Cerpen Cinta Romantis "Kenalkan Aku Pada Cinta" ~ 04 / 19
Setelah lama terbengkalai akhirnya cerpen cinta romantic kenalkan aku pada cinta bisa lanjut juga. Maap ya sodara sodara karena emang rada lamaan. Yah, namanya juga ngetik sesempetnya ya begini lah jadinya. So Buat Temen temen yang udah nunggu dari kemaren soal lanjutannya, monggo silahkan di baca. Kalau bisa, Silahkan tinggalkan jejaknya di kolom komentar bawah ya. Sama biar nyambung sama jalan ceritanya bagusan kalau baca dulu kenalkan aku pada cinta part 3. Happy reading...
Saat Astri menoleh, Astri hanya mampu tersenyum kecut. Benar saja, Andre tampak sedang berbicara akrab pada Rendy. Mampus. Sekarang apa yang harus ia lakukan?.
"Kok loe malah bengong si. Mana kakak loe, katanya mau jemput loe?"
"Eh?" pertanyaan Alya menyadarkan Astri dari lamunannya.
Dan belum sempat Astri menjawab sebuah teriakan menyebutkan namanya terdengar. Membuat Alya menoleh kaget kearahnya.
"Astri, loe ngapain malah bengong disitu. Buruan kesini," terdengar teriakan sekali lagi.
Lagi - lagi Astri hanya mampu tersenyum kecut, sambil secara berlahan melangkah menghampiri Rendy. Dan tanpa di komando, Alya juga mengikutinya.
"Lama amat si loe, dari tadi juga udah gue tungguin," rutuk Rendy santai tanpa memperdulikan tatapan orang - orang di sekelilingnya. Sementara Astri hanya mampu menggigit bibirnya. Kebiasaan yang sering ia lakukan saat dalam situasi yang menyulitkan.
"Sory. Tadi dosen nya yang lama. Masa gue harus cabut duluan."
Rendy hanya mencibir mendengarnya.
"Dia kakak loe?" tanya Alya dengan telunjuk mengarah lurus kearah Rendy. Benar - benar tindakan yang nggak sopan.
"Eh?" Astri menoleh kearah Alya.
"Loe beneran Astri?" kali ini kalimat bingung keluar dari mulut Andre yang sedari tadi ternyata terus memperhatikannya dengan tatapan tak percaya.
"He?" gantian Andre yang mendapat tatapan bingung Astri.
"Tunggu dulu. Oh ya, Astri sama loe And," kata Rendy seolah baru ngeh sambil menatap bergantian kearah adik dan sahabatnya "Gue baru sadar. Jadi kalian berdua satu kampus?" Rendy ikutan takjup.
Diserang pertanyaan sekaligus berada dalam situasi membingungkan benar - benar membuat Astri mati gaya. Dia harus jawab apa sekarang.
Eh tapi tunggu dulu. Memangnya kenapa kalau mereka tau? Toh selama ini dia kan tidak merasa sedang bersembunyi. Lagian itu semua salah mereka donk kenapa tidak menyadarinya.
"Ya begitulah," akhirnya hanya kalimat itu yang mampu meluncur dari mulut Astri kemudian.
"Huwahahahhaha," tawa lepas dari raut Rendy mengalihkan perhatian semuanya.
"Kok malah ketawa si, emang ada yang lucu?" tanya Astri kearah Rendy.
"Ehem," Rendy tampak berdehem sambil menoleh kearah Andre. "And, jangan bilang kalau loe beneran nggak ngenalin adek gue?"
"Sebelum lima menit yang lalu, Sepertinya emang nggak. Bahkan kalau gue boleh jujur, kayaknya gue masih nggak percaya kalau cewek yang berdiri di hadapan gue beneran adek loe," balas Andre tanpa mengalihkan tatapannya sedetik pun dari Astri yang tampak menduduk malu.
"Emangnya kak Andre kenal sama Astri?" Alya yang sedari tadi diem angkat bicara. "Tapi kok loe nggak pernah cerita As?"
Glek. Astri tampak menelan ludah. Ia tau kalau sahabatnya yang satu itu memang gampang penasaran. Tapi kan nggak harus menyulitkan posisinya juga.
"Ya itu karena loe nggak nanya."
Alya tampak mangut mangut membenarkan. Ia kan memang tidak pernah bertanya.
"Terus kenapa loe nggak nyapa gue?" gantian Andre yang bertanya.
"Kalau seandainya Astri nyapa kakak, emang kakak bakal kenal?" Astri balik nanya. Andre hanya membalas senyum simpul.
"Oh, Kalau gitu berhubung ini udah siang, kita pulang duluan ya. Da Alya, good bye kak Andre," sambung Astri sambil duduk di belakang Rendi sembari mengenakan helm di kepalanya.
"Kok malah bengong si kak? Ayo. Tadi katanya gue harus buruan," ajak Astri ketika melihat kakaknya sama sekali tidak bergerak.
"Masa kita mau langsung pulang?"
"Lah, emangnya kita mau kemana?" tanya Astri tak kalah heran.
"Kalau kita makan dulu gimana?"
Kerutan di kening Astri semakin bertambah. Tumben amat kakaknya baik. Pake ngajakin dia makan segala.
"Oke. Syip. Setuju! Kalau gitu tunggu apa lagi. Ayooooo," tak ingin tertalu memusingkan dirinya Astri langsung setuju. Lagi pula jarang jarang kakaknya baik.
"Ya udah ayo And. Loe juga Alya. Loe boncengan sama gue, biar Astri bareng sama Andre."
"Eh?" Astri terpaku kaget mendengar kalimat yang keluar dari mulut kakaknya barusan. Apa - apaan itu.
"Kita?" tanya Alya dan Andre hampir secara bersamaan.
"Iya. Kalian berdua. Biar sekalian."
"Terus kenapa gue harus bareng sama kak Andre?" tanya Astri menyela.
"Itu karena loe adek gue. Apa enaknya jalan bareng loe yang cerewet. Lagian kan kasian kalau dia bareng sama Andre. Pasti canggung karena nggak saling kenal."
Astri hanya muter mata mendengarnya. Yakin tu orang nggak salah ngomong. Yang ada juga Alya itu nggak kenal sama kakaknya. Namun belum sempat mulutnya terbuka untuk membantah ucapan Andre sudah terlebih dahulu memotongnya.
"Kalau emang Astri keberatan bareng sama gue, nggak papa kok. Kalian makan bareng aja. Biar gue duluan."
"Ya nggak bisa gitu juga donk. Terus Alya gimana? Masa kami bonceng 3," bantah Rendy sambil melirik kearah Astri. Membuat gadis itu merasa sedikit serba salah.
"Ya udah kalau gitu. Gue nggak keberatan kok. Yuks, kita pergi," Astri akhirnya ngalah.
"Nah gitu donk. Ayo Alya, loe bareng gue," ajak Rendy sambil menyalakan mesin motornya. Walau awalnya ragu, namun pada akhrinya Alya manut. Melangkah mengantikan posisi Astri sebelumnya.
"Oh ya, Loe tunggu di sini bentar ya. Gue ambil motor gue dulu," kata Andre kearah Astri yang masih mengerutu dalam hati akan ulah kakaknya. Jelas - jelas dia datang kesini untuk menjemputnya, tapi kenapa sekarang ia malah di tinggalkan begitu saja. Emang dasar kakak tidak berpri'kekakaan, makinya dalam hati.
Saat Astri menoleh, Astri hanya mampu tersenyum kecut. Benar saja, Andre tampak sedang berbicara akrab pada Rendy. Mampus. Sekarang apa yang harus ia lakukan?.
"Kok loe malah bengong si. Mana kakak loe, katanya mau jemput loe?"
"Eh?" pertanyaan Alya menyadarkan Astri dari lamunannya.
Dan belum sempat Astri menjawab sebuah teriakan menyebutkan namanya terdengar. Membuat Alya menoleh kaget kearahnya.
"Astri, loe ngapain malah bengong disitu. Buruan kesini," terdengar teriakan sekali lagi.
Lagi - lagi Astri hanya mampu tersenyum kecut, sambil secara berlahan melangkah menghampiri Rendy. Dan tanpa di komando, Alya juga mengikutinya.
"Lama amat si loe, dari tadi juga udah gue tungguin," rutuk Rendy santai tanpa memperdulikan tatapan orang - orang di sekelilingnya. Sementara Astri hanya mampu menggigit bibirnya. Kebiasaan yang sering ia lakukan saat dalam situasi yang menyulitkan.
"Sory. Tadi dosen nya yang lama. Masa gue harus cabut duluan."
Rendy hanya mencibir mendengarnya.
"Dia kakak loe?" tanya Alya dengan telunjuk mengarah lurus kearah Rendy. Benar - benar tindakan yang nggak sopan.
"Eh?" Astri menoleh kearah Alya.
"Loe beneran Astri?" kali ini kalimat bingung keluar dari mulut Andre yang sedari tadi ternyata terus memperhatikannya dengan tatapan tak percaya.
"He?" gantian Andre yang mendapat tatapan bingung Astri.
"Tunggu dulu. Oh ya, Astri sama loe And," kata Rendy seolah baru ngeh sambil menatap bergantian kearah adik dan sahabatnya "Gue baru sadar. Jadi kalian berdua satu kampus?" Rendy ikutan takjup.
Diserang pertanyaan sekaligus berada dalam situasi membingungkan benar - benar membuat Astri mati gaya. Dia harus jawab apa sekarang.
Eh tapi tunggu dulu. Memangnya kenapa kalau mereka tau? Toh selama ini dia kan tidak merasa sedang bersembunyi. Lagian itu semua salah mereka donk kenapa tidak menyadarinya.
"Ya begitulah," akhirnya hanya kalimat itu yang mampu meluncur dari mulut Astri kemudian.
"Huwahahahhaha," tawa lepas dari raut Rendy mengalihkan perhatian semuanya.
"Kok malah ketawa si, emang ada yang lucu?" tanya Astri kearah Rendy.
"Ehem," Rendy tampak berdehem sambil menoleh kearah Andre. "And, jangan bilang kalau loe beneran nggak ngenalin adek gue?"
"Sebelum lima menit yang lalu, Sepertinya emang nggak. Bahkan kalau gue boleh jujur, kayaknya gue masih nggak percaya kalau cewek yang berdiri di hadapan gue beneran adek loe," balas Andre tanpa mengalihkan tatapannya sedetik pun dari Astri yang tampak menduduk malu.
"Emangnya kak Andre kenal sama Astri?" Alya yang sedari tadi diem angkat bicara. "Tapi kok loe nggak pernah cerita As?"
Glek. Astri tampak menelan ludah. Ia tau kalau sahabatnya yang satu itu memang gampang penasaran. Tapi kan nggak harus menyulitkan posisinya juga.
"Ya itu karena loe nggak nanya."
Alya tampak mangut mangut membenarkan. Ia kan memang tidak pernah bertanya.
"Terus kenapa loe nggak nyapa gue?" gantian Andre yang bertanya.
"Kalau seandainya Astri nyapa kakak, emang kakak bakal kenal?" Astri balik nanya. Andre hanya membalas senyum simpul.
"Oh, Kalau gitu berhubung ini udah siang, kita pulang duluan ya. Da Alya, good bye kak Andre," sambung Astri sambil duduk di belakang Rendi sembari mengenakan helm di kepalanya.
"Kok malah bengong si kak? Ayo. Tadi katanya gue harus buruan," ajak Astri ketika melihat kakaknya sama sekali tidak bergerak.
"Masa kita mau langsung pulang?"
"Lah, emangnya kita mau kemana?" tanya Astri tak kalah heran.
"Kalau kita makan dulu gimana?"
Kerutan di kening Astri semakin bertambah. Tumben amat kakaknya baik. Pake ngajakin dia makan segala.
"Oke. Syip. Setuju! Kalau gitu tunggu apa lagi. Ayooooo," tak ingin tertalu memusingkan dirinya Astri langsung setuju. Lagi pula jarang jarang kakaknya baik.
"Ya udah ayo And. Loe juga Alya. Loe boncengan sama gue, biar Astri bareng sama Andre."
"Eh?" Astri terpaku kaget mendengar kalimat yang keluar dari mulut kakaknya barusan. Apa - apaan itu.
"Kita?" tanya Alya dan Andre hampir secara bersamaan.
"Iya. Kalian berdua. Biar sekalian."
"Terus kenapa gue harus bareng sama kak Andre?" tanya Astri menyela.
"Itu karena loe adek gue. Apa enaknya jalan bareng loe yang cerewet. Lagian kan kasian kalau dia bareng sama Andre. Pasti canggung karena nggak saling kenal."
Astri hanya muter mata mendengarnya. Yakin tu orang nggak salah ngomong. Yang ada juga Alya itu nggak kenal sama kakaknya. Namun belum sempat mulutnya terbuka untuk membantah ucapan Andre sudah terlebih dahulu memotongnya.
"Kalau emang Astri keberatan bareng sama gue, nggak papa kok. Kalian makan bareng aja. Biar gue duluan."
"Ya nggak bisa gitu juga donk. Terus Alya gimana? Masa kami bonceng 3," bantah Rendy sambil melirik kearah Astri. Membuat gadis itu merasa sedikit serba salah.
"Ya udah kalau gitu. Gue nggak keberatan kok. Yuks, kita pergi," Astri akhirnya ngalah.
"Nah gitu donk. Ayo Alya, loe bareng gue," ajak Rendy sambil menyalakan mesin motornya. Walau awalnya ragu, namun pada akhrinya Alya manut. Melangkah mengantikan posisi Astri sebelumnya.
"Oh ya, Loe tunggu di sini bentar ya. Gue ambil motor gue dulu," kata Andre kearah Astri yang masih mengerutu dalam hati akan ulah kakaknya. Jelas - jelas dia datang kesini untuk menjemputnya, tapi kenapa sekarang ia malah di tinggalkan begitu saja. Emang dasar kakak tidak berpri'kekakaan, makinya dalam hati.
Post a Comment for "Cerpen Cinta Romantis "Kenalkan Aku Pada Cinta" ~ 04 / 19"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...