekin," bujuk mama lagi.
"Tapi ma..."
Gresia tidak melanjutkan ucapannya begitu melihat tatapan mamanya.
"Oke deh ma. bentar lagi Gresia turun".
Akhirnya Gresia ngalah, setelah terlebih dahulu merapikan sedikit tampilannya, Gresia turun ke bawah. Mengikuti jejak sang mama yang sudah mendahuluinya.
"Gresia, gimana sekolah kamu?" tanya Tante iIndri, mamanya Arga saat mereka sedang ngumpul di ruang tamu setelah selesai makan.
"Baik tante," sahut Gresia kikuk.
"Terus gimana hubungan kamu sama Arga?" sambung Papanya Arga.
"Ma, Pa, Tante, Om. Gresia mau ngomong. Sebenarnya aku sama Arga...."
Sejenak Gresia melirik ke arah Arga yang kebetulan juga sedang menatapnya. Ditarik nafas dalam-dalam. Ia sudah memutuskan untuk mengatakan rasa keberatannya atas perjodohan itu.
"Sebenarnya apa Gresia?" tanya Mama kemudian.
"Kita.....".
"Kita udah lama pacaran," potong Arga sebelum Gresia sempat menyelesaikan ucapannya.
"Oh ya?. Benarkah?" tanya papa kaget sekaligus bahagia.
"Ia om," sahut Arga Mantap.
Sementara tampang Gresia jangan di tanya. Shock!. Mereka udah lama pacaran? Sejak kapan? Kok dia nggak tau?
"Terus kenapa kamu selama ini nggak bilang sama mama?" Tante Indri terlihat binung.
"Soalnya kita takut. Kalau kita ngomong jujur ntar kalian langsung nikahin kita lagi. Kita kan masih muda. Jadi belum siap buat berumah tangga. Kita pengen ngejalaninya kayak anak muda laennya. Pacaran aja dulu. Sekaligus saling mengenal satu sama lain," Terang Arga lagi.
"Ha ha ha..... Jadi begitu. Sukurlah. karena tadinya kita sudah khawatir kalian keberatan dengan perjodohan ini. Tapi kalau memang itu alasannya, Kita nggak keberatan".
"Oh ya om, tante. Sekalian aku mau minta izin buat ngajak Gresia jalan Malam ini. Kebetulan malam ini ada acara di sekolah".
"Kalau sama kamu om percaya. Kalian boleh pergi. Tapi ingat jangan pulang terlalu malam. Juga hati - hati di jalan".
"Siap Om," Balas Arga mantap. Diraihnya Tangan Gresia yang dari tadi masih bengong. Sepertinya nyawanya belum kumpul seratus persen. Atau lebih tepatnya masih ngawang-ngawang (??? ).
"ARGH!!!!!!" Jerit Gresia sekencang - kencangnya. Bahkan Arga yang dari tadi menyetir dalam diam langsung menginjak rem mobilnya dengan cepat.
"Astafirullahal'azim *Bisa ngucap juga nie anak*. Loe pengen bikin gue jantungan ya?. Atau pengen kita mati ketabrak bareng-bareng."
"Loe tadi ngomong apa?" Tanya Gresia tanpa memperdulikan teriakan arga barusan.
"Gue bilang Loe mau kita mati berng-bareng!" Kata Arga masih setengah berteriak.
"Bukan itu. Maksut gue waktu di rumah. Loe bilang kalau kita pacaran?".
Arga terdiam. Tapi beberapa saat kemudian.
"Ha ha ha," tawanya langsung meledak. "Jadi dari tadi loe baru nyambung. Busyed, lama banget loadingnya?," ejek Arga tanpa bisa menahan tawanya.
Pletak....
Sebuah jitakan mendarat telak di kepala Arga.
"Kenapa loe jitak kepala gue. Sakit tau," geram Arga sambil mengusap-usap kepalanya. Seumur - umur, baru kali ini ada yang berani melakukan hal itu kepadannya. Siapa sih ni cewek, nggak ada manis - manisnya perasaaan.
"Terus maunya gue cekek loe sampai mati? Gitu," balas Gresia emosi.
"Ye.... Kok loe jadi marah-marah gitu sih. Tadi kayaknya tenang-tenang aja".
"Tadi itu gue shock. Loe tau, Gue SHOCK. S-H-O-C-K," geram Gresia.
"Lebay...." Ledek Arga santai.
"Udah loe jawab aja. Maksut loe ngomong kita pacaran tu apa. Atau selama ini loe udah lama naksir sama gue. Makanya loe sengaja ngomong kayak gitu".
"Wuek," Arga sok pasang tampang mau muntah.
"Jangan ngayal loe," sambung nya sambil menjitak kepala Gresia. Apalagi maksudnya kalau bukan untuk balas dendam. Bagaimanpun, membalas selalu lebih baik dari pada nggak ada balasannya.
"Kalau nggak terus maksutnya apa donk?".
"Bales dendam," sahut Arga santai.
"He....?, Maksutnya?" Tanya Gresia bingung.
"Ntar juga loe tau," Arga Menatap Gresia sinis. Semburat Senyum jahil tersirat di wajahnya. Tanpa memperdulikan Gresia lagi. Ia langsung tancap gas.
Detail Cerpen
Tapi kalau di pikir - pikir lagi, gak papa juga si ada acara "tegur sapa" begini, iung - itung bisa muncul wajah baru... #apa deh?...
Ya sudah lah, gak usah ngebanyol kayak si unyil, mnding langsung ke cerpen remaja tentang aku dan dia-nya...
Happy reading ya all...
“Pst… kenapa tu orang?” bisik Nanda sambil mencolek lengan Aya yang sedang khusuk ( ? ) mencatat. Pak Burhan sendiri memang sedang di depan kelas sembari menerangkan pelajaran.
“He?” Anya menoleh heran. Pasalnya si Nanda ngajak ngomong tapi tanpa intro.
“Itu?” gumam Nanda sembari memberi isyarat kepada Anya untuk melirik ke arah sahabatnya. Gresia, si target yang sedang di bicarakan tanpak sedang tersenyum - senyum mencurigakan.
"Lah, tu anak kenapa lagi. Segala senyum - senyum sendiri?"
“Ya ela, Gue nanya malah balik nanya," dumel Nanda. Pasalnya dia nggak akan menanyakan pertanyaan tersebut pada Anya sekiranya ia tau alasannya kenapa.
“Lagi kesambet Hantu penghuni pohon toge di belakang sekolah ( ? ) kali tu orang."
Anya kalo masalah ide ngawur, emang jagonya. Walau tak urung kali ini membuatnya sukses mendapatkan jitakan di kepala. Nanda sendiri heran, kenapa sih di lingkar pergaulan mereka, kekerasaan sering banget jadi pilihan.
“Gue serius ni."
"Tapi kan nggak harus jitak kepala gue juga. Di bayarin Fitrah ini tiap tahun sama bokap gue pas lebaran. Mana lu kalo jitak pake tenaga dalam lagi. Sakit tau, lagian..."
“Ehem … ehem…..”
Bagai di komando, Anya dan Nanda sontak mingkem. Saking asiknya ngobrol berdua, mereka malah melupakan posisi keberadaan saat ini. Siapa yang menduga, perhatian Pak Burhan kini beralih ke arah mereka.
“Anya, Nanda,"
Kadang salut juga sama guru yang satu ini. Muridnya ada ratusan, tiap tahun bertambah siswa dan siswi baru, tapi tetap saja bisa langsung ngenalin dan ingat nama - namanya. Benar - benar daya ingat yang luar biasa.
“Sa sa saya pak,” sahut Anya dan Nanda bersamaan.
Lagi lagi keduanya kompak menjawab. Lengkap dengan kegagapannya. Terlebih setelah merasakan aura menyeramkan yang kini memenuhi seluruh ruang kelas. Bahkan nyaris membuat bulu kuduk merinding. Oke, ini lebai. Sebenarnya yang merasa seram hanya Anya dan Nanda, sementara teman - temannya yang lain merasa biasa - biasa saja sih.
"Kalian berdua,silahkan maju kedepan. Seleasikan soa - soal ini."
Walaupun di ucapkan dengan nada santai, ternyata imbasnya berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Anya dan Nanda saat ini. Secara boro - boro bisa nyelesaikan soal, yang ditanyain apa aja mereka nggak paham. Apalagi pak Burhan kan guru matematika. Sejak kapan pula Anya dan Nanda ngerti sama pelajaran yang satu ini.
“Kita pak?” Nanda masih berharap jika gurunya mungkin melakukan kesalahan. Siapa tau kan masih ada Nanda yang lain di muka bumi ini?
“Apakah di kelas ini ada yang namanya Nanda dan Anya lagi?” pak Burhan balik bertanya.
Mungkin di belahan bumi yang lain memang ada yang namanya Nanda ataupun Anya. Sayangnya sejenak karena panik, Nanda lupa. Mereka sedang ada di kelas. Tentu saja Anya dan Nanda yang dimaksud adalah mereka.
Akhirnya dengan pasrah Anya dan Nanda maju kedepan. Tau nggak tau, bisa nggak bisa, maju saja dulu. Urusan lainnya mah pikirin belakangan.
Cerpen Remaja Tentang Aku dan Dia
“Ha ha ha….. ” Gresia tidak dapat lagi menahan tawa waktu melihat Anya dan Nanda yang memasang tampang lemes gara-gara kejadian tadi dikelas saat pelajaran matematika. Saat ini mereka sedang menhabiskan waktu istirahat di kantin sekolah.
Sesuai dugaan, kedua sahabatnya itu mustahil bisa menyelesaikan soal dari pak Burhan. Bukan hanya karena itu soal matematika, tapi juga karena soal tersebut memang belum di jelaskan cara penyelesaiannya. Dugaan sementara sih, mereka sengaja di panggil kedepan kelas karena sibuk sendiri.
"Gemes gue sama Pak Burhan. Udah tau kita nggak bisa matematika. Masih aja di suruh maju. Kan jadi malu tau," Nanda misuh - misuh. Namun begitu tak urung tangannya tetap terulur meraih gorengan di atas meja. Bagaimana pun, marah juga butuh tenaga.
“Iya nih. kita kan alergi sama matematika. Liat aja kepanjangannya. MATMATIKA. MAkin Tekun MAkin TIdak KAruan,” Anya ikut - ikutan. Dua sahabat ini memang kompak. Selain kompak berteman, keduanya juga kompak dalam memahami matematika. Maksudnya, dua duanya sama sama nggak paham. Yah, pokoknya gitulah.
Berbanding terbalik dengan Anya dan Nanda yang kesel, Angung dan Gresia justru malah ngakak. Secara di dunia belahan manapun, mau temen mau lawan, seringnya justru malah menjadikan hiburan tersendiri atas kesialan yang menimpa pihak lainnya.
"Diem deh kalian. Nggak lucu tau. Coba aja ntar kena gilirannya. Baru tau rasa," sewot Nanda melihat ulah teman - temannya.
"Kalian sih, nekat. Udah tau sendiri pak Burhan guru killer, siapa suruh malah sibuk sendiri. Kena batunya kan?" nasehat Anggun sok bijak.
“Betul itu,” Gresia menimpali.
“Loe diem deh,” tunjuk Anya ke arah Gresia. “Ini semua kan gara-gara loe”.
Setelah di ingat - ingat, kejadian tadi memang karena Gresia. Eh, Nanda sih sebenarnya. Seandainya tadi Nanda tidak memberi tahu dirinya tentang ulah temannya yang satu ini, insident dikelas tadi tidak akan terjadi.
“Idih… kok gue yang di bawa-bawa sih?” Gresia tidak terima.
“Ia. kalau bukan Kerena loe yang ketawa – ketawa sendiri nggak jelas kita nggak bakal di hukum tadi” terang Nanda.
“Maksutnya?’.
“Tadi itu kita lagi meratiin si Gresia yang senyum-senyum sendiri nggak jelas”.
“Kapan lagi gue senyum senyum sendiri. Kalian jangan ngasal deh” elak Gresia nggak terima.
Lagipula enak bener temannya menjadikan dirinya sebagai kambing hitam. Udahnya kambing, hitam lagi. Nggak ada bagus - bagusnya.
“Loe gak percaya tanya aja Anya”.
“Bener An?” tanya Angun kearah Anya sementara yang di tanya langsung mengangguk.
“Nggak!" Gresia keukeuh. Ini kenapa jadi lari kedia coba. Yang di hukum siapa, yang salah siapa. “Lagian kok jadi gue sih yang di bawa-bawa”.
“Ya ia lah… secara kita tadi udah di hukum kan gara-gara ngegosipin loe."
"Rasain, kena azab kan loe. Temen sendiri aja di gosipin. Nggak tanggung - tanggung, gosipnya sambil belajar matematika. Tuh, langsung dibayar tunaikan sama Allah. Nasib orang baik yang terzolimi memang beda," Gresia dengan pedenya malah membangakan diri. Membuat ketiga temannya serentak mencibir. "Lagian, gue itu.... Wuaduh."
Ucapan Gresia terpotong. Tatapannya terjurus kearah pintu kantin. Arga baru masuk, dari gelagatnya tujuan pasti sudah jelas menuju kearahnya.
"Arga mau kesini ya? Ngapain?" posisi Anya yang duduk tepat disampingnya ikutan menyadari pengalih perhatian Gresia. Nanda dan Anggun tau belakangan. Tepatnya ketika posisi Arga sudah berdiri di dekatnya.
“Ingat, urusan kita belum selesai. Ikut gue sekarang loe."
Apa itu basa - basi? Arga dengan seenak jidatnya langsung menarik tangan Gresia. Yang tentu saja langsung di tepis oleh gadis itu. Sejak dulu, Gresia memang tidak pernah di kenal sebagai gadis yang manut.
"Eh, sorry ya. Emang sejak kapan kita punya urusan? Lagian pede banget, kayak mau aja gue punya urusan sama loe."
“Nggak ada loe bilang?” tanya Arga sinis. “Banyak!!!” sambungnya dengan penuh penekanan.
“Gue bilang nggak mau!” Gresia tetap bersikokoh.
“OMZ. Jadi kalian beneran di jodohin!!” .
Pertanyaan Anya yang setengah berteriak tentu saja menarik perhatian hampir seluruh panghuni kantin. Alhasil, taptan kaget dan rasa penasaran ingin tau terarah kemeja mereka. Sementara Gresia hanya bisa menelan ludah melihat tatapan Arga yang seolah-olah ingin menelannya bulat-bulat seperti bakso yang sering di pesan Nanda.
“Apa loe bilang?. Arga dijodohin?. Sama Gresia?”.
Nggak tau datangnya dari mana, Tau-tau Lila kini sudah ada di samping mereka dengan mata yang melotot seolah-olah mau keluar.
“Enggak” sahut Gresia cepet.
“Lho tapi bukan nya kemaren loe sendiri yang bilang kalau loe di jodohin sama Arga?”
Kadang - kadang Gresia merasa heran, kenapa ia mau berteman dengan Anya, yang kadang polos dan lemotnya suka kumat di saat yang tidak tepat. Ia sih, kemaren ia memang cerita. Tapi kan ngga harus di infoin kayak sekarang juga. Terlebih dengan posisi di mana Arga berdiri tepat di hadapannya. Kenapa nggak sekalian aja Anya pasang info di koran, di radio, atau di TV sekalian.
Gemes, punya temen kok ngeselin.
“Elo?” tunjuk Arga kearah Gresia dengan penuh emosi.
“Jadi yang bener gimana?” tanya Nanda kemudian.
“Oke…. Gue emang di jodohin ma Arga sama ortu gue. Tapi gue tolak. Ogah banget gue di jodohin sama orang model kayak dia,” kata Gresia kemudian. Kepalang basah, mandi aja sekalian.
“Oh… ini bener-bener keajaiban,” ujar salah seorang pengunjung kantin.
“Maksutnya?” tanya yang lainya.
“Apa kalian lupa?. Seorang Arga gitu lho… Playboy yang terkenal kelas kakap. Dijodohin, Plus di tolak cewek lagi… apa kata dunia?” jelasnya.
“Wah loe bener. Gresia loe bener-bener hebat,” sambung yang lain tak mau kalah.
“Kalau begitu bisa di jadiin Deadline nie”.
Sementara tampang Arga jangan ditanya. Sepertinya batas kesabarannya sudah benar-benar mencapai ujung tanduk ( ? ).
“Nggak bisa. Kalian ngomongin apa sih?. Arga itu kan pacar gue” Teriak Lila kemudian.
Anya dengan santainya berjalan mengelilingi Lila sambil menatapnya sinis.
“Kayaknya bentar lagi udah nggak deh,” ledeknya.
“APA!. Jaga bicara loe”. Geram Lila. Kemudian ia berbalik ke Arga ” Ga, Sekarang juga loe harus milih Gue atau dia”.
“Gak usah milih. Loe ambil aja. Kebetulan gue nggak minat, nggak butuh juga,” potong Gresia cepat.
“WAH Arga benar-benar di tolak!!” yerit Salah Seorang siswa yang ada di disana. *Lebay*.
“Gresia, Mati loe kali ini,” geram Arga.
Tiba-tiba ada kilat sambung menyambung menjadi satu. Petir juga menyambar-nyambar. dan tiba -tiba Gresia raib di telan bumi… he he he… nggak lah. Intinya Gresia langsung kabur tanpa ba bi bu lagi. Get loss…. kha kha kha......
Cerpen Remaja Tentang Aku dan Dia
Gresia masih sibuk mondar - mandir dikamarnya. Bingung antara mau turun kebawah menemui tamu atau nekat loncat dari lantai 2 kamarnya untuk kabur. Malam ini Arga dan keluargannya datang ke rumah. Katanya sih mau silaturahmi. Tapi Gresia sudah bisa menebak apa tujuan sebenarnya mereka datang. Pasti nanti ujung-ujungnya membahas perjodohan mereka. Selagi Gresia masih bingung tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk.
"Tok tok tok" *Anggap aja bunyinya gitu*.
"Waduh, Mampus gue. Gimana ni?" Gumam gresia."Atau Pura-pura sakit aja kali ya?".
"Gres, turun donk. Arga ma mamanya udah datang tuh."
"Aduh ma, Kepala Gresia Pusing. Kayak nya Gresia nggak bisa turun deh," sahut gresia yang tampak tiduran di kasurnya.
"Masa sih?" tanya mama heran sambil menyentuh keningnya." Perasaan nggak panas".
"Ya gak tau. Lagian kan Gresia bilang kepala gresia pusing. Bukan panas".
"Jangan cari alasan kamu. Sudah ayo turun. Nggak sopan tau ada tamu di cuekin," bujuk mama lagi.
"Tapi ma..."
Gresia tidak melanjutkan ucapannya begitu melihat tatapan mamanya.
"Oke deh ma. bentar lagi Gresia turun".
Akhirnya Gresia ngalah, setelah terlebih dahulu merapikan sedikit tampilannya, Gresia turun ke bawah. Mengikuti jejak sang mama yang sudah mendahuluinya.
"Gresia, gimana sekolah kamu?" tanya Tante iIndri, mamanya Arga saat mereka sedang ngumpul di ruang tamu setelah selesai makan.
"Baik tante," sahut Gresia kikuk.
"Terus gimana hubungan kamu sama Arga?" sambung Papanya Arga.
"Ma, Pa, Tante, Om. Gresia mau ngomong. Sebenarnya aku sama Arga...."
Sejenak Gresia melirik ke arah Arga yang kebetulan juga sedang menatapnya. Ditarik nafas dalam-dalam. Ia sudah memutuskan untuk mengatakan rasa keberatannya atas perjodohan itu.
"Sebenarnya apa Gresia?" tanya Mama kemudian.
"Kita.....".
"Kita udah lama pacaran," potong Arga sebelum Gresia sempat menyelesaikan ucapannya.
"Oh ya?. Benarkah?" tanya papa kaget sekaligus bahagia.
"Ia om," sahut Arga Mantap.
Sementara tampang Gresia jangan di tanya. Shock!. Mereka udah lama pacaran? Sejak kapan? Kok dia nggak tau?
"Terus kenapa kamu selama ini nggak bilang sama mama?" Tante Indri terlihat binung.
"Soalnya kita takut. Kalau kita ngomong jujur ntar kalian langsung nikahin kita lagi. Kita kan masih muda. Jadi belum siap buat berumah tangga. Kita pengen ngejalaninya kayak anak muda laennya. Pacaran aja dulu. Sekaligus saling mengenal satu sama lain," Terang Arga lagi.
"Ha ha ha..... Jadi begitu. Sukurlah. karena tadinya kita sudah khawatir kalian keberatan dengan perjodohan ini. Tapi kalau memang itu alasannya, Kita nggak keberatan".
"Oh ya om, tante. Sekalian aku mau minta izin buat ngajak Gresia jalan Malam ini. Kebetulan malam ini ada acara di sekolah".
"Kalau sama kamu om percaya. Kalian boleh pergi. Tapi ingat jangan pulang terlalu malam. Juga hati - hati di jalan".
"Siap Om," Balas Arga mantap. Diraihnya Tangan Gresia yang dari tadi masih bengong. Sepertinya nyawanya belum kumpul seratus persen. Atau lebih tepatnya masih ngawang-ngawang (??? ).
"ARGH!!!!!!" Jerit Gresia sekencang - kencangnya. Bahkan Arga yang dari tadi menyetir dalam diam langsung menginjak rem mobilnya dengan cepat.
"Astafirullahal'azim *Bisa ngucap juga nie anak*. Loe pengen bikin gue jantungan ya?. Atau pengen kita mati ketabrak bareng-bareng."
"Loe tadi ngomong apa?" Tanya Gresia tanpa memperdulikan teriakan arga barusan.
"Gue bilang Loe mau kita mati berng-bareng!" Kata Arga masih setengah berteriak.
"Bukan itu. Maksut gue waktu di rumah. Loe bilang kalau kita pacaran?".
Arga terdiam. Tapi beberapa saat kemudian.
"Ha ha ha," tawanya langsung meledak. "Jadi dari tadi loe baru nyambung. Busyed, lama banget loadingnya?," ejek Arga tanpa bisa menahan tawanya.
Pletak....
Sebuah jitakan mendarat telak di kepala Arga.
"Kenapa loe jitak kepala gue. Sakit tau," geram Arga sambil mengusap-usap kepalanya. Seumur - umur, baru kali ini ada yang berani melakukan hal itu kepadannya. Siapa sih ni cewek, nggak ada manis - manisnya perasaaan.
"Terus maunya gue cekek loe sampai mati? Gitu," balas Gresia emosi.
"Ye.... Kok loe jadi marah-marah gitu sih. Tadi kayaknya tenang-tenang aja".
"Tadi itu gue shock. Loe tau, Gue SHOCK. S-H-O-C-K," geram Gresia.
"Lebay...." Ledek Arga santai.
"Udah loe jawab aja. Maksut loe ngomong kita pacaran tu apa. Atau selama ini loe udah lama naksir sama gue. Makanya loe sengaja ngomong kayak gitu".
"Wuek," Arga sok pasang tampang mau muntah.
"Jangan ngayal loe," sambung nya sambil menjitak kepala Gresia. Apalagi maksudnya kalau bukan untuk balas dendam. Bagaimanpun, membalas selalu lebih baik dari pada nggak ada balasannya.
"Kalau nggak terus maksutnya apa donk?".
"Bales dendam," sahut Arga santai.
"He....?, Maksutnya?" Tanya Gresia bingung.
"Ntar juga loe tau," Arga Menatap Gresia sinis. Semburat Senyum jahil tersirat di wajahnya. Tanpa memperdulikan Gresia lagi. Ia langsung tancap gas.
Detail Cerpen
- Judul : Tentang Aku Dan Dia
- Genre : Remaja
- Status : Complete
- Words : 2.202 Kata
- Penulis : Ana Merya
Post a Comment for "Cerpen Remaja Tentang Aku dan Dia part 2 {Update}"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...