cerpen cinta king vs queen ~07
All.. Maap ya, bukan maksut apa apa, Tapi sungguh maren - maren itu admin nggk sempet buat ngepos. Ya biasalah sibuk di dunia nyata. Sungguh bukan karena jahil seperti candaan ku biasanya. Yah mungkin Admin juga gak bisa terlalu exsis lagi di dunia maya. Secara seperti yang sudah di ceritakan, Menulis cerpen selama ini juga cuma iseng, sekedar mengisi waktu luang. Masalahnya "Waktu luang" nya yang nggak ada. Beneran deh.
Okelah, itu doang yang pengen admin sampein. Ah tunggu dulu. Masih ada satu lagi, alasan kenapa admin jadi rada males ngurus blog. Sempet mikir si, kenapa juga cape - cape nulis, belum tentu ada yang baca. Buktinya yang ninggalin jejak juga pada gak da kan? #jangan salahkan aku bila berfikir nggak ada yang baca. Secara masih nyadar diri kok kalo karyanya beneran amatiran. ^_^
Happy reading ya....
Begitu selesai makan siang, Niken duduk-duduk di ruang tengah sambil menonton tv. dan makan cemilan. lagi seru-serunya tiba-tiba ada yang mengambil cemilannya, karena kaget Niken langsung menoleh.
"he he he... makasih ea..." balas Nino sambil memakan cemilan yang tadi di rampoknya di tangan Niken.
"iiih, kakak..." balas Niken cemberut dan kembali mengambil keripik singkong di atas meja, Nino hanya tersenyum senang.
"Niken..." panggil mamanya sambil meletakkan sebuah bingkisan di atas meja dan duduk di samping Niken.
"ada apa ma?" tanya Niken sambil memakan keripik singkongnya.
"tolong antarin nih buat si Gilang"
"uhuk- uhuk..." Niken langsung tersedak dan buru-buru mengambil air minum di atas meja, lalu meminumnya.
"Niken... kamu kenapa?" tanya mamanya.
"apa? kerumah Gilang ma?!" Niken kaget.
"kakak Niken...." Nino kembali mengingatkan.
"ia. kak Gilang!" kata Niken dengan sebel melirik kakaknya yang tersenyum dengan penuh kemenangan.
"ia, kerumah si Gilang. mama tadi membuat kueh cake. eh tiba-tiba ingat Gilang, kata Nino Gilang suka banget makan cake, jadi mama sengaja meminta kamu mengantarkan untuknya" jawab mamanya.
"kenapa mesti Niken sih ma?" tanya Niken sebel.
"ya mau siapa lagi, masa' mama sih" balas mamanya.
"yaaa kak Nino kan ada, lagian kak Nino ini kan temennya, jadi nggax apa-apa donk. kalau Niken...."
"kakak mau ke kampus lagi hari ini" potong Nino "kan kakak udah bilang di kampus bentar lagi ada acara, jadi kakak ada tugas... udah kamu aja..." kata kakaknya.
"ya kan kakak mau pergi, sekalian aja mampir..."
"nggax bisa. rumahnya itu nggax searah" jawab Nino.
"kalau gitu minta dia ke sini"
"siapa yang mau ngelayanin, emang kamu mau?" tanya mamanya.
"yaaaa mama lah" jawab Niken setelah mikir beberapa saat.
"hust. masa' mama sih, mama kan nggax tau apa-apa tentang anak muda zaman sekarang, ntar kalau salah bicara gimana, kan bikin malu... udah kamu saja yang mengantar kannya kerumah si Gilang"
"yaaah mama..."
"ayo lah ken, kan kamu bisa berteman sama dia..."
"ih ogah banget" jawab Niken cepat.
"lho kenapa? kelihatannya anaknya baik dan nyenengin kok"
"kelihatannya aja ma, nggax sebenernya"
"masa' sih..."
"nggax kok ma, Gilang bener-bener anak yang baik dan menyenangkan, Niken aja tuh yang aneh, masa orang sebalik Gilang di musuhin"
"lho siapa yang musuhin?" tanya Niken cepat.
"0h jadi suka?" Nino balik nanya.
"he?! e itu..."
"udah, kamu nggax boleh cari-cari alasan lagi, sekangan tolong kamu antarkan ke rumah Gilang, mama nggax mau tau gimana, mau kamu itu musuhnya atau pun temennya yang penting mama mau ini kueh harus sampai di tempatnya Gilang, titik"
"mama kenapa sih baik banget sama tuh orang" Niken jadi sebel.
"kan baik sama orang nggax salah ken"
"ya tapi kenapa mesti sama si al, hemmm kak Gilang coba" kata Niken karena kakaknya menatapnya saat mau memanggil Gilang dengan sebutan tanpa kakak.
"ya karena... eh tunggu-tunggu-tunggu, memangnya kalau baik sama orang harus pilih-pilih ea?" tanya mamanya.
"yaaa nggax sih emang. tapi..."
"udah lah, kamu jangan banyak alasan. mama kan udah bilang mama nggax mau tau, ini kueh harus sampai di tempatnya si Gilang, udah mama mau kedapur dulu nyelesain bikin kueh nya, kamu harus mengantarnya" kata mamanya dan melangkah meninggalkan ruang tamu.
"maaa..." kata Niken, tapi mamanya tetap melangkah tanpa menoleh lagi, Niken mengalihkan tatapannya ke arah Nino "kak..."
"nggax. emmm, kakak mau ke kamar dulu, mau siap-siap. loe atar tuh, daaa...." kata Nino dan melangkah meninggalkan Niken sendiri yang tentu makin membuat Niken sebel banget.
"kak!!!... kakak!!!" teriak Niken, tapi Nino tetap melangkah menuju kamarnya "iiiih nyebelin banget sih" lanjutnya "ini semua gara-gara si Gilang re-se itu. emang bener-bener deh tu orang ea, sepertinya nggax bisa sehariii aja nggax berhubungan sama dia, ... huh menyebalkan"
"oh ia ken..." kakaknya tiba-tiba kembali muncul, Niken jadi tersenyum.
"kakak berubah fikiran ea?" tanya Niken seneng "waaah makasih ea kak, kakak emang kakak Niken yang paliiiiiiing baik" pujinya.
"nggax kok, bukan itu maksud kakak" balas Nino.
"trus?" tanya Niken bingung.
"kakak cuma mau ngasi ini" Nino memberikan secari kertas.
"apa ini?" tanya Niken bingung.
"itu alamat rumahnya Gilang, loe nggax tau rumahnya kan?" kata Nino santai dan kembali melangkah menuju kamarnya.
"lho kak, tapi ini... kak, kaaaaak...." Niken jadi sebel karena Nino tetap tidak memperdulikannya "iiiih bener-bener menyebalkaaaan..." lanjutnya dan mau nggax mau mengambil bungkusan yang tadi di berikan mamanya, lalu membawanya keluar dengan sebelnya.
Niken memencet bel beberapa kali, lalu menunggu seseorang membuka kan pintu untuknya, belum ada tiga menit Niken menunggu, ada yang membuka kan pintu untuknya, seoran perembuan setengah baya, dan sepertinya ia seorang pembantu di rumah itu.
"permisi... maaf, apa bener ini rumahnya kak Gilang?" tanya Niken.
"ia benar... mari..." ajak pembantu itu mempersilahkan Niken.
"terima kasih..." balas Niken sambil tersenyum mengangguk dan melangkah mengikuti perempuan itu masuk kerumah Gilang.
"mas Gilangnya ada di dalam mbak..." kata pembantu itu begitu tiba di sebuah ruangan yang sepertinya kamar Gilang, karena ada di pintu tertulis 'ROOM GILANG'.
"terima kasih..." balas Niken, pembantu itu menangguk dan melangkah pergi meninggalkan Niken di depan kamar Gilang, dengan agak ragu Niken mengetuk pintunya.
"masuk..." jawab Gilang dari dalam kamar, dengan hati-hati Niken membuka pintu kamar Gilang, tampak di sana Gilang sedang membelakanginya sambil berkaca, begitu Niken masuk Gilang membalik kan badannya, dan langsung kaget melihat Niken berada didepannya.
"Niken, loe..." Gilang tidak bisa berkata-kata karena masih kaget melihat Niken, dan tentunya Niken lebih kaget lagi, karena saat ini wajah Gilang merah kebiru-biruan seperti abis berantem, dengan hati-hati Niken menghampiri Gilang yang masih kaget.
"loe... kenapa?" tanya Niken hati-hati.
"gue... nggax kenapa-napa kok" jawab Gilang dan mengalihkan pandangannya dari Niken.
"pasti sakit ea?"
"he? ya nggax lah, kalau cuma luka segini sih biasa aja, namanya juga cowok" balas Gilang.
"loe pasti abis berantem? kurang kerjaan banget sih"
"eeeeh, apa loe bilang?" Gilang kaget mendengar kata-kata Niken.
"gue bilang, loe itu kurang kerjaan, masa' udah gede' masih berantem. kenapa? ngerebutin cewek? seperti cewek di dunia ini cuma satu aja. emang secantik apa sih tuh cewek"
"loe itu kalau ngomong suka ngasal ya, siapa juga yang ngerebutin cewek" Gilang jadi sewot, nggax tau orang lagi sakit apa.
"jadi kenapa?"
"tadi itu, waktu gue baru pulang kampus, gue di cegat sama preman-preman, dan langsung di pukul, gue juga nggax tau, ada masalah apa, yaaa gue bela diri lah, tapi... yaaa tetap saja... luka" balas Gilang.
"kalau nggax ada masalah mana mungkin tiba-tiba di pukul, pasti loe yang cari masalah dulu"
"eh loe kok nyalahin gue sih, gue itu nggax pernah cari masalah sama orang lain, dan gue itu sama sekali nggax punya musuh, gue itu kan orang baik-baik"
"he? orang baik? mana ada orang baik yang di pukuli orang kalau nggax ada masalah"
"ya maka dari itu, gue juga bingung kenapa tiba-tiba ada yang cari masalah sama gue"
"palingan loe dulu yang cari masalah"
"gue? emang gue ada masalah apa, dan sama siapa?"
"yeee mana gue tau, orang elo sendiri, masa' nanya ke gue"
"gue itu nggax pernah punya masalah sama orang lain, dan gue nggax punya musuh, jadi... kalau ada yang ngejahatin gue, mana gue tau apa sebabnya, gue yakin kok nggax punya masalah sama siapa pun" kata Gilang sewot "kecuali elo..." lanjutnya lirih.
"eh apa loe bilang" Niken kaget.
"gue bilang, gue itu nggax pernah punya masalah sama orang lain, mungkin ada yang sengaja cari masalah ke gue, dan salah satunya itu elo"
"he? gue? nggax salah nih, siapa juga yang cari masalah sama loe. eh asal loe tau ajanya, gue itu nggax pernah ya cari masalah sama orang lain, apa lagi sama loe"
"nggax pernah cari masalah? loe yang nabrak trus loe yang marah-marah itu apa namanya kalau nggax cari-cari masalah?"
"eh gue itu nggax nabrak ea, bukannya elo yang nabrak gue duluan, jadi jangan asal menuduh orang lain deh"
"yeee udah jelas-jelas salahnya elo juga, pake acara nyalah-nyalahin gue segala"
"salah dari mana nya coba, gue yang lagi jalan elo yang nabrak, kok gue yang salah sih"
"bukannya elo itu jalannya buru-buru ea, jadi nggax lihat orang segede gue"
"gue itu nggax nabrak elo, yang nabrak itu kan elo. kok jadi gue sih"
"orang emang elo, kalau loe nggax terburu-buru juga nggax mungkin bisa nabrak gue" Gilang jelas sewot banget.
"loe kalau ngomong jangan asal ea, mana mungkin lah gue yang nabrak. eh gue itu jalan selalu hati-hati jadi nggax mungkin nabrak, tapi gara-gara elo, gue jadi terlambat ke kampus, udah gitu di hukum sama guru, belum lagi gara-gara loe, buku matematika gue hilang"
"he? itu bukan salahnya gue donk, kalau loe terlambat itu karena elo yang kesiangan bukan karena gue, dan kalau pun buku matematika elo hilang, itu bukan urusan gue, karena gue nggax tau menau"
"bukan salah loe gimana, gara-gara loe nabrak gue, gue jadi nggax bisa cepat-cepat ke sekolahnya, jadi terlambat, dan buku matematika gue, pasti terjatuh saat gue di tabrak sama loe"
"nah sekarang jelas kan salahnya siapa"
"maksud loe?"
"ia, loe itu udah terlambat, dan terburu-buru makanya nabrak gue"
"eh gue itu nggax nabrak loe ya"
"jadi siapa?"
"ya jelas elo lah, lagian kalau loe nggax bikin gue marah juga gue bisa sampai ke sekolah tepat waktu"
"bikin loe marah? prasan gue diam saja"
"ya karena elo nggax langsung minta maaf sama gue"
"he? minta maaf? buat apa? orang salahnya elo, kenapa harus gue yang minta maaf?"
"karena elo yang salah"
"eh, gue itu udah di tabrak elo, buku-buku gue berhamburan semua, tangan gue terluka, dan gue di marah-marah sama loe. apa pantas gue yang harus minta maaf sama loe, harusnya elo tuh yang minta maaf sama gue"
"gue itu nggax nabrak elo, dan kalau pun buku-buku loe jatuh, itu karena elo megangnya nggax bener jadi berhamburan semuanya, gue juga udah terlambat banget jadi nggax mungkin bangtuin loe dulu, dan kalau gue marah itu wajar donk, karena elo yang salah"
"wajar dari mananya? orang elo yang salah kok marah-marah"
"iiiih loe itu nyebelin banget sih" Niken sewot, dan mengalihkan memalingkah wajahnya begitu juga Gilang, kemudian suasana hening.
"huuffh... baik lah, kita lupakan saja dulu masalah kita, sekarang..."
"lupakan?" potong Niken cepat "gampang banget loe ngomong, gue nggax mau" lanjutnya
"jadi sekarang mau loe apa?"
"gue mau loe minta maaf ke gue"
"itu nggax bakal pernah terjadi" jawab Gilang cepat.
"ya udah kalau gitu masalah kita nggax bisa di lupakan"
"kalau loe kesini cuma mau minta gue minta maaf ke elo, sorry lah ea, gue nggax bakal mau, jadi sekarang kalau loe udah selesai, loe boleh pulang, gue mau istirahat" kata Gilang sebel.
"gue kesini bukan karena itu aja, sebenernya tadi kalau nggax terpaksa juga ogah gue ke sini" kata Niken.
"jadi loe mau apa?"
"mama minta gue ngantar nih buat elo, kata kak Nino loe suka cake, jadi tadi saat mama bikin, dia inget elo. dan meminta gue mengantarnya, nih" kata Niken dan meletakkan bungkusan cake di samping Gilang.
"waaaah pasti enak nih" kata Gilang setelah membuka bungkusan nya, dan melihat kueh cake yang sangat menarik.
"ya iya lah, buatan mama gue. apa sih yang nggax enak. apalagi cuma tinggal makan" kata Niken lirih, Gilang langsung menatapnya.
"kenapa? loe nggax suka?"
"kalau ia kenapa?"
"kalau ia, itu bukan urusan gue, ya terserah elo, mau loe ngapain juga terserah, yang penting gue seneng, mama loe emang baik banget"
"iya tuh, gue juga heran, kenapa sih mama gue baik banget sama loe. heran gue lihatnya..." kata Niken dengan sebelnya.
"itu karena gue baik, makanya banyak orang yang baik sama gue, meski ada yang sirik... lagian mama loe itu baik karena gue temen kakak loe, dan mama loe itu sama seperti Nino, dia juga baik banget sama gue, tapi beda jauh sama adiknya. yang ini sangat menyebalkan..."
"eeeh nggax salah nih, justru gue gue yang paling baik di keluarga gue" Niken memuji dirinya sendiri.
"he? nggax salah nih, gitu baik? gimana nyebelinnya...."
"yaaa yang selain gue gitu" jawab Niken "elo contohnya..." lanjutnya lirih. tapi Gilang tetap mendengarnya.
"gue? mana ada, gue itu baik, di kampus gue juga banyak yang bilang gitu, elonya aja yang aneh, orang sebaik gue nggax bisa lihat"
"eh justru yang bilang loe baik itu yang aneh, bukan gue"
"iiiih loe itu nyebelin banget sih,..."
"loe lebih nyebelin" kata Niken dengan sebelnya. begitu juga Gilang.
"ya udah terserah loe deh, gue nggax mau tau lagi. gue mau makan aja" kata Gilang dan mengambil sepotong cake nya lalu memakannya tanpa menawari Niken sedikit pun.
"wah... bener-bener enak..." kata Gilang sambil menikmati cake nya dengan semangat.
"eh loe itu nggax menghargai gue sedikit pun apa"
"kenapa? emang loe mau?" tanya Gilang.
"bukan itu"
"trus?!"
"kan gue udah cape-cape ngantarin ke sini, meski gue ngelakuinnya dengan terpaksa, tapi tetap saja gue yang ngantar"
"jadi?" tanya Gilang santai.
"ya seharunya elo itu kan berbuat baik ke gue, seenggaknya ucapin makasih kek" jawab Niken dengan sebelnya.
"ya udah kalau gitu, makasih..." balas Gilang sambil mengunyah cake nya yang tinggal setengah.
"udah telat" Niken sewot.
"kok loe jadi marah-marah sih, apa... loe emang selalu begini sama orang lain? atau cuma sama gue aja?" tanya Gilang sambil menatap Niken.
"huh, sok tau banget loe"
"gue itu bukan sok tau, tapi gue nanya. loe emang begini sama orang lain atau cuma sama gue aja"
"ya cuma sama loe lah, gue itu baik sama orang yang baik sama gue"
"oh jadi maksud nya gue jahat gitu?"
"nah itu loe tau, apa baru nyadar sekarang..."
"loe itu nyebelin banget sih"
"kayak loe nggax" balas Niken santai, Gilang langsung menatapnya kaget.
"terserah elo deh..." kata Gilang akhirnya lalu kembali menikmati makanannya.
"iiih loe emang bener-bener menyebalkan. tau deh, mending gue pulang aja, sekarang tugas gue kan udah selesai" kata Niken sambil beranjak.
"loe mau kemana?" tanya Gilang.
"ya pulang lah, emang mau nungguin elo selesai makan" balas Niken masih sewot.
"nggax nunggu dulu?" tanya Gilang.
"nunggu apa?"
"nunggu... di usir" jawab Gilang santai, Niken langsung memukulnya "aduh, sakit nih..." kata Gilang sambil mengusap-usap lengannya yang di pukul Niken.
"biarin. salah sendiri... jadi orang re-se banget" kata Niken.
"loe itu nggax punya perasaan banget sih, nggax lihat apa gue udah luka-luka gini, masih juga di tambahin..."
"yeee gitu aja manja. katanya tadi nggax sakit. masa' gue pukul dikit saja udah sakit, dasar..."
"ya gue kan cuma... e, tadi itu...."
"apa? sok kuat? alah dasar... bilang aja sakit, gitu aja pake acara bilang nggax apa-apa" kata Niken.
"ah tau deh" balas Gilang, Niken kembali duduk di samping Gilang "mau ngapain lagi?" tanyanya, saat Niken mengambil kotak obat yang tak jauh darinya.
"diem aja deh loe, sini gue bantu ngobatinnya..." kata Niken sambil mengambil kapas dan meletakkan obat merah.
"nggax usah deh, gue bisa sendiri..." tolak Gilang.
"loe itu bawel banget sih... sini..." kata Niken dan membersihkan luka Gilang, mau nggax mau Gilang diam saja. Niken mengobatinya dengan telaten, sepertinya ia biasa melakukannya, mungkin di rumah hanya Niken yang sering ngobatin.
"au, hati-hati donk. sakit tau..." kata Gilang sambil meringis.
"alah gitu aja manja, katanya cowok dan udah biasa seperti ini, jadi diam aja deh..." balas Niken dan memasang andaplas di luka Gilang.
"yeee, cowok kan juga manusia yang masih punya nyawa, tentu saja sakit kalau seperti itu" Gilang bela diri.
"makanya jangan sok kuat kalau memang nggax, ini kalau nggax di obatin bisa-bisa infeksi, wajah loe kan lumayan keren, ntar jadi hilang kerenannya dan nggax jadi idola lagi, baru tau..."
"bicara loe jangan menjijik kan begitu kenapa sih..." kata Gilang, Niken terdiam dan memelaster luka Gilang yang terakhir.
"nah udah, sekarang terlihat lumayan lebih baik, dari pada tadi..." kata Niken dan beranjak dari tempat duduknya.
"loe mau kemana?" tanya Gilang.
"ya pulang lah, dari tadi loe nanya mulu, nggax tau-tau apa"
"0h...."
"kenapa? nggax nanya minta di usir dulu?" tanya Niken sebel mengingat tadi ia udah di kerjain sama Gilang.
"he he he, enggak. gue cuma mau bilang kenapa nggax dari tadi" kata Gilang sambil tersenyum melihat kesebelan Niken, dan Niken kembali memukul Gilang "aduuuh sakit tau, loe itu kenapa sih, hobby banget mukul gue, loe fikir nggax sakit apa..." lanjutnya sambil mengusap-usap lengannya.
"biarin. loe itu emang pantes di gituin..."
"sadis banget sih loe, loe itu kan cewek, kenapa kasar begitu..."
"diem aja deh loe, kalau lagi sakit itu jangan bawel, udah deh, gue mau pulang, lama-lama gue di sini, bisa-bisa gue mati berdiri" kata Niken dan melangkah, tapi baru sampai di depan pintu.
"Niken..." Niken menoleh "gue cuma mau bilang makasih" lanjutnya, Niken jadi bingung "ya udah kalau loe mau pulang, pulang-pulang aja, sekalian salam sama mama loe, cake nya enak banget. dan bilangin makasih dari gue..." kata Gilang dan langsung tiduran di kasurnya.
"loe fikir gue itu pos apa?"
"lho emangnya bukan? gue kira ia"
"iiiih..." Niken sebel banget, dan melangkah pergi meninggalkan kamar Gilang, dengan menahan kekeselannya Niken pulang ke rumahnya. Gilang hanya tersenyum melihat ke cemberutan Niken yang ia anggap lucu, bangga banget lah dia bisa ngerjain Niken beberapa kali.