Cerpen cinta King Vs Queen ~06
Sebelum langsung ke cerita, saia selaku admin blog star night mau cuap - cuap dikit boleh kan?. Ehem, gini lho jeng (Berasa kaya arisan deh). Ternyata kalo di pikir - pikir lagi, saia udah lama banget ya gak nulis. Entah kenapa Semangat buat nulis Pada ngilang. Postingan yang muncul (??) juga bukan karya saia, tapi karyanya adex. Nah, biar saia semangat lagi buat nulis kayak dulu, kira - kira ada yang bisa ngasi saran n masukan gak?... ^_^
"Kakak apa-apaan sih..." kata Niken begitu Nino duduk di sampingnya, sore sepulang dari campus.
"Lho, Emang kenapa? kakak baru pulang nih, jangan yang aneh-aneh deh..." kata Nino sambil memakan pisang goreng yang tadi di goreng mamanya.
"Siapa yang aneh, sepertinya kakak udah tertular virusnya Gilang deh, masa' ngomong Niken itu aneh" Niken jadi cemberut.
"Kakak Niken..." Nino meralat.
"Ia. kak Gilang..." Niken makin cemberut.
"Yaaa emang kamu aneh, kakak baru pulang juga. Udah di bilang apa-apaan, emangnya apa yang udah kakak lakuin?" tanya Nino dengan wajah tanpa dosa.
"Kakak kenapa minta Gilang, kak Gilang maksudnya. Untuk ngejemput Niken?" tanya Niken.
"Yaaa karena kakak nggax bisa ngejemput loe"
"Tapi nggax harus kak Gilang juga kan..."
"Yaaa mau gimana, orang tadi yang bareng kakak, cuma si Gilang aja. Jadi nggax mungkin kan kakak ngebiarin loe nungguin seharian. Harusnya loe ngucapin makasih sama kakak dan Gilang"
"Ngucapin makasih?!" Niken nggax percaya dengan kata-kata kakaknya.
"Ya iya lah, kalau kakak nggax minta tolong sama Gilang pasti loe bakal nunggu seharian, dan kalau Gilang nggax mau ngejemput elo, elo juga bakal jamuran nunggunya..." jawab Nino dengan santainya.
"Kakak kan tau sendiri, Niken sama kak Gilang itu gimana. Jadi kenapa harus sama dia" Niken cemberut.
"Udah lah. Harusnya loe itu baikan dikit sama dia... Gilang itu walau kesel sama loe, tetap mau berbaik hati menjemput elo, jadi sekarang elo itu percaya kan kalau dia itu sebenernya orang yang sangat baik"
"Baik? di lihat dari mananya? tadi itu, kalau nggax karena terpaksa juga ogah deh Niken pulang bareng dia"
"Yaaa kalau gitu sama aja seperti Gilang, kakak yakin dia juga terpaksa ngejemput loe, jadi sekarang kalian sama-sama terpaksa kok... tapi, apa salahnya sih pulang bareng dia. dia kan anaknya nyenenging"
"Nyebelin" ralat Niken.
"Itu karena elo belum mengenalnya, coba kalau loe lebih baikan dikit sama dia. Dan mau berteman baik sama dia, pasti bakal ngelihat kebaikannya dan orangnya nyenengin"
"Aaaah kakak kok jadi belain kak Gilang sih, harusnya kan kakak belain Niken..."
"Kakak bukannya ngebelain Gilang, tapi karena menurut kakak Gilang itu nggax salah, jadi kenapa harus di musuhin seperti itu..."
"Itu karena dia baik sama kakak, nggax sama Niken"
"Gimana dia bisa baik sama loe, orang loe nya yang setiap hari musuhin dia..."
"Tuh kan kakak belain kak Gilang lagi, ini sebenernya yang adiknya kakak, Niken tau kak Gilang sih" Niken jadi makin cemberut.
"Karena loe adik nya kakak lah, makanya kakak kenal banget sifat elo, kakak jadi merasa kasihan sama Gilang, dia pasti kerepotan banget harus membawa elo pulang tadi, kakak jadi merasa bersalah sama dia..."
"Kakak" Niken sebel dan melempar bantal kursi kearah kakaknya, dengan sigap Nino menangkapnya.
"He he he.... tapi, ngomong-ngomong. Wajah loe lucu kayak gitu, kakak fhoto nih..." kata Nino sambil mengcamera wajah adiknya, yang lagi cemberut.
"Kakak apa-apaan sih, bikin malu aja. Sini in ha-pe nya" pinta Niken sambil merebut ha-pe kakaknya.
"Nggax bakal bisa..." kata Nino sambil menyembunyikan ha-penya dan tertawa karena bisa ngerjain adiknya.
"Ah kakak..."
"Eh tunggu bentar deh..." kata Nino sambil memencet-mencet ha-pe nya "Pinjem bentar ha-pe loe..." pinta Nino.
"Buat apa?" tanya Niken sambil menyerahkan ha-pe nya ke arah kakaknya.
"Ntar loe juga tau..." kata Nino, dan beberapa saat kemudian Nino menyerahkan ha-pe Niken kembali ke Niken.
"Ada apa sih..." kata Niken sambil melihat ha-pe nya, dan langsung kaget.
"Gimana bagus nggax?" tanya Nino sambil tersenyum.
"Aaah kok jadi gini wallpaper" kata Niken, karena sekarang wallpapernya jadi gambar saat ia cemberut tadi.
"Bagus kan..."
"Bagus apaan begini..." kata Niken dan menghapusnya, dengan cemberut karena di kerjain terus sama kakaknya.
"Yaaa udah deh, kalau gitu yang ini aja, sini ha-pe nya..." pinta Nino, dengan cemeberut Niken menyerahkan ha-pe nya ke arah kakaknya.
"Nih lihat..." kata Nino beberapa saat kemudian, Niken mengambil ha-pe nya kembali dan lebih kaget lagi "Bagus kan" tanya kakaknya.
"Ini sih lebih buruk lagi" kata Niken kaget, karena kini wallpaper ha-pe nya bergambar Nino, Alan, Radit, dan... Gilang. yang kemaren ber fhoto di rumahnya.
"Wah elo, ini tuh bagus tau. Udah deh, jangan di hapus. Buat kenang-kenangan" kata Nino.
"Tapi jangan di jadiin wallpaper donk" kata Niken, dan mengganti wallpapernya kembali.
"Ya udah, tapi jangan di hapus ea..." kata Nino, Niken hanya diam saja, dan mengambil pisang goreng di depannya, lalu memakannya.
"Emang tadi kakak ada ngerjain tugas apa sih?" tanya Niken sambil menikmati pisang gorengnya.
"Itu... Bentar lagi kan, di campus kakak ada pertandingan persahabatan. Jadi kakak sebagai orang yang terpenting harus mempersiapkan segala sesuatunya..."
"Ya elah, gaya nya... Udah seperti orang paling top. Sok orang terpenting konon, cuma pemain cadangan aja bangga"
"Eh sorry, kakak itu bukan pemain cadangan" kilah Nino.
"trus pemain apa lah? nggax mungkin pemain betulan kan. Kalau nggax bisa kalah total campus kakak, pastinya" tanya Niken, yang tau banget. Kalau kakaknya sama sekali tidak bisa berolahraga.
"Wah loe ngeremehin kakak nih, gini-gini kakak pemain yang paling terpenting..." Nino membanggakan diri.
"Pemain apa tuh?" tanya Niken penasaran.
"Pemain.... Pajangan" jawab Nino sambil tersenyum.
"Ha ha ha..." Niken langsung tertawa mendengar jawaban kakaknya, karena pemain pajangan itu kan sama saja dengan tidak beramain karena cuma buat pajangan aja.
"Lho kenapa? bener donk..."
"Ia ia bener banget, cocok tuh buat kakak, tapi... emangnya pemain pajangan juga ada tugas tadi?" tanya Niken, karena kalau cuma buat pajangan kenapa tadi mesti pulang sore.
"Tadi... Kakak ada tugas dari guru olahraga, untuk di tes main bola basket... Tapi..." Nino tidak menerus kan kata-katanya.
"Tapi? sepertinya tidak cocok untuk pengakhiran kata-kata" kata Niken ke arah kakaknya.
"Nggax terpilih tentunya..." kata Nino dengan sedikit kecewa.
"Ya iya lah, kakak kan nggax bisa main bola jadi nggax di tes juga udah kelihatan kok, kalau kakak nggax terpilih..." kata Niken.
"Uuuh loe tuh ea, kakak lagi sedih nih ceritanya..."
"0 lagi sediiiih... kasihan... emmm gimana? apa mau di beliin SGM biar nggax nangis?" tanya Niken sambil menahan tawanya. kearah kakaknya.
"Loe fikir kakak anak kecil apa..."
"Ha ha ha, ... tapi, kalau kakak cemberut kayak tadi, mirib banget kok, serius deh, nggax pake bohong" kata Niken dengan pasang wajah serius.
"Iiiih,..." Nino sebel dan melempar bantal yang tadi di pegangnya kearah adiknya, dengan sigap Niken menghindarnya, sambil tertawa karena berhasil membalas ngerjain kakaknya.
"he he he... udah lah, santai aja, Niken tau, ke ahlian kakak bukan di olahraga, jadi jangan kecewa begitu. kakak bisa kok melakukan hal yang kakak bisa, yaaa contohnya main musik, kakak kan ahlinya... hemz gimana kalau kakak nyanyiin lagu buat Niken..." kata Niken ke arah kakaknya.
"he?!" Nino bingung.
"Bentar ea...." kata Niken dan beranjak mengambil gitar kakaknya, lalu menyerahkan nya kekakaknya "Nih kakak harus memainkan lagu buat Niken" lanjutnya.
"Tunggu tunggu tunggu, yang harusnya di hibur di sini kan kakak, kok malah kakak sih yang mainin lagunya... Emang yang perlu di hibur itu kakak atau elo..." Nino jadi binung melihat tingkah adiknya.
"Sebenernya sih yang harus di hibur itu kakak, Tapi... karena Niken nggax bisa main musik jadi kakak aja yang mainin biar Niken yang mendengarkan, lagian udah lama banget Niken nggax denger musik dari kakak..." pinta Niken.
"Uuuh loe tuh ea, paling bisa banget ngerjain kakaknya..."
"He he he... tapi, kan kakak bisa nenangin diri kakak sendiri, kalau main musik entar pasti udah nggax kecewa and sebel lagi..."
"Yeee itu sih ke enakan elonya..." kata Nino sambil meraih gitar di atas meja yang tadi di letakkan Niken.
"He he he, yaaa anggap saja, sambil menyelam minum air" balas Niken.
"Mana ada gitu, yang ada tuh sambil menyelam dapat ikan"
"Minum air lah... masa' dapat ikan sih"
"Sini ea, kakak kasi tau, kalau loe menyelam emangnya loe mau minum air itu, kan jorok... kalau dapat ikan nggax masalah kan..."
"Eemmm, ia juga sih, ya udah deh sambil menyelam dapat ikan" kata Niken setelah mikir beberapa saat.
"Nah gitu donk... emmm mau lagu apa nih?" tanya Nino.
"Mau lagu.... only you" jawab Niken semangat.
"Baik lah, dengarkan ea,... Penyanyi ter favorit nyanyi..." kata Nino sambil memainkan gitarnya, Niken hanya tersenyum dan mendengarkan.
ONLY YOU
kamu satu-satunya cinta...
kamu satu-satunya sayang
engkau lah yang pertama kali
membuat ku jatuh hati
meski pun aku tak mengenal
siapakah kamu sebenarnya
engkau lah yang pertama kali
membuat ku jatuh cinta
walau ku tak tau dirimu
tapi ku tlah tau siapa namamu
ternyata ku tlah salah
mengenal siapa kah dirimu
tapi ku kan selalu menyukai dirimu
kamu satu-satunya cinta
kamu satu-satunya sayang
walau kau telah ada
yang memiliki kamu satu-satunya cinta
kamu satu-satunya sayang
walau kau telah ada
yang memiliki only you...
apakan bosan kau terus sakiti aku
namun ku tetap mencoba bersabar,
tapi manusia memiliki batas rasa
jika kau lakukan berulang-ulang,
jangan kau ganggu aku dulu
aku tak ingin bertemu kamu
ku harap kamu akan berubah
jangan hubungi aku dulu
aku tak ingin kau ganggu dulu
sekarang kau fikirkan salahmu
coba kau fikir mengapa aku begini
aku meraasa kau tak kan setia
jangan kau ganggu aku dulu
aku tak ingin bertemu kamu
ku harap kamu akan berubah
jangan hubungi aku dulu
aku tak ingin kau ganggu dulu
sekarang kau fikirkan salahmu
aku mengalah dan putuskan semua ku ingin kau sadari
jangan kau ganggu aku dulu
aku tak ingin bertemu kamu
ku harap kamu akan berubah
jangan hubungi aku dulu
aku tak ingin kau ganggu dulu
sekarang kau fikirkan salahmu
Niken jalan dengan tergesa-gesa, karena jam telah menunjuk kan pukul 07:00 Wib. huuuh lagi-lagi kesiangan, saat lagi terburu-burunya, tiba-tiba ia tertabrak sama seseorang, dan hampir saja ia terjatuh, untung saja tuh orang langsung menahannya.
Tatapan Niken terhenti di depan tuh cowok yang menahannya agar nggax jatuh, selain ia kaget karena tiba-tiba di tabarak, ia juga kaget karena tuh cowok adalah radit, cowok yang katanya jodohnya itu.
"Eh e sorry-sorry..." kata Niken sambil berdiri dan merapikan bajunya.
"E enggak kok, harusnya gue yang minta maaf, karena gue jalannya tadi nggax lihat-lihat, emmm loe nggax apa-apa kan?" tanya Radit sambil memperhatikan Niken dengan khawatir.
"Gue nggax apa-apa kok, thanks ea kak, karena udah mau ngebantuin Niken" kata Niken sambil tersenyum.
"Ia. Emmm, kok loe buru-buru banget, kenapa?" tanya radit.
"E oh ea. Niken udah telat banget niiih..." jawab Niken sambil melirik jam tangannya "Emmm udah dulu ea kak, makasih karena udah nolongin, Niken berangkat dulu..." lanjutnya dan langsung berlari meninggalkan radit sendiri, yang masih memperhatikan Niken hingga menghilang dari pandangan.
"Sepertinya... tuh anak beda banget sama apa yang di bilang Gilang. Kenapa dia musuh banget ea sama si Gilang, prasan Gilang jadi orang baik banget... Dan Niken juga baik, kenapa mereka malah selalu berantem. Huuuh aneh" kata Radit dalam hati sambil geleng-geleng kepala, dan melangkah pergi.
"Huuuh untung aja..." kata Niken sambil duduk di kursinya lega.
"Loe kenapa ken?" tanya Olive saat melihat Niken udah keringatan pagi-pagi gini.
"Gue tadi kesiangan, dan gue kira gue bakal di hukum lagi, untung aja nggax. Coba aja kemaren saat gue tertabrak sama si Gilang, dia bersikap seperti radit, Pasti gue nggax marah-marah, dan musuhan sama dia, bahkan sampai terlambat" jawab Niken.
"Gilang? Radit? Kenapa sama mereka? Apa hubungannya mereka sama elo terlambat kemaren dan sekarang?" tanya Olive bingung.
"Ea, kemaren itu gue sama persis sepertihari ini, cuma saat kemaren gue tertabrak sama Gilang, dia udah bikin gue kesel, mana marah-marah lagi, Udah gitu nggax mau minta maaf sama gue. Dan tadi gue juga ke tabrak sama radit, tapi dia langsung minta maaf, makanya gue bisa cepat pergi dari situ, dan nggax terlambat"
"Oh jadi maksudnya... Kemaren elo terlambat gara-gara marah-marah sama Gilang dulu, karena dia nggax mau minta maaf sama loe? Dan sekarang karena Radit minta maaf sama loe, dan nggax bikin elo marah, makanya loe nggax telat gitu?"
"Ia. Makanya kalau di bedain jauh banget, bedanya mereka berdua, lebih baikan Radit banget dari pada si Gilang itu, padahal mereka kan temenan" kata Niken.
"Wah sepertinya cinta bakal tumbuh nih..."
"He?!" Niken bingung.
"Ia. Loe masih inget kan kalau di dalam ramalan itu jodoh loe siapa, jadi kalau sekarang loe lebih belain Radit, itu wajar kok. Kan kalian..."
"Sekali lagi loe ngomongin soal jodoh, gue nggax mau berteman sama loe lagi" ancam Niken sebel.
"Oops, sorry. Gue nggax sengaja. Emmm eh gimana kalau kita kekantin" Olive mengalihkan pembicaraan.
"Ini kan masih pagi, Pak Frans juga bentar lagi masuk, loe kenapa jadi gini?" tanya Niken bingung melihat ulah sahabatnya.
"Eh udah mau masuk ea, Emm kalau gitu loe udah selesai tugas nya?" tanya Olive.
"Tugas? Tugas apa lagi nie?" tanya Niken makin bingung.
"Lho emang hari ini nggax ada tugas?" Olive balik nanya, Niken langsung menggeleng "Oh nggax ada ea, emmm gue lupa. Eee kalau gitu pinjem buku biologi loe donk" lanjutnya.
"Buat apaan?" tanya Niken sambil menyerahkan buku biologinya.
"Ya buat baca-baca lah" jawab Olive sambil membuka-buka buku biologi Niken.
"Ntar ada ulangan?" tanya Niken melihat ulah sahabatnya.
"0h yea?" Olive kaget.
"Gue nanya..." kata Niken.
"Emmm nggax tau, ah loe ngagetin gue aja, gue fikir beneran"
"Lagian elo, tiba-tiba baca buku nggax jelas, trus kelakuannya jadi aneh lagi. atau jangan-jangan loe kesambet ea?" tanya Niken.
"Huh sembarangan loe. Ya mana mungkin lah, emm eh Pak Frans tuh..." Olive memperingantkan, Niken menatap kedepan dan tampak pak frans baru memasuki ruangannya, yang lain langsung terdiam. Karena guru yang satu ini nggax suka kegaduhan dan gurunya juga terkenal dengan kegalakannya. Huuuu syereeeeem.
Sepulang sekolah, Niken kembali menunggu kakaknya, karena hari ini dia nggax mau jalan kaki lagi, capek kali jalan kaki mulu, Saat Niken sedang berdiri di depan pintu gerbang, tiba-tiba ada yang mengendarai motor dan berhenti di depannya.
"Ken, pulang bareng gue yuk" ajak Radit setelah membuka helm nya.
"He?! E tapi... kak Nino kemana? Ada tugas lagi di kampus?" tanya Niken kearah Radit.
"Tugas? Emmm seperti nya nggax" jawab Radit.
"Trus, kenapa kakak ke sini and ngajakin Niken pulang bareng, apa bukan kak Nino yang minta?" tanya Niken lagi.
"Ya nggax lah. Tadi itu kak Radit sendiri yang minta sama kakak loe untuk ngantar elo pulang, makanya sekarang kak Radit di sini"
"He?! Kenapa?" tanya Niken bingung.
"Yaaa pingin aja kenapa? Nggax boleh ea?" tanya Radit.
"Eh nggax. Bukan gitu, tapi aneh aja..."
"Nggax ada yang aneh kok, kak Radit cuma pingin kenal deket sama loe aja" balas Radit sambil tersenyum.
"Oh kirain kak Nino ada tugas lagi di kampus"
"Lagi? Maksudnya Nino pernah minta orang lain buat ngantar loe pulang gitu?" tanya Radit.
"Ia. Kamaren... dia minta kak Gilang buat ngejemput Niken..." jawab Niken dan sepertinya dengan males ngomong Gilang dengan sebutan kakak.
"Oh, jadi sekarang loe udah akrab sama Gilang?"
"Akrab? heh, nggax juga..."
"Lho kok gitu? Bukannya tadi loe bilang Nino minta Gilang ngejemput elo ea, itu berarti loe pulang bareng Gilang kan?"
"Ia emang. Tapi cuma ngantar gitu aja, nggax pake acara akrab-akraban segala"
"0h gitu ea... Emmm, ya udah deh, gimana? loe mau pulang bareng kak radit nggax? Udah siang ni..." tanya radit kearah Niken.
"Emz,... Ya udah deh, mau gimana lagi, dari pada pulang sendiri" jawab Niken dan melangkah menaiki motor radit.
"Nah gitu donk. Kan nggax ada alasan nolak, he he he..."
"Huh curang..."
"Biarin, he he he... Emmm pegangan ya..." Radit memperingatkan, kemudian membawa Niken meninggalkan SMU nya.
"Sial!!! apa jangan-jangan Niken suka sama tuh cowok..." kata Benny yang tadi memperhatikan Niken bersama dimas.
"Bisa jadi tuh ben, sepertinya beda sama yang kemaren"
"Wah kita salah orang nih,..." kata benny.
"Jadi gimana nih, udah terlanjur kita suruh orang-orangnnya?"
"Ya mana gue tau, emmm udah deh. biarin aja, jangan di fikirin. Pura-pura nggax tau aja. Udah yuk cabut" ajak Benny,
"Tapi ben, gimana kalau cowok kemaren mati?" tanya Dimas cemas.
"Kita kan cuma maminta memukulinya bukan membunuhnya. Jadi loe tenang aja. Nggax bakal terjadi apa-apa"
"Tapi ben..."
"Loe denger gue kan..."
"E eh i iya ben ia..." kata Dimas dan melangkah mengikuti Benny dengan takut-takut.