Cerita Pendek "Cintaku salah sasaran"
Satu lagi cerpen dengan ide dadakan. Yang tentunya masih sedikit nyerempet dengan tema secret admirer. Tepatnya cerpen Cintaku salah sasaran. Untuk yang merasa penasaran ingin tau gimana detail ceritanya, bisa simak langsung ke bawah. Happy reading guys...
Menunggu itu menyebalkan. Terlebih jika yang kau tunggu itu adalah sesuatu yang sama sekali tidak bermutu. Nungguin angkot lewat misalnya.
"Hufh," tanpa sadar Alexsa menghembuskan napas lega saat akhirnya angkot berwarna pink berhenti tepat dihadapannya. Tanpa kata ia segera melangkah masuk.
"Pagi," sapa Alexsa tak bersemangat kearah Indri dan Lauren yang tampak sudah duduk cantik (???) di bangkunya masing masing.
"Pagi juga Alexsa. Apa kabarnya kamu hari ini?" balas Indri riang, berbanding balik dengan kondisi Alexsa saat ini.
"Kesel karena harus menunggu angkot lama, emosi karena kami harus terjebak macet gara - gara antri untuk mengisi bensin dan juga sebel karena dari ketujuh lampu merah yang kita lewati selalu berwarna merah. Heran, kenapa nggak sekalian aja tu warna di jadiin permanen. Tapi yah, Alhamdulillah. Hari ini aku masih hidup," balas Alexsa panjang lebar yang hanya ditanggapi dari cengiran tak bersalah di wajah Indri.
Sementara Lauren tampak menggelengkan kepalanya. Takjub akan jawaban yang baru saja terlontar dari mulut sahabat karibnya.
"Eh, Ssstt. Liat, Pak Ruli lewat tuh."
Serentak bagai dikomando Alexsa dan Indri segera menoleh kearah sosok yang ditunjuk Lauren barusan. Benar saja, disana tampak Pak Ruli, dosen paling keren dikampusnya. Di tambah masih bujangan lagi, siapa yang nggak naksir coba?
"Alexsa, kenapa kamu senyum senyum gitu?" tanya Indri sambil menatap curiga gadis disampingnya.
"Aku jadi inget kejadian tadi?"
"Kejadian apa?" Lauren ikut ikutan penasaran.
Tanpa kata meluncurlah cerita itu dari mulut Alexsa.
Begitu turun dari angkot, ia segera melangkah dengan cepat menuju kekelasnya. Karena adanya begitu banyak hambatan yang terjadi dijalan tadi, ia hampir hampir saja terlambat.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tepat saat dibelokan koridor kelasnya, entah bagaimana tubuh Alexsa bisa jatuh terjerembab. Sepertinya ia kesandung kakinya sendiri. Sontak terdengar sorak tawa dari sekeliling yang kebetulan memang banyak mahasiswa dan mahasiswi berdiri bergerombol sambil bergosip ria.
Kenyataan kalau kau bisa jatuh bahkan saat sedang berjalan di atas permukaan rata itu menyebalkan. Tambahan lagi kalau jatuhnya dihadapan orang yang kau sukai diam diam, itu sangat memalukan. Karena sekilas tadi Alexsa sempat mendapati kalau Pak Ruli melangkah tak jauh darinya.
Dengan cepat Alexsa mencoba bangkit berdiri. Sebuah uluran tangan yang berada tepat dihadapannya kontan membuatnya mendongak. Mulutnya terbuka tanpa suara saat tau siapa sosok itu. Yups, Pak Ruli. Pangeran idolanya.
"Kamu baik baik saja kan?" tanya Pak Ruli yang terdengar begitu merdu di telinga Alexsa yang tampak masih terpesona.
"Eh, iya pak. Aku nggak papa kok," balas Alexsa sambil meraih uluran tangan tersebut.
Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti selalu ada hikmahnya. Baiklah, kali ini Alexsa akan menyetujui kalimat itu. Hanya dengan berjabat tangan Alexsa merasa itu sungguh menyenangkan. Sementara senyuman yang ia dapatkan ia anggap itu sebagai bonus tambahan. Setelah sedikit berbasa basi, Alexsa kembali melanjutkan langkahnya menuju kekelas. Dalam hati ia sempat berpikir, haruskah ia sering sering jatuh dihadapan sosok itu untuk menarik perhatiannya. Konyol, bantahnya sendiri.
Menunggu itu menyebalkan. Terlebih jika yang kau tunggu itu adalah sesuatu yang sama sekali tidak bermutu. Nungguin angkot lewat misalnya.
"Hufh," tanpa sadar Alexsa menghembuskan napas lega saat akhirnya angkot berwarna pink berhenti tepat dihadapannya. Tanpa kata ia segera melangkah masuk.
"Pagi," sapa Alexsa tak bersemangat kearah Indri dan Lauren yang tampak sudah duduk cantik (???) di bangkunya masing masing.
"Pagi juga Alexsa. Apa kabarnya kamu hari ini?" balas Indri riang, berbanding balik dengan kondisi Alexsa saat ini.
"Kesel karena harus menunggu angkot lama, emosi karena kami harus terjebak macet gara - gara antri untuk mengisi bensin dan juga sebel karena dari ketujuh lampu merah yang kita lewati selalu berwarna merah. Heran, kenapa nggak sekalian aja tu warna di jadiin permanen. Tapi yah, Alhamdulillah. Hari ini aku masih hidup," balas Alexsa panjang lebar yang hanya ditanggapi dari cengiran tak bersalah di wajah Indri.
Sementara Lauren tampak menggelengkan kepalanya. Takjub akan jawaban yang baru saja terlontar dari mulut sahabat karibnya.
"Eh, Ssstt. Liat, Pak Ruli lewat tuh."
Serentak bagai dikomando Alexsa dan Indri segera menoleh kearah sosok yang ditunjuk Lauren barusan. Benar saja, disana tampak Pak Ruli, dosen paling keren dikampusnya. Di tambah masih bujangan lagi, siapa yang nggak naksir coba?
"Alexsa, kenapa kamu senyum senyum gitu?" tanya Indri sambil menatap curiga gadis disampingnya.
"Aku jadi inget kejadian tadi?"
"Kejadian apa?" Lauren ikut ikutan penasaran.
Tanpa kata meluncurlah cerita itu dari mulut Alexsa.
Begitu turun dari angkot, ia segera melangkah dengan cepat menuju kekelasnya. Karena adanya begitu banyak hambatan yang terjadi dijalan tadi, ia hampir hampir saja terlambat.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tepat saat dibelokan koridor kelasnya, entah bagaimana tubuh Alexsa bisa jatuh terjerembab. Sepertinya ia kesandung kakinya sendiri. Sontak terdengar sorak tawa dari sekeliling yang kebetulan memang banyak mahasiswa dan mahasiswi berdiri bergerombol sambil bergosip ria.
Kenyataan kalau kau bisa jatuh bahkan saat sedang berjalan di atas permukaan rata itu menyebalkan. Tambahan lagi kalau jatuhnya dihadapan orang yang kau sukai diam diam, itu sangat memalukan. Karena sekilas tadi Alexsa sempat mendapati kalau Pak Ruli melangkah tak jauh darinya.
Dengan cepat Alexsa mencoba bangkit berdiri. Sebuah uluran tangan yang berada tepat dihadapannya kontan membuatnya mendongak. Mulutnya terbuka tanpa suara saat tau siapa sosok itu. Yups, Pak Ruli. Pangeran idolanya.
"Kamu baik baik saja kan?" tanya Pak Ruli yang terdengar begitu merdu di telinga Alexsa yang tampak masih terpesona.
"Eh, iya pak. Aku nggak papa kok," balas Alexsa sambil meraih uluran tangan tersebut.
Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti selalu ada hikmahnya. Baiklah, kali ini Alexsa akan menyetujui kalimat itu. Hanya dengan berjabat tangan Alexsa merasa itu sungguh menyenangkan. Sementara senyuman yang ia dapatkan ia anggap itu sebagai bonus tambahan. Setelah sedikit berbasa basi, Alexsa kembali melanjutkan langkahnya menuju kekelas. Dalam hati ia sempat berpikir, haruskah ia sering sering jatuh dihadapan sosok itu untuk menarik perhatiannya. Konyol, bantahnya sendiri.
Nungguin angkot yang tak kunjung datang, rasanya kayak di php orang ya, haha.
ReplyDeleteCieee, yang berpengalman jadi korban php. #ekh
Delete