Cerpen Remaja The Prince ~ 09 {Update}
Cerpen Remaja
The Prince, The Princess and Mis. Cinderella part 9
Halo All reader, Cerpen remaja the prince, the princess and mis cinderella di lanjutin lagi lho #dihajar. Hahaha. Setelah sekilan lama ni cerpen nyangkut di planet pluto, akhirnya dia balik lagi. Thanks for all, yang udah ngasi semangat buat ngelanjutin nie cerpen yang jelas – jelas nggak jelas.
Eh,tapi kalau seandainya ini cerpen makin kacau haraf di meklume aja ya?. Secara,ini cerpen makin ‘terbang bebas’ kayaknya. Tapi karena Star Night sudah memutuskan untuk melanjutkan itu artinya kemungkinan besar ini cerpen ada endingnya. Ya, walaupun harus terpaksa menendang ‘love story about my first love’ ke draf lepi. Tapi gak papa deh, Star night mau belajar bertanggung jawab dulu (????).
Oh ya, karena ini sudah kelamaan, mungkin sudah pada lupa kali ya sama jalan ceritannya?. Memang salah star Night juga si kelaman banget ngelanjutin. Nah karena itu star night sengaja kasi link nya, Cerpen remaja the perince, the princess and mis cinderela part 1, part 2, part 3, part 4, part 5, part 6, part 7 dan part 8.
E, satu lagi. Dalam cerpen remaja ini di ambil dari dua sudut pandang sekaligus (????). bingung ya?, ah star night yang bikin juga bingung apa lagi yang baca. Jadi gini lho, untuk karakter ‘Riani’ star nihgt pake istilah ‘aku’. Sementara untuk karakter ‘Andre’ Star night pake sudut pandang orang ketiga. H3 h3 h3 # bingung – bingung deh.
Okelah, dari pada kebanyakan bacod mending langsung di baca yuk. Semoga saja hasilnya tidak mengecewakan.
Credit Gambar : Star Night
Aku mengerjap – ngerjapkan mata sambil menoleh ke sekeliling. Hal pertama yang ku lihat adalah raut lega yang tergambar di wajah Iren di susul oleh Naysila dan Kezia. Walau kepala ku masih terasa sedikit pusing tak urung aku mencoba bangkit dan duduk bersandar.
“Syukurlah, akhirnya loe sadar juga” Naysila yang pertama sekali buka mulut.
“Memangnya gue kenapa?”.
“Ya ela pake nanya lagi. Lupa ya, loe kan sedari tadi pingsan”.
Untuk sejenak aku terdiam. Mencoba untuk mengingat- ingat kejadian sebelumnya. Tapi sepertinya pikiran ku masih blank. Hanya saja seingat ku tadi di kantin kevin berantem sama jimmy terus. Kevin.... Nggak – nggak – nggak. Itu nggak mungkin. Pasti tu kejadian Cuma mimpi. Buktinya sekarang aja aku terbaring di sini. Ya itu pasti hanya mimip. Pikir ku sendiri.
“Kenapa kalian ngeliatin gue kayak gitu?” tanya ku heran saat mendapati raut bingung di wajah ke tiga temanku.
“Loe kenapa senyum – senyum sendiri?” tanya Iren sambil mengulurkan tangannya. Menyentuh keningku. Munkin ia berniat untuk mengecek suhu tubuhku. Tapi enak aja, dikira aku sakit apa. Dengan cepat ku tepis tangannya.
“Tenang, gue baik – baik aja. Cuma lagi seneng aja kalau ternyata sedari tadi gue terbaring disini?” balasku mencoba menjelaskan. Namun yang herannya kenapa kerutan di kening teman – teman ku justru malah bertambah ya?.
“Loe malah seneng pingsan disini?” tanya Naysila lagi.
Dengan mantap aku mengangguk membenarkan. Hei, bukannya sedari tadi aku terbaring di sini. Berarti kejadian di kantin tadi itu nggak pernah ada kan. Maksutnya sebenernya kejadian itu hanya mimpi buruk ku semata.
Dan sebelum mulut Iren terbuka untuk bertanya lebih lanjut aku sudah terlebih dahulu memotongnya karena saat melirik jam, sepertinya ini sudah saat nya pulang.
“Ya udah lah. Cabut yuk. Kita pulang bareng” ajak ku sambil bangkit berdiri. Sengaja mendahului untuk melangkah keluar.
Sambil terus melangkah sebuah senyum samar terukir di bibir ku. Kalian ingin tau kenapa aku sesenang ini?. Itu karena aku baru bangun dari pingsan, dan tersadar dari mimpi buruk. He he he. Siapa yang nggak seneng coba, kalau hal buruk ternyata hanya mimpi. Tapi sambil terus melangkah, aku merasa sedikit heran. Perasaan ku saja atau memang sepertinya seluruh anak – anak pada ngeliatin aku ya?.
Untuk sejenak aku menghentikan langkah ku. Memperhatikan penampilanku. Perasaan biasa – biasa aja. Nggak ada yang aneh. kacamata ku masih menempel dengan sempurna. Lantas mereka kenapa?. Tak ingin terlalu larut dalam dugaan nggak jelas perhatianku segera ku alihkan kearah kezia, naysila dan Iren.
“Hei, Penampilan gue ada yang aneh ya. Kok kayaknya anak – anak pada ngelihatin gue kayak gitu?” tanya ku.
Sebelum menjawab aku masih sempat melihat Naysia memutar mata. “Ya jelas aja semua pada heboh secara Kevin nyium loe dikantin yang jelas – jelas lagi rame – ramenya. Tentu saja gosip itu langsung menyebar. Terlebih lagi selama ini kan hubungan kalian berdua nggak akur”.
“Ha?” langkah ku langsung terhenti. Jujur saja aku nggak pernah berurusan dengan dokter THT dan sama sekali nggak ingin berurusan dengan tu dokter. Tapi kenapa barusan aku seperti mendengar kabar yang terlalu mengetkan, bahkan lebih kaget dari pada saat aku mendengar suara petir.
“Kalian bercanda kan?” tanya ku lagi.
“Ayolah Riani. Bercanda gimana ceritanya. Loe aja sampe pingsan gitu. Jangan bilang kalau loe lupa” Terang Kezia terlihat kesel.
Untuk sejenak aku terdiam. Pikiran ku makin blank. Kalau bener apa yang naysila katakan, berarti itu semua memang bukan mimpi. Kevin benar – benar nyium aku. Astaga, itu kan ciuman pertamaku.
Dan belum sempat otak ku mencerna semuanya, tau – tau kini tampak kevin yang berjalan mendekat.
“Udah sadar loe?” tanya kevin atau mungkin lebih tepat kalau di bilang meledek kali ya?.
“Loe” tunjuk ku tepat kearah wajahnya. “Mau apa lagi?” geram ku lagi.
“Dasar cewek aneh, baru di cium aja udah pingsan” sambung kevin lagi. Dan kali ini aku benar – benar tak mampu menahan kesabaranku. Dengan cepat tangan ku terangkat dan menjitak kepalanya.
“Aduh. Hei sakit tau” Bentak kevin yang sama sekali tidak mampu membuat nyali ku menciut. Enak saja, ini masalah harga diri. Dia nggak bisa seenaknya.
“Dasar brengsek loe. Itu ciuman pertama gue tau. Enak aja loe rampas sembarangan. Tanggung jawab loe” bentak ku geram. Dan makin merasa kesel saat justru melihat kevin yang malah tertawa ngakak. Hei , memangnya disini ada yang lucu ya?.
“Tanggung jawab. Memangnya loe hamil”.
“Duak”
Untuk kedua kalinya sebuah jitakan kembali mendarat di kepala Kevin. Persetan deh dengan tata krama.
“Loe...” Geram kevin kearah ku.
“Apa?” tantang ku lagi.
“Oke, gue akan tanggung jawab. Mulai sekarang loe jadi cewek gue. Kita pacaran” balas kevin dengan santainya.
Kali ini sebelum jitakan ketiga mendarat di kepala, tangan kevin sudah terlebih dahulu menahannya. Bukan hanya itu bahkan ia segera menariknya. Sementara aku yang sama sekali tidak menduga akan terjadi perlawanan sama sekali tidak siap dan berakhir dengan mendarat di tubuh Kevin.
“Loe tau. Gue merasa, sepertinya permainan kita semakin seru. Nggak salahkan kalau ini terus berlanjut. Dan elo sebaiknya siapin diri loe baik – baik. Karena gue akan melakukan cara apapun untuk menang” bisik kevin kearah telinga ku sambil tersenyum sinis.
Aku berusaha berontak untuk melepaskan diri. Bukan hal yang sulit si karena kevin juga telah melepaskan cengkeramannya.
“Ya sudah, gue pergi dulu ya sayang. Jaga diri loe baik – baik” Ledek kevin sambil tersenyum sinis sebelum kemudian berlalu. Tak memberi kesempatan sedikitpun untuk ku mencerna semuanya apalagi melakukan pembalasan.
Setelah kevin benar – benar berlalu aku menoleh kesamping. Heran saat melihat mulut kezia yang terbuka tanpa suara, atau tampang bingungnya Naysila sementara Iren justru menepuk – nepuk pipinya sendiri. Mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukan mimpi. Hei, bukannya yang harusnya shock itu aku ya?.
Sambil tangannya terus mengatur buku – buku angan andre terus melayang. Sama sekali tidak konsentrasi dengan kerjaannya. Revan yang sedari tadi memperhatikan gerak – geriknya tak urung merasa heran. Ada apa dengan anak itu?. Tak ingin bermain dengan tebak kan liarnya segera di hampiri sahabat sekaligus rekan kerjanya.
“Andre, loe kenapa?”.
“eh” andre sedikit terlonjak kaget saat mendapati Revan yang tiba – tiba berada di sampingnya. Revan sendiri justru malah yakin kalau sahabatnya itu memang sedari tadi sedang melamun saat melihat reaksi kagetnya.
“Loe kenapa si?” tanya Revan mengulangi pertanyaannya.
“Oh, gue. Nggak kenapa – napa kok”
“Loe pikir loe bisa bohongin gue. Ayolah, kita bukan baru kenal kemaren sore” sambung Revan meyakinkan. Untuk sejenak Andre terdiam. Mencoba menimbang – nimbang apa yang sebaiknya ia lakukan. Menceritakan itu semua pada sahabatnya atau tidak.
“Atau loe lagi sakit ya?. Abis wajah loe juga pucat” tambah Revan sambil menyentuh kan tangannya kearah kening Andre.
“Brak”.
Keduanya segera menoleh. Tampak buku – buku yang berserakan di lantai dimana . sementara itu , Kevin juga terlihat sedang berdiri tak jauh dari sana dengan tatapan tajam setajam elang yang terarah lurus kewajah Andre dan Revan secara bergantian. Sampai kemudian tanpa kata segera berlalu. Meninggalkan raut kebingungan di wajah kedua orang itu.
“Itu bukannya kevin ya?. Dia kenapa?” tanya Revan heran.
“Tau. Sudahlah, nggak usah di urusin. Tu anak kadang – kadang memang rada nggak jelas” kata Andre terlihat tak peduli. Karena jujur saja ia masih kesel sama tu orang atas perlakuannya terhadap ‘riani’.
“Tapi kan...”.
“Stt.. udah buruan lanjutin kerjaan loe” potong Andre cepat. Sama sekali tak ingin melanjutkan pembicaaraan itu lebih lanjut. “Dan satu lagi, gue nggak papa alias baik – baik saja. Oke?” sambung Andre lagi sambil tersenyum meyakinkan.
Kali ini Revan balas tersenyum, walau tak urung dalam hati ia bergumam . “Justru karena loe bilang loe baik – baik sajalah gue malah jadi curiga kalau sebenernya ada apa – apa”.
Cerpen Remaja
Dengan hati yang masih kesel Kevin terus melajukan motornya dengan tujuan yang tak jelas. Saat ini ia benar – benar ingin melampiaskan kemarahannya. Bukan, tentu saja bukan karena kejadian di perpustakaan yang baru saja di lihatnnya walau sebenarnya hal itu sedikit banyak memang mengganggu pikirannya. Tapi rasa kesel ini sebenernya lebih ia tujukan pada dirinya sendiri. Sebenarnya ada apa dengannya?. Kenapa ia merasa tidak suka saat memergoki keakraban Andre dengan rekan kerja yang katanya sahabat baiknya dulu?. Ayolah, Dia itu cowok, Andre dan Revan juga. Astaga, kenyataan ini benar – benar membuatnya gila.
Karena pikiran kalut yang menguasai nya saat ini, Kevin sama sekali tidak memperhatikan laju motornya. Dengan santai ia terus mengebut. Dan saat sampai di tingkungan, ternyata dari arah berlawanan juga tampak sebuah sedan yang melajut. Dengan cepat Kevin berusaha menginjak rem nya. Namun...
“Brak”.
Sepertinya hari ini bukan Cuma luka di hati, tapi juga harus ada luka fisik yang ia tanggung.
Cerpen Remaja The Prince
Ups, Bersambung lagi #KABUUUUUUUUUURRRRR!!!