Cerpen Remaja Take My Heart ~ 18
Cerpen Remaja Take My Heart ~ 18 _ Versi lanjutan. Omo, Nie cerpen kapan endingnya yak?, Suwer aku ndiri udah nggak sabar banget buat nge'end'kan nya. ha ha ha
But, mau gimana lagi. Selama puasa jam kerja nambah. Dari jam 09 pagi sampe jam 09 malam. 7 hari seminggu full nggak pake libur. Hebat kan?. Ngebet banget pengen kaya kayaknya #nyindirmodeon.
Tapi walau pun begitu, aku tetep usahain kok buat bikin lanjutannya. Toh pada akhirnya part ini muncul kan?. Akhir kata happy reading aja deh..
Keesokan harinya, seperti biasa Vio berangkat ke kampus menggunakan bus. Begitu sampai, sekilas ia menoleh ke sekeliling, Merasa sedikit canggung akan situasi yang akan ia alami dinanti. Bagaimana ia harus bersikap jika sekiranya nanti ia bertemu Ivan.
Tepat di koridor kampus, langkah Vio terhenti. Matanya menatap lurus kearah Sepasang kekasih yang tampak duduk bercengkerama sambil tertawa riang dihalaman depan. Pagi - pagi sudah bermesraan. Bikin kesel yang melihatnya saja.
Tapi seseungguhnya bukan itu. Bukan itu alasan Vio merasa kesel. Melainkan saat ia tau dengan pasti kalau sosok itu adalah Ivan dengan gadis yang entah siapa namanya. Vio tidak dan tidak ingin mengenalnya.
Berusaha untuk bersikap santai, Vio melanjutkan langkahnya. Walau tak urung uring - uringan sambil mengerutu dalam hati.
"Apa - apaan itu. Baru kemaren bilang suka, sekarang udah ngandeng cewek baru. Dasar plaboy cap kadal" Geramnya dalam hati.
Namun disisi lain sebenarnya vio juga merasa sedikit lega. Rasa bersalah sudah tak lagi menghantuinya. Dan ia juga yakin kalau keputusannya untuk menolak cowok itu kemaren adalah keputusan yang tepat. Hanya saja, entah datangnya darimana Vio tak mampu mencegah rasa kesel yang berlahan merambati hatinya.
Tanpa sadar ia telah sampai di dalam kelasnya, tapi rasa sesak yang ia rasakan masih belum hilang. Mencoba untuk mengabaikan itu semua, Vio mengeluarkan buku dari dalam tasnya. Komik anime romantis Sukitte Ii Nayo yang ia harapkan mampu mengalihkan semuanya.
Selang beberapa saat kemudian, Vio juga tidak tau pasti berapa lama waktu yang ia habiskan. Sejauh ingatannya mengingat jika sudah berhadapan dengan komik yang ia suka, kadang ia memang suka melupakan semuanya. Bahkan ia sendiri tidak menyadari kapan Silvi muncul. Tau tau sahabatnya itu sudah duduk di sampingnya di susul oleh pak Ihram yang akan mengajarkan mata kuliah mereka pagi ini.
Begitu bayangan pak Ihram melangkah meninggalkan kelas, Tanpa komando dan aba - aba Silvi langsung menyeret tangan Vio kearah kantin guna mengisi perutnya yang jelas terasa lapar. Terlebih tadi pagi ia memang tidak sempat sarapan. Satu porsi nasi campur di tambah segelas juice orange menjadi santapannya. Berbeda dengan Vio yang hanya memesan ais cream sebagai pilihannya.
"Eh, Liat tuh" Bisik Silvi tiba tiba.
"Kenapa?" Tanya Vio terlihat tidak tertarik karena perhatiannya terjurus kearah makanannya yang memang terlihat mengiurkan. Terlebih cuaca panas begini. Menikmati yang dingin dingin emang paling mantep.
"Coba loe liat" Silvi mempertegas agar Vio menoleh ke belakang.
"Memangnya ada apa si?" Gerut Vio walau tak urung menolehkan tatapannya mengikuti arah yang Silvi maksud.
Hanya sekilas, tidak lebih dari sepuluh detik kemudian Vio kembali mengalihkan perhatiannya pada ais krimnya. Dihela nya nafas untuk sejenak sebelum kemudian di hembuskan secara berlahan.
"Gila ya, Baru aja kemaren dia bilang kalau di suka sama loe. Cinta mati gitu deh. Eh giliran loe tolak, eh sekarang udah punya gandengan baru. Dasar playboy cap kadal" Gerut Silvi sinis.
"Biarin aja lah. Bukan urusan kita ini" Kata Vio mencoba bersikap santai walau tak urung hatinya merasakan yang sama.
Tanpa melihat pasangan yang sedang bersuap suapan di belakangnya, Vio tau kalau mereka sedang bermesraan. Dan masih tak tau datangnya dari mana rasa kesel kembali merambati hatinya. Terlebih ketika ia menyadari kalau gadis yang bersama Ivan saat ini bukan lah gadis tadi pagi yang ia temui.
Memangnya maskutnya apa coba?.
"Untung aja kemaren loe tolak dia. Coba kalau nggak?. Secara kan aktingnya dia kemaren itu sumpah ngeyakinin banget. Gue aja tadinya sempet berpikir kalau dia serius waktu bilang suka sama loe. Eh ternyata. Huu... Sekali buaya tetep aja buaya" Silvi terus nyerocos tanpa memperdulikan reaksi Vio yang hanya terdiam sambil mengaduk aduk makananya tanpa minat karena napsu makannya mendadak menguap begitu saja.
"Udah lah. Biarin aja. Tadi loe katanya laper. Buruan gih di abisin" Potong Vio.
Silvi angkat bahu walau tak urung menuruti saran temannya. Terlebih perutnya memang cukup terasa lapar.
Seminggu telah berlalu dan emosi vio di buat naik turun olehnya. Setiap kali entah bagai mana caranya atau mungkin ini kali ya yang di namakan Kebetulan terus berlanjut. Setiap tepat ia turun dari bus, pemandangan yang sama pasti akan selalu menyambutnya. Tentu saja pemandangan Ivan bersama gebetan sesaatnya. Karena jelas, Ivan selalu bersama cewek yang berbeda setiap harinya, setiap kalinya dan setiap dimanapun Vio berpapasan dengannya.
Mengabaikan ajakan Silvi untuk ke kantin Vio lebih memilih menyendiri di taman belakang kampus dengan komik di tangannya walau sepertinya bahkan sama sekali tidak ia lirik karena pikirannya sibuk melayang entah kemana.
"Hei, melamun aja nih".
"Eh" Vio menoleh kaget.
Senyum Andra segera menyambutnya. Bahkan tanpa permisi cowok itu segera duduk di sampingnya.
"Lagi ngelamunin apa nih, kayaknya jauh banget pandanganya" tanya Andra langsung.
"Ngelamun apaan. Perasaan dari tadi gue baca komik deh" Elak Vio pasang tampang cemberut.
"Baca buku kok terbalik?".
"Eh?" Lagi - lagi Vio di buat kaget olehnya. Dengan cepat ia mengalihkan tatapannya pada komik di hadapannya dan langsung menyadari kalau Andra membohonginya.
"Enggak kok" Bantah Vio kemudian.
"He he he, ketauan kan loe nggak lagi baca. Masa gue bilang kebalik loe langsung ngecek tu komik" tambah Andra yang hanya membuat Vio menyengir kuda.
"Lagi mikirin apaan si?" Tanya Andra setelah beberapa saat sempat terdiam.
"Mau tau aja apa mau tau banget?" Tanya Vio setengah bercanda.
"Nggak mau tau aja deh".
"Ya ela, kalau nggak mau tau ngapain nanya" Vio memajukan mulutnya sebel membuat Andra tak mampu menahan tawanya.
"Ya udah kalau gitu loe kasih tau".
"Yang jelas gue nggak lagi mikirin elo. Ha ha ha" Balas Vio sambil tertawa.
"Oh itu jelas. Secara gue siapa lah ya kan" Kata Andra pasang tampang sok sedih membuat Vio setengah mencibir. Namun kalimat lanjutannya jelas mengagetkan.
"Tapi kalau soal Ivan, baru ada dalam pikiran loe"
"Apaan si. Ya enggak lah" bantah Vio langsung.
"Alah, ngaku aja deh. Bohong itu dosa tau" Tambah Andra.
"Salah. Yang bener, bohong itu kalau ngomong nggak jujur" Vio meralat.
"Nah kalau gitu leo jujur donk. Loe lagi mikirin Ivan kan?".
"Kalau ia emangnya kenapa?".
"Nggak papa juga sih. Secara sebenernya gue juga lagi mikirin tu anak".
"Oh ya?. Kenapa?" Vio tak mampu menyembunyikan rasa kagetnya.
"Ya tentu saja karena dia itu sahabat gue. Gimana sih. Lagian gue heran sama tu anak. Secara baru juga dia bilang kalau di suka sama loe. Eh setelah loe tolak masa dia berbalik jadi playboy tingkat kakap di atas kakap. Biasanya itu palingan dia cuma seminggu sekali gonta ganti cewek. La sekarang masa setiap jam?. Ya ampun, sendal aja gue nggak ganti sesering itu".
Mau tak mau Vio tersenyum kecut mendengar jawaban yang meluncur dari mulut makhluk di sampingnya.
"Yah, bisa aja sih kalau kemaren itu dia suka sama gue cuma bohong bohongan. Lagian dia kan emang playboy".
"Mustahil" Bantah Andra cepat. "Gue kenal banget tu anak. Dan gue yakin pasti ada apa apanya?".
"Maksut loe?"
"Dugaan gue si, dia ngelakuin itu supaya loe cemburu".
"Ha?" Mulut Vio mangap. Tidak yakin akan apa yang ia dengar.
"Ngaku aja deh. Loe cemburukan?" Tanya Andra jelas menuduh.
"Kenapa gue harus cemburu?" Vio balik bertanya.
"Tentu saja karena loe suka sama dia".
"Ha?" Lagi lagi mulut Vio mangap. Ni cowok satu bener bener semaunya. Enak aja main tuduh sembarangan.
"Nggak usah ngeles. Gue bukan Ivan yang gampang di bohongin. Sekali liat gue udah langsung tau kalau loe sebenernya juga suka sama dia. Tapi karena dia udah kadung bergelar playboy makanya loe nggak yakin. iya kan?".
"Nggak usah ngaco" Vio kesel mendengarnya.
"Atau loe mau gue bantu buktiin?" Tanya Andra membuat kening Vio berkerut bingung. Maksutnya apa ni?.
"Bilang loe setuju, dan kita akan menjalankan rencana gue" Tawar Andra tanpa aba - aba.
Sejenak Vio terdiam. Mencoba mencerna semuanya. Ditatapnya bola mata Andra yang juga jelas sedang menatapnnya. Pikirannya kalut. Bahkan ia tidak menyadari saat kepalanya mengangguk. Yang ia tau ia telah menyetujui itu saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut Andra selanjutnya.
"Bagus, Emang gitu yang seharusnya" Senyum Andra penuh misteri.
To Be Continue...
But, mau gimana lagi. Selama puasa jam kerja nambah. Dari jam 09 pagi sampe jam 09 malam. 7 hari seminggu full nggak pake libur. Hebat kan?. Ngebet banget pengen kaya kayaknya #nyindirmodeon.
Tapi walau pun begitu, aku tetep usahain kok buat bikin lanjutannya. Toh pada akhirnya part ini muncul kan?. Akhir kata happy reading aja deh..
Keesokan harinya, seperti biasa Vio berangkat ke kampus menggunakan bus. Begitu sampai, sekilas ia menoleh ke sekeliling, Merasa sedikit canggung akan situasi yang akan ia alami dinanti. Bagaimana ia harus bersikap jika sekiranya nanti ia bertemu Ivan.
Tepat di koridor kampus, langkah Vio terhenti. Matanya menatap lurus kearah Sepasang kekasih yang tampak duduk bercengkerama sambil tertawa riang dihalaman depan. Pagi - pagi sudah bermesraan. Bikin kesel yang melihatnya saja.
Tapi seseungguhnya bukan itu. Bukan itu alasan Vio merasa kesel. Melainkan saat ia tau dengan pasti kalau sosok itu adalah Ivan dengan gadis yang entah siapa namanya. Vio tidak dan tidak ingin mengenalnya.
Berusaha untuk bersikap santai, Vio melanjutkan langkahnya. Walau tak urung uring - uringan sambil mengerutu dalam hati.
"Apa - apaan itu. Baru kemaren bilang suka, sekarang udah ngandeng cewek baru. Dasar plaboy cap kadal" Geramnya dalam hati.
Namun disisi lain sebenarnya vio juga merasa sedikit lega. Rasa bersalah sudah tak lagi menghantuinya. Dan ia juga yakin kalau keputusannya untuk menolak cowok itu kemaren adalah keputusan yang tepat. Hanya saja, entah datangnya darimana Vio tak mampu mencegah rasa kesel yang berlahan merambati hatinya.
Tanpa sadar ia telah sampai di dalam kelasnya, tapi rasa sesak yang ia rasakan masih belum hilang. Mencoba untuk mengabaikan itu semua, Vio mengeluarkan buku dari dalam tasnya. Komik anime romantis Sukitte Ii Nayo yang ia harapkan mampu mengalihkan semuanya.
Selang beberapa saat kemudian, Vio juga tidak tau pasti berapa lama waktu yang ia habiskan. Sejauh ingatannya mengingat jika sudah berhadapan dengan komik yang ia suka, kadang ia memang suka melupakan semuanya. Bahkan ia sendiri tidak menyadari kapan Silvi muncul. Tau tau sahabatnya itu sudah duduk di sampingnya di susul oleh pak Ihram yang akan mengajarkan mata kuliah mereka pagi ini.
Begitu bayangan pak Ihram melangkah meninggalkan kelas, Tanpa komando dan aba - aba Silvi langsung menyeret tangan Vio kearah kantin guna mengisi perutnya yang jelas terasa lapar. Terlebih tadi pagi ia memang tidak sempat sarapan. Satu porsi nasi campur di tambah segelas juice orange menjadi santapannya. Berbeda dengan Vio yang hanya memesan ais cream sebagai pilihannya.
"Eh, Liat tuh" Bisik Silvi tiba tiba.
"Kenapa?" Tanya Vio terlihat tidak tertarik karena perhatiannya terjurus kearah makanannya yang memang terlihat mengiurkan. Terlebih cuaca panas begini. Menikmati yang dingin dingin emang paling mantep.
"Coba loe liat" Silvi mempertegas agar Vio menoleh ke belakang.
"Memangnya ada apa si?" Gerut Vio walau tak urung menolehkan tatapannya mengikuti arah yang Silvi maksud.
Hanya sekilas, tidak lebih dari sepuluh detik kemudian Vio kembali mengalihkan perhatiannya pada ais krimnya. Dihela nya nafas untuk sejenak sebelum kemudian di hembuskan secara berlahan.
"Gila ya, Baru aja kemaren dia bilang kalau di suka sama loe. Cinta mati gitu deh. Eh giliran loe tolak, eh sekarang udah punya gandengan baru. Dasar playboy cap kadal" Gerut Silvi sinis.
"Biarin aja lah. Bukan urusan kita ini" Kata Vio mencoba bersikap santai walau tak urung hatinya merasakan yang sama.
Tanpa melihat pasangan yang sedang bersuap suapan di belakangnya, Vio tau kalau mereka sedang bermesraan. Dan masih tak tau datangnya dari mana rasa kesel kembali merambati hatinya. Terlebih ketika ia menyadari kalau gadis yang bersama Ivan saat ini bukan lah gadis tadi pagi yang ia temui.
Memangnya maskutnya apa coba?.
"Untung aja kemaren loe tolak dia. Coba kalau nggak?. Secara kan aktingnya dia kemaren itu sumpah ngeyakinin banget. Gue aja tadinya sempet berpikir kalau dia serius waktu bilang suka sama loe. Eh ternyata. Huu... Sekali buaya tetep aja buaya" Silvi terus nyerocos tanpa memperdulikan reaksi Vio yang hanya terdiam sambil mengaduk aduk makananya tanpa minat karena napsu makannya mendadak menguap begitu saja.
"Udah lah. Biarin aja. Tadi loe katanya laper. Buruan gih di abisin" Potong Vio.
Silvi angkat bahu walau tak urung menuruti saran temannya. Terlebih perutnya memang cukup terasa lapar.
Seminggu telah berlalu dan emosi vio di buat naik turun olehnya. Setiap kali entah bagai mana caranya atau mungkin ini kali ya yang di namakan Kebetulan terus berlanjut. Setiap tepat ia turun dari bus, pemandangan yang sama pasti akan selalu menyambutnya. Tentu saja pemandangan Ivan bersama gebetan sesaatnya. Karena jelas, Ivan selalu bersama cewek yang berbeda setiap harinya, setiap kalinya dan setiap dimanapun Vio berpapasan dengannya.
Mengabaikan ajakan Silvi untuk ke kantin Vio lebih memilih menyendiri di taman belakang kampus dengan komik di tangannya walau sepertinya bahkan sama sekali tidak ia lirik karena pikirannya sibuk melayang entah kemana.
"Hei, melamun aja nih".
"Eh" Vio menoleh kaget.
Senyum Andra segera menyambutnya. Bahkan tanpa permisi cowok itu segera duduk di sampingnya.
"Lagi ngelamunin apa nih, kayaknya jauh banget pandanganya" tanya Andra langsung.
"Ngelamun apaan. Perasaan dari tadi gue baca komik deh" Elak Vio pasang tampang cemberut.
"Baca buku kok terbalik?".
"Eh?" Lagi - lagi Vio di buat kaget olehnya. Dengan cepat ia mengalihkan tatapannya pada komik di hadapannya dan langsung menyadari kalau Andra membohonginya.
"Enggak kok" Bantah Vio kemudian.
"He he he, ketauan kan loe nggak lagi baca. Masa gue bilang kebalik loe langsung ngecek tu komik" tambah Andra yang hanya membuat Vio menyengir kuda.
"Lagi mikirin apaan si?" Tanya Andra setelah beberapa saat sempat terdiam.
"Mau tau aja apa mau tau banget?" Tanya Vio setengah bercanda.
"Nggak mau tau aja deh".
"Ya ela, kalau nggak mau tau ngapain nanya" Vio memajukan mulutnya sebel membuat Andra tak mampu menahan tawanya.
"Ya udah kalau gitu loe kasih tau".
"Yang jelas gue nggak lagi mikirin elo. Ha ha ha" Balas Vio sambil tertawa.
"Oh itu jelas. Secara gue siapa lah ya kan" Kata Andra pasang tampang sok sedih membuat Vio setengah mencibir. Namun kalimat lanjutannya jelas mengagetkan.
"Tapi kalau soal Ivan, baru ada dalam pikiran loe"
"Apaan si. Ya enggak lah" bantah Vio langsung.
"Alah, ngaku aja deh. Bohong itu dosa tau" Tambah Andra.
"Salah. Yang bener, bohong itu kalau ngomong nggak jujur" Vio meralat.
"Nah kalau gitu leo jujur donk. Loe lagi mikirin Ivan kan?".
"Kalau ia emangnya kenapa?".
"Nggak papa juga sih. Secara sebenernya gue juga lagi mikirin tu anak".
"Oh ya?. Kenapa?" Vio tak mampu menyembunyikan rasa kagetnya.
"Ya tentu saja karena dia itu sahabat gue. Gimana sih. Lagian gue heran sama tu anak. Secara baru juga dia bilang kalau di suka sama loe. Eh setelah loe tolak masa dia berbalik jadi playboy tingkat kakap di atas kakap. Biasanya itu palingan dia cuma seminggu sekali gonta ganti cewek. La sekarang masa setiap jam?. Ya ampun, sendal aja gue nggak ganti sesering itu".
Mau tak mau Vio tersenyum kecut mendengar jawaban yang meluncur dari mulut makhluk di sampingnya.
"Yah, bisa aja sih kalau kemaren itu dia suka sama gue cuma bohong bohongan. Lagian dia kan emang playboy".
"Mustahil" Bantah Andra cepat. "Gue kenal banget tu anak. Dan gue yakin pasti ada apa apanya?".
"Maksut loe?"
"Dugaan gue si, dia ngelakuin itu supaya loe cemburu".
"Ha?" Mulut Vio mangap. Tidak yakin akan apa yang ia dengar.
"Ngaku aja deh. Loe cemburukan?" Tanya Andra jelas menuduh.
"Kenapa gue harus cemburu?" Vio balik bertanya.
"Tentu saja karena loe suka sama dia".
"Ha?" Lagi lagi mulut Vio mangap. Ni cowok satu bener bener semaunya. Enak aja main tuduh sembarangan.
"Nggak usah ngeles. Gue bukan Ivan yang gampang di bohongin. Sekali liat gue udah langsung tau kalau loe sebenernya juga suka sama dia. Tapi karena dia udah kadung bergelar playboy makanya loe nggak yakin. iya kan?".
"Nggak usah ngaco" Vio kesel mendengarnya.
"Atau loe mau gue bantu buktiin?" Tanya Andra membuat kening Vio berkerut bingung. Maksutnya apa ni?.
"Bilang loe setuju, dan kita akan menjalankan rencana gue" Tawar Andra tanpa aba - aba.
Sejenak Vio terdiam. Mencoba mencerna semuanya. Ditatapnya bola mata Andra yang juga jelas sedang menatapnnya. Pikirannya kalut. Bahkan ia tidak menyadari saat kepalanya mengangguk. Yang ia tau ia telah menyetujui itu saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut Andra selanjutnya.
"Bagus, Emang gitu yang seharusnya" Senyum Andra penuh misteri.
To Be Continue...
Post a Comment for "Cerpen Remaja Take My Heart ~ 18"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...