Cerpen Cinta Take My Heart End
Holaaa semuanya.... #lambai_tangan. Pada akhirnya Cerpen Cinta Take My Heart sampe di penghujung cerita juga.
Kelamaan ya nunggunya?. Maap deh, phan ceritanya admin nya lagi mudik. Jangankan mo ol PC, ol hape aja kagak bisa. So harap di maklumi aja lah ya. #tabur_duid.
Ah satu lagi, karena sepertinya cerpen Take My Heart udah molor kemana mana (??). Kali ini langsung di endkan aja ya. Gimana sama endingnya?. Semoga nggak mengecewakan....
“Vio, loe baik baik aja kan?” Tanya Silvi hati hati.
“Kalau loe berharap gue menjawab bohong, Iya gue baik baik aja. Tapi kalau gue boleh jujur, tentu saja tidak” balas Vio tanpa menoleh. Tak sangup menatap wajah Silvi. Rasa bersalah mengelayuti hatinya. Silvi begitu baik padanya, tapi bagaimana nantinya. Saat ia tau kisah antra ia dan Herry gebetannya. Ya tuhan, Ivan!!!. Dia tidak akan pernah memaafkannya.
Silvi terdiam, tidak bertanya lagi. Berlahan ia melangkah. Memeluk Vio dengan erat. Tanpa kata. Apalah arti kata bila hati sudah bicara?.
"Vio".
Tanpa menoleh pun Vio tau kalau itu adalah suara Ivan.
"Mau apa lagi loe?" Silvi mendahului Vio angkat bicara.
Ivan hanya melirik sekilas sebelum kemudian kembali beralih kearah Vio yang kini berdiri tepat di hadapannya.
"Vio, urusan kita belum selesai".
"Gue nggak punya urusan sama loe" Bantah Vio sambil berniat untuk berbalik pergi, tapi dengan cepat Ivan sudah lebih dulu menghadang langkahnya.
"Tapi gue ada".
Vio mencibir sinis.
"Baik kalau gitu. Oke, loe punya urusan apa sama gue?. Kita selesein sekarang supaya elo puas" tandas Vio akhirnya.
"Kok loe marah?" Tanya Ivan santai. Sukses membuat Vio memutar mata. Enek melihatnya.
"Jadi loe cuma mau nanyain gue marah atau enggak?".
Ivan menggeleng. "Gue mau nanya loe punya hubungan apa sama Andra. Atau jangan - jangan apa yang gue bilang tadi itu bener?".
Jangankan Vio, Silvi saja termangu mendengarnya. Astaga, ini orang bener bener deh.
"Kalau iya kenapa?" Tantang Vio balik.
"Gue nggak percaya".
"Emangnya gue perduli loe percaya atau nggak?" Tambah Vio lagi.
Lama Ivan terdiam tanpa kata. Hanya matanya yang terus menatap tajam kearah Vio. Membuat gadis itu merasa jengah karenanya. Setelah menghembuskan nafas berat, Vio berujar.
"Karena urusan kita sudah selesai, Gue sudah boleh pergi kan?".
Melihat tiada reaksi dari Ivan.Vio sudah berniat untuk berbalik, bersiap pergi meninggalkannya. Namun ucapan lirih Ivan kembali menghentikan langkahnya.
"Loe suka sama gue kan?".
"Apa?" Tanya Vio tak yakin akan apa yang ia dengar barusan.
Ivan tidak langsung menjawab. Kakinya kembali melangkah. Berdiri tepat di hadapan Vio, Sementara Silvi hanya kebagian peran sebagai pendonton drama satu babak yang terjadi di hadapannya.
"Gue tau, kalau loe bukan type orang yang akan berbohong bahkan demi kebaikan sekali pun. Loe selalu menjawab setiap pertanyaan dengan jujur bahkan terhadap orang yang loe benci sekalipun bukan?. Jadi gue nanya sekali lagi, Loe suka sama gue kan?".
Glek, Vio tampak menelan ludah. Matanya menatap sayu kearah Ivan sambil tersenyum sinis. Entah sinis kepada Ivan yang terlalu pede atau Sinis pada dirinya sendiri yang merasa apa yang Ivan ucapak barusan ada benarnya.
"Iya. Gue emang suka sama loe" Aku Vio akhirnya dengan nada lelah. "Tapi..".
Belum sempat ia melanjutkan ucapannya, mulut Vio langsung terbungkam. Tubuhnya terasa kaku. Tanpa komando dan aba aba Ivan langsung memeluknya.
"Lepasin gue" Vio mencoba berontak tapi Ivan justru malah mememluknya erat.
"Kalau yang loe suka itu Gue, Kenapa yang loe deketin itu Andra?" Bisik Ivan lirih.
Vio terdiam, tidak tau harus menjawab apa. Berada dalam posisi seperti ini sama sekali tidak pernah terlintas di benaknya.
"Sementara loe tau dengan pasti kalau gue suka sama loe" Sambung Ivan lagi.
"Kalau loe bener bener suka sama gue kenapa setiap hari justru loe bareng sama cewek lain" Balas Vio kemudian.
Kali ini Ivan melepaskan pelukannya. Kedua tangannya terangkat kearah bahu Vio. Memenjarakan gadis itu untuk menatapnya.
"Memangnya gara gara siapa gue ngelakuin itu" Gerut Ivan membuat kening Vio berkerut bingung.
"Gue?" Gumam Vio meyakinkan.
Kepala Ivan mengangguk. "Gue nggak pernah bener bener suka sama cewek. Dan pas giliran gue beneran suka, gue malah di tolak. Ego gue jelas tidak menerimanya. Makanya gue sengaja deketin cewek tiap kalinya supaya loe cemburu. Eh loe malah deketin Andra".
"Jadi loe merasa cemburu melihat kedekatan gue sama Andra?".
"Tentu saja" Aku Ivan cepat. Membuat Vio menahan diri untuk tidak tersenyum melihatnya. Mendadak hatinya terasa lega.
"Andra itu keren, dia baik, Pinter. Dan dia juga bukan playboy" Sambung Ivan mengulang ucapan Vio beberapa waktu yang lalu. Membuat Vio kali ini tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum.
"Tepat. Dan asal loe tau, dia juga bilang kalau dia mau bantuin gue buat bikin loe cemburu".
"Ha?".
Vio hanya angkat bahu sebagai jawaban dari raut bingung di wajah Ivan.
"Jadi kedekatan kalian cuma akal akalan biar gue cemburu?" Ivan mengeaskan, Vio hanya mengangguk dan kemudian tersenyum lebar saat melihat raut cemberut di wajah Ivan.
"Oke lah, kalau gitu gue akan bilang terima kasih sama dia nanti".
"Emang sudah seharusnya" Lagi lagi kalimat Vio membuat Ivan cemberut mendengarnya.
Dan untuk beberapa saat keduanya terdiam. Baru menyadari akan tindakan bodoh mereka masing masing. Sampai kemudian Ivan mengalah. Mendahului untuk angkat bicara.
"Vio, Gue sendiri sudah lupa berapa kali gue mengulang kalimat ini tapi gue jamin gue nggak akan bosan. Vio gue suka sama loe. Dan gue mau Loe jadi cewek gue" ujar Ivan tegas.
Vio terdiam. Mulutnya terbuka namun tiada kata yang terlontar. Dadanya terasa sesak. Tapi bukan sakit. Justru sesak yang menyenangkan.
"Gue juga tau, kalau gue bukan orang yang baik. Gue sudah terkenal dengan image playboy yang suka nyakitin hati cewek. Tapi gue janji, gue nggak akan mengulangi nya lagi. Gue nggak akan ninggalin elo. Dan gue akan selalu bersama elo selamanya" tambah Ivan menegaskan.
Vio tersenyum. Tangannya terangkat melepaskan tangan Ivan dari pundaknya.
"Hati manusia bisa saja berubah. Tidak ada yang bisa menjaminnya. Mungkin sekarang loe bisa berkata seperti ini. Tapi nantinya bagaimana jika seseorang yang lebih baik muncul di hadapan. Apa loe yakin akan tetap bertahan?".
"Mungkin memang tiada jaminan, Tapi gue janji gue nggak akan ninggalin elo. Gue akan terus sama loe dan gue akan....".
"Ah kalau gitu gue nggak setuju. Elo enak, dari Playboy dapat cewek baik. La gue masa cewek baik baik tapi dapatnya playboy. Nah kalau seandainya nanti ada Cowok yang lebih cakep, lebih baik, lebis keren. Ah lebih lebih deh pokoknya. Masa gue lepas gitu aja. Rugi donk gue?".
Ivan mendunduk. Terdiam tanpa kata. membuat Vio merasa tak enak karenanya. Sungguh ia tak bermaksut untuk itu, tadinya ia hanya ingin bercanda. Dan belum sempat mulutnya terbuka untuk meralatnya Ivan terlebih dahulu mendahuluinya.
"Loe emang berhak untuk mendapatkan yang lebih baik" kata Ivan lirih. Terlihat putus asa, membuat Vio benar benar menyesali ucapannya.
"Tapi rasa yang gue punya ke elo itu tulus. Dan asal loe mau menjalainnya, gue janji gue akan terus bersama loe.." Ivan tampak mengantungkan ucapannya.
Menarik nafas sejenak, melihat Reaksi Vio padanya.
"Selama elo menginginkannya" Sambung Ivan lagi.
Dan kali ini tiada lagi alasan untuk Vio membantahnya. Secara naluirah kepalanya mengangguk. Senyuman tersunging di wajahnya. Senyum bahagia.
Pada akhirnya semua memang ada waktunya bukan....
End...
Wush, lap keringet. Ha ha ha, ending juga. Masih gaje kah?. Nggak jelas kah?. Atau ancur juga?. Whatever aja lah. Yang jelas ini tuh udah ending. So nggak usah nanya - nanyain lagi lanjutannya. XD...
Lagian cerpen take my heart ini tu kayaknya rekord cerpen terpanjang di blog Star Night. 20 Part. Bener nggak?.
Okelah, saatnya mencari ide baru untuk cerita selanjutnya. Ngomong ngomong "Kenalkan aku pada cinta" mau di bikin gimana ya?... XD Again....
Kelamaan ya nunggunya?. Maap deh, phan ceritanya admin nya lagi mudik. Jangankan mo ol PC, ol hape aja kagak bisa. So harap di maklumi aja lah ya. #tabur_duid.
Ah satu lagi, karena sepertinya cerpen Take My Heart udah molor kemana mana (??). Kali ini langsung di endkan aja ya. Gimana sama endingnya?. Semoga nggak mengecewakan....
“Vio, loe baik baik aja kan?” Tanya Silvi hati hati.
“Kalau loe berharap gue menjawab bohong, Iya gue baik baik aja. Tapi kalau gue boleh jujur, tentu saja tidak” balas Vio tanpa menoleh. Tak sangup menatap wajah Silvi. Rasa bersalah mengelayuti hatinya. Silvi begitu baik padanya, tapi bagaimana nantinya. Saat ia tau kisah antra ia dan Herry gebetannya. Ya tuhan, Ivan!!!. Dia tidak akan pernah memaafkannya.
Silvi terdiam, tidak bertanya lagi. Berlahan ia melangkah. Memeluk Vio dengan erat. Tanpa kata. Apalah arti kata bila hati sudah bicara?.
"Vio".
Tanpa menoleh pun Vio tau kalau itu adalah suara Ivan.
"Mau apa lagi loe?" Silvi mendahului Vio angkat bicara.
Ivan hanya melirik sekilas sebelum kemudian kembali beralih kearah Vio yang kini berdiri tepat di hadapannya.
"Vio, urusan kita belum selesai".
"Gue nggak punya urusan sama loe" Bantah Vio sambil berniat untuk berbalik pergi, tapi dengan cepat Ivan sudah lebih dulu menghadang langkahnya.
"Tapi gue ada".
Vio mencibir sinis.
"Baik kalau gitu. Oke, loe punya urusan apa sama gue?. Kita selesein sekarang supaya elo puas" tandas Vio akhirnya.
"Kok loe marah?" Tanya Ivan santai. Sukses membuat Vio memutar mata. Enek melihatnya.
"Jadi loe cuma mau nanyain gue marah atau enggak?".
Ivan menggeleng. "Gue mau nanya loe punya hubungan apa sama Andra. Atau jangan - jangan apa yang gue bilang tadi itu bener?".
Jangankan Vio, Silvi saja termangu mendengarnya. Astaga, ini orang bener bener deh.
"Kalau iya kenapa?" Tantang Vio balik.
"Gue nggak percaya".
"Emangnya gue perduli loe percaya atau nggak?" Tambah Vio lagi.
Lama Ivan terdiam tanpa kata. Hanya matanya yang terus menatap tajam kearah Vio. Membuat gadis itu merasa jengah karenanya. Setelah menghembuskan nafas berat, Vio berujar.
"Karena urusan kita sudah selesai, Gue sudah boleh pergi kan?".
Melihat tiada reaksi dari Ivan.Vio sudah berniat untuk berbalik, bersiap pergi meninggalkannya. Namun ucapan lirih Ivan kembali menghentikan langkahnya.
"Loe suka sama gue kan?".
"Apa?" Tanya Vio tak yakin akan apa yang ia dengar barusan.
Ivan tidak langsung menjawab. Kakinya kembali melangkah. Berdiri tepat di hadapan Vio, Sementara Silvi hanya kebagian peran sebagai pendonton drama satu babak yang terjadi di hadapannya.
"Gue tau, kalau loe bukan type orang yang akan berbohong bahkan demi kebaikan sekali pun. Loe selalu menjawab setiap pertanyaan dengan jujur bahkan terhadap orang yang loe benci sekalipun bukan?. Jadi gue nanya sekali lagi, Loe suka sama gue kan?".
Glek, Vio tampak menelan ludah. Matanya menatap sayu kearah Ivan sambil tersenyum sinis. Entah sinis kepada Ivan yang terlalu pede atau Sinis pada dirinya sendiri yang merasa apa yang Ivan ucapak barusan ada benarnya.
"Iya. Gue emang suka sama loe" Aku Vio akhirnya dengan nada lelah. "Tapi..".
Belum sempat ia melanjutkan ucapannya, mulut Vio langsung terbungkam. Tubuhnya terasa kaku. Tanpa komando dan aba aba Ivan langsung memeluknya.
"Lepasin gue" Vio mencoba berontak tapi Ivan justru malah mememluknya erat.
"Kalau yang loe suka itu Gue, Kenapa yang loe deketin itu Andra?" Bisik Ivan lirih.
Vio terdiam, tidak tau harus menjawab apa. Berada dalam posisi seperti ini sama sekali tidak pernah terlintas di benaknya.
"Sementara loe tau dengan pasti kalau gue suka sama loe" Sambung Ivan lagi.
"Kalau loe bener bener suka sama gue kenapa setiap hari justru loe bareng sama cewek lain" Balas Vio kemudian.
Kali ini Ivan melepaskan pelukannya. Kedua tangannya terangkat kearah bahu Vio. Memenjarakan gadis itu untuk menatapnya.
"Memangnya gara gara siapa gue ngelakuin itu" Gerut Ivan membuat kening Vio berkerut bingung.
"Gue?" Gumam Vio meyakinkan.
Kepala Ivan mengangguk. "Gue nggak pernah bener bener suka sama cewek. Dan pas giliran gue beneran suka, gue malah di tolak. Ego gue jelas tidak menerimanya. Makanya gue sengaja deketin cewek tiap kalinya supaya loe cemburu. Eh loe malah deketin Andra".
"Jadi loe merasa cemburu melihat kedekatan gue sama Andra?".
"Tentu saja" Aku Ivan cepat. Membuat Vio menahan diri untuk tidak tersenyum melihatnya. Mendadak hatinya terasa lega.
"Andra itu keren, dia baik, Pinter. Dan dia juga bukan playboy" Sambung Ivan mengulang ucapan Vio beberapa waktu yang lalu. Membuat Vio kali ini tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum.
"Tepat. Dan asal loe tau, dia juga bilang kalau dia mau bantuin gue buat bikin loe cemburu".
"Ha?".
Vio hanya angkat bahu sebagai jawaban dari raut bingung di wajah Ivan.
"Jadi kedekatan kalian cuma akal akalan biar gue cemburu?" Ivan mengeaskan, Vio hanya mengangguk dan kemudian tersenyum lebar saat melihat raut cemberut di wajah Ivan.
"Oke lah, kalau gitu gue akan bilang terima kasih sama dia nanti".
"Emang sudah seharusnya" Lagi lagi kalimat Vio membuat Ivan cemberut mendengarnya.
Dan untuk beberapa saat keduanya terdiam. Baru menyadari akan tindakan bodoh mereka masing masing. Sampai kemudian Ivan mengalah. Mendahului untuk angkat bicara.
"Vio, Gue sendiri sudah lupa berapa kali gue mengulang kalimat ini tapi gue jamin gue nggak akan bosan. Vio gue suka sama loe. Dan gue mau Loe jadi cewek gue" ujar Ivan tegas.
Vio terdiam. Mulutnya terbuka namun tiada kata yang terlontar. Dadanya terasa sesak. Tapi bukan sakit. Justru sesak yang menyenangkan.
"Gue juga tau, kalau gue bukan orang yang baik. Gue sudah terkenal dengan image playboy yang suka nyakitin hati cewek. Tapi gue janji, gue nggak akan mengulangi nya lagi. Gue nggak akan ninggalin elo. Dan gue akan selalu bersama elo selamanya" tambah Ivan menegaskan.
Vio tersenyum. Tangannya terangkat melepaskan tangan Ivan dari pundaknya.
"Hati manusia bisa saja berubah. Tidak ada yang bisa menjaminnya. Mungkin sekarang loe bisa berkata seperti ini. Tapi nantinya bagaimana jika seseorang yang lebih baik muncul di hadapan. Apa loe yakin akan tetap bertahan?".
"Mungkin memang tiada jaminan, Tapi gue janji gue nggak akan ninggalin elo. Gue akan terus sama loe dan gue akan....".
"Ah kalau gitu gue nggak setuju. Elo enak, dari Playboy dapat cewek baik. La gue masa cewek baik baik tapi dapatnya playboy. Nah kalau seandainya nanti ada Cowok yang lebih cakep, lebih baik, lebis keren. Ah lebih lebih deh pokoknya. Masa gue lepas gitu aja. Rugi donk gue?".
Ivan mendunduk. Terdiam tanpa kata. membuat Vio merasa tak enak karenanya. Sungguh ia tak bermaksut untuk itu, tadinya ia hanya ingin bercanda. Dan belum sempat mulutnya terbuka untuk meralatnya Ivan terlebih dahulu mendahuluinya.
"Loe emang berhak untuk mendapatkan yang lebih baik" kata Ivan lirih. Terlihat putus asa, membuat Vio benar benar menyesali ucapannya.
"Tapi rasa yang gue punya ke elo itu tulus. Dan asal loe mau menjalainnya, gue janji gue akan terus bersama loe.." Ivan tampak mengantungkan ucapannya.
Menarik nafas sejenak, melihat Reaksi Vio padanya.
"Selama elo menginginkannya" Sambung Ivan lagi.
Dan kali ini tiada lagi alasan untuk Vio membantahnya. Secara naluirah kepalanya mengangguk. Senyuman tersunging di wajahnya. Senyum bahagia.
Pada akhirnya semua memang ada waktunya bukan....
End...
Wush, lap keringet. Ha ha ha, ending juga. Masih gaje kah?. Nggak jelas kah?. Atau ancur juga?. Whatever aja lah. Yang jelas ini tuh udah ending. So nggak usah nanya - nanyain lagi lanjutannya. XD...
Lagian cerpen take my heart ini tu kayaknya rekord cerpen terpanjang di blog Star Night. 20 Part. Bener nggak?.
Okelah, saatnya mencari ide baru untuk cerita selanjutnya. Ngomong ngomong "Kenalkan aku pada cinta" mau di bikin gimana ya?... XD Again....
nice story,
ReplyDeletemumpung masih suasana lebaran di bulan syawal, hadir mengucapkan maaf lahir batin...keep happy blogging always...salam kemerdekaan :-
ceritanya sangat menarik smoga ga terbengkalai ya :)
ReplyDeleteSumpah seru abis... Dududuhhh aku pembaca baru nih kak pokoknya suka dehhh sama ceritanya ☺☺☺
ReplyDelete+susan istiqomah , Ma kasih ya....
ReplyDelete