Cerpen Pendek “Alunan Nada Bercerita”
Masih bertahan di level zonk (???). Tepatnya masih 'belum' bisa nulis. Ntah itu cerpen baru, ataupun lanjutan cerita yang sempat tertunda. So, muncul kali ini juga dengan cerpen kiriman reader. Tepatnya cerpen “Alunan Nada Bercerita” karya Erick Hidayat. Ceritanya bagus, ada haru-nya juga.
Nah, untuk yang udah penasaran mendingan kita langsung aja simak ke bawah. Oke guys.... Happy reading...
Hari ini, tanggal 11 Agustus 2012 adalah hari yang akan menjadi sejarah dalam hidupku. Hari yang akan mempertemukan aku dengan belahan jiwaku kelak. Aku akan selalu mengingat hari ini, This day is my day!
Dia adalah seorang perempuan yang terkadang menyapaku dalam ingatan, bahkan disaat lelah menegur, kehadiran dialah yang selalu menjadi kekuatanku. Ratih namanya, aku selalu memanggilnya, “Honey”. Dia seorang perempuan yang tenang, ramah dan cantik.
Aku akan memaparkan beberapa rajutan kenangan bersama dia, ketika pertama kali bertemu dia. Semua keajaiban itu terangkai bagai alunan nada yang bercerita.
Kala itu pagi menjelang, semangatku tak pernah hilang. Bergegas aku menuju terminal Klari Karawang. Jam sembilan pagi sudah terlihat begitu ramai di dalam terminal. Aku mencari-cari bus jurusan Bekasi. Aku sempat kebingungan karena banyak sekali bus-bus yang berlalu lalang. Maklum saja baru kali ini aku melakukan perjalanan menuju Bekasi. Sempat ku hubungi temanku, Fery lewat handphone namun tidak ada balasan. “Gawat…” pikirku dalam hati.
Fery, temanku sering bepergian ke arah Bekasi, pastinya dia sudah hafal rute menuju kesana. Namun apa boleh buat, dia tidak bisa ku hubungi. “Sudahlah..Bismillah..” ucapku dalam hati seraya melangkah. Lagipula tekad ku sudah bulat untuk menemui Honey hari ini. Janji bukan sekedar janji, laki-laki sejati tidak pernah mengingkari janjinya.
Tak lama, di kejauhan aku melihat bus jurusan Bekasi. Dengan langkah yakin aku menaiki bus itu. Begitu masuk, hanya ada penumpang beberapa. Aku duduk sendiri merapat pada jendela bus. Melihat pemandangan diluar yang begitu ramai. Perasaan hatiku sedikit bergemuruh. Akankah aku bertemu dengannya hari ini. Aku sudah membayangkan, apa yang harus aku lakukan setelah bertemu dengannya. Berjuta perasaan dan bayangan simulasi pertemuan yang belum terjadi timbul silih berganti. Namun seiring dengan makin banyaknya penumpang yang naik, aku berusaha menempatkan pikiranku pada kondisi real.
Tak terasa bus sudah semakin jauh melaju hingga memasuki daerah Cikarang. Tiba-tiba handphoneku bergetar. Aku pun mengangkatnya. Ternyata SMS dari temanku, Fery. “Alhamdulillah..” ucapku dalam hati. Dia mengatakan kalau dia baru bangun tidur. “Sorry…” katanya. “ Gue baru bangun tidur” jelasnya. Aku pikir, pantas saja tadi dia tidak membalas dan mengangkat telpon dariku. Kami berduapun saling SMS an. Dia bilang, “Bareng aja berangkat ke Bekasinya”. Aku katakan, sudah telat, karena aku sudah dalam perjalanan menuju Bekasi.
Sempat dua kali aku turun naik dari bus. Cukup melelahkan karena aku sedang berpuasa. Tapi hanya ada satu dalam hatiku. Apapun yang terjadi, hari ini aku harus bertemu dengannya. Sambil termenung di dalam bus, aku berharap ini bus terakhir untuk sampai di Bekasi Kota.
Tak lama bus sudah memasuki kota Bekasi. Akupun turun dari bus. Aku melihat ke suasana sekitar. Akupun turun seiring dengan penumpang yang lain, aku berjalan melewati kampus Univeritas Islam Empat Lima (UNISMA). Aku melihat ada beberapa tukang ojek. Aku menghampirinya dan menanyakan dimana lokasi Mall Metropolitan (MM). Ternyata masih jauh dari sini, dan aku harus menaiki bus lagi. Tanpa berpikir panjang, akupun menaiki bus kembali.
Sesampainya di Mall Metropolitan, segera ku hubungi Ratih. Ternyata dia sudah on the way menuju Mall ini. Sambil menunggu waktu, aku berjalan-jalan di dalam mall. Mengamati suasana dan melihat barang-barang, seperti sepatu futsal yang di pajang di sebuah toko sport. Belum lama aku melihat-lihat, Ratih sudah menghubungiku. Ternyata dia sudah sampai di mall ini juga. Aku pun bergegas mencari dia. Ku telpon dia sambil ku amati orang-orang di sekitar. Tiba-tiba ada seorang perempuan melambaikan tangan di depanku. Aku yakin itu Ratih. Akupun segera menghampirinya.
“Hei..kamu, Ratih?” tanyaku sambil tersenyum.
Diapun tersenyum. Kami berdua berjabat tangan. Kemudian aku mengajak Ratih berjalan sambil mengobrol. Tak lama, Ratih mengajakku menepi pada sebuah toko baju. Sepertinya dia senang sekali pada baju-baju itu hingga akhirnya dia membelinya.
“Aku suka sekali baju ini..” ujar Ratih seraya keluar dari toko baju itu. Aku tersenyum.
“Kita mau buka puasa dimana nih?” tanyaku.
“Terserah kamu deh..” jawabnya.
“Loh, kan kamu yang tahu tempat disini…” candaku. “Klo aku sih ngikut kamu aja..”
Akhirnya dia mengajakku ke “GOKANA” tempat makan siap saji ala Jepang.
“Emm..Kayaknya waktu buka puasa masih lumayan lama..” kataku. “Gimana kalau kita berkeliling dulu sebentar di mall ini?”
Ratih setuju. Akhirnya kami berdua berkeliling sebentar sambil menunggu waktu berbuka. Kulihat wajah Ratih yang yang sesekali tersenyum. Sejujurnya, aku seperti bermimpi. Hari ini, sekarang, aku sedang berjalan berdua dengan seseorang yang mungkin akan menjadi teman hidupku selamanya. “Ya Tuhan, semoga dialah sesungguhnya belahan jiwaku..amin” ucapku dalam hati.
Sambil berjalan, kuraih tangan Ratih. Ku genggam jemarinya. Dia tersenyum. Genggaman ini sebagai tanda kasih sayangku dan rasanya seperti tidak ingin jauh darinya. Sesekali dia menggigit lengan kiriku dengan giginya. Aku sempat kaget, apa maksudnya. Mungkin itu ungkapan sayang darinya, pikirku dalam hati.
Setelah puas berkeliling, kami berdua kembali ke tempat makan tadi dan berbuka puasa bersama. Sebuah moment yang tak akan terlupakan. Begitu indah bisa duduk berdua dan berbuka puasa dengan perempuan yang aku cintai. “Semoga dia adalah pilihan yang tepat buatku, Ya ALLAH..” doaku dalam hati. Thanks GOD!
Buka puasa bersamapun selesai. Kami meninggalkan tempat makan itu. Waktu sungguh tak terasa. Malam kian menjelang, sedangkan aku harus kembali pulang ke Karawang. Ku ajak Ratih menghentikan langkah sejenak.
“Sepertinya aku gak bisa sampai tengah malam, Honey…” kataku. “Karena aku harus kembali pulang ke Karawang, Sedangkan bus terakhir yang menuju kesana sekitar pukul sembilan..” paparku seraya melihat jam tangan.
“Oh..emm..iya, gak apa-apa..” jawab Ratih sedikit tersenyum.
Aku yakin dia bisa mengerti akan hal itu. Namun dari raut wajahnya terlihat seperti sedikit kecewa, mungkin dia masih ingin lebih lama menghabiskan waktu bersamaku.
Setelah keluar dari mall, kami berdua menaiki kendaraan umum. Ada perasaan sedih ada perasaan senang. Kami berdua kerap bercanda. Sesekali dia menggigit lengan kiriku, seperti pada saat di dalam mall tadi. Aku sempat memberikan sebuah bingkisan kepadanya.
“Oh…iya aku ada sesuatu untuk kamu..” aku mengeluarkannya.
Ratih terlihat penasaran. Kemudian aku memberikan bingkisan itu.
“Apa sih isinya?” tanya dia tambah penasaran.
“Ini didalamnya Mukena..” kataku.
“Oh..ya ampun, makasih ya bingkisannya!” dia tersenyum.
Dia terlihat senang sekali menerima bingkisan dariku dan aku benar-benar menikmati suasana saat itu.
Tak lama dia turun di daerah proyek, sedangkan aku terus di angkutan umum sampai ke terminal Bekasi Timur. Sepertinya berat sekali perpisahan ini. Aku merasa saat ini adalah saat yang sangat berkesan bagiku, bisa bertemu dan mengenal lebih jauh dengan seseorang yang bernama Ratih.
Sesampainya di terminal, aku segera menaiki bus Prima Jasa yang biasa menurunkan penumpang di KM. 57. Karena di Rest Area itulah aku memang harus turun. Ratih sempat SMS kepadaku dan menanyakan apakah aku sudah menaiki bus atau belum. Aku katakan aku sudah berada di dalam bus Prima Jasa.
Suasana bus cukup ramai, namun bayang Ratih seperti terus hinggap di dalam pikiranku. “Terima kasih atas pertemuan ini, Ratih. Semoga pertemuan ini akan menjadi awal yang indah bagi kita dan untuk masa depan kita, amin..” harapku .
Semenjak pertemuan itu, hubunganku dengan Ratih semakin dekat hingga akhirnya dia menjadi kekasihku. Hubungan kami berjalan cukup lama. Sampai suatu ketika kami sempat putus dikarenakan hal yang sepele. Mungkin karena keegoisan kami berdua. Namun semakin lama kami berpisah semakin rindu terasa. Saat-saat itulah yang membuatku berpikir bahwa aku begitu membutuhkan Ratih. Akhirmya aku mengajak Ratih untuk kembali. Dan dia pun menerimanya.
Waktu terus berjalan hingga akhirnya tanggal 27 April 2014, kami berdua memutuskan untuk resmi bertunangan. Aku sempat berpikir apakah ini sebuah mimpi. Dengan berbagai rintangan yang kuhadapi dan hubungan yang terkadang sempat terhenti. Ini bagaikan anugerah dari yang Maha Kuasa. Semoga hubungan kami akan terus berlanjut pada saat yang berbahagia nanti.
Pesanku untuk Ratih, dunia ibarat pusaran kehidupan. Terkadang kita bahagia, namun terkadang kita merasa sedih. Seperti alunan nada-nada dalam sebuah lagu. Tidaklah tercipta keindahan bila hanya satu nada saja. Maka kita harus tetap bersama..dan jadikan aku sebagai teman sejati dalam hidupmu dan biarkan nada-nada kehidupan berirama diantara kita.
END
Profil Penulis
Nah, untuk yang udah penasaran mendingan kita langsung aja simak ke bawah. Oke guys.... Happy reading...
Erick Hidayat |
Hari ini, tanggal 11 Agustus 2012 adalah hari yang akan menjadi sejarah dalam hidupku. Hari yang akan mempertemukan aku dengan belahan jiwaku kelak. Aku akan selalu mengingat hari ini, This day is my day!
Dia adalah seorang perempuan yang terkadang menyapaku dalam ingatan, bahkan disaat lelah menegur, kehadiran dialah yang selalu menjadi kekuatanku. Ratih namanya, aku selalu memanggilnya, “Honey”. Dia seorang perempuan yang tenang, ramah dan cantik.
Aku akan memaparkan beberapa rajutan kenangan bersama dia, ketika pertama kali bertemu dia. Semua keajaiban itu terangkai bagai alunan nada yang bercerita.
Kala itu pagi menjelang, semangatku tak pernah hilang. Bergegas aku menuju terminal Klari Karawang. Jam sembilan pagi sudah terlihat begitu ramai di dalam terminal. Aku mencari-cari bus jurusan Bekasi. Aku sempat kebingungan karena banyak sekali bus-bus yang berlalu lalang. Maklum saja baru kali ini aku melakukan perjalanan menuju Bekasi. Sempat ku hubungi temanku, Fery lewat handphone namun tidak ada balasan. “Gawat…” pikirku dalam hati.
Fery, temanku sering bepergian ke arah Bekasi, pastinya dia sudah hafal rute menuju kesana. Namun apa boleh buat, dia tidak bisa ku hubungi. “Sudahlah..Bismillah..” ucapku dalam hati seraya melangkah. Lagipula tekad ku sudah bulat untuk menemui Honey hari ini. Janji bukan sekedar janji, laki-laki sejati tidak pernah mengingkari janjinya.
Tak lama, di kejauhan aku melihat bus jurusan Bekasi. Dengan langkah yakin aku menaiki bus itu. Begitu masuk, hanya ada penumpang beberapa. Aku duduk sendiri merapat pada jendela bus. Melihat pemandangan diluar yang begitu ramai. Perasaan hatiku sedikit bergemuruh. Akankah aku bertemu dengannya hari ini. Aku sudah membayangkan, apa yang harus aku lakukan setelah bertemu dengannya. Berjuta perasaan dan bayangan simulasi pertemuan yang belum terjadi timbul silih berganti. Namun seiring dengan makin banyaknya penumpang yang naik, aku berusaha menempatkan pikiranku pada kondisi real.
Tak terasa bus sudah semakin jauh melaju hingga memasuki daerah Cikarang. Tiba-tiba handphoneku bergetar. Aku pun mengangkatnya. Ternyata SMS dari temanku, Fery. “Alhamdulillah..” ucapku dalam hati. Dia mengatakan kalau dia baru bangun tidur. “Sorry…” katanya. “ Gue baru bangun tidur” jelasnya. Aku pikir, pantas saja tadi dia tidak membalas dan mengangkat telpon dariku. Kami berduapun saling SMS an. Dia bilang, “Bareng aja berangkat ke Bekasinya”. Aku katakan, sudah telat, karena aku sudah dalam perjalanan menuju Bekasi.
Sempat dua kali aku turun naik dari bus. Cukup melelahkan karena aku sedang berpuasa. Tapi hanya ada satu dalam hatiku. Apapun yang terjadi, hari ini aku harus bertemu dengannya. Sambil termenung di dalam bus, aku berharap ini bus terakhir untuk sampai di Bekasi Kota.
Tak lama bus sudah memasuki kota Bekasi. Akupun turun dari bus. Aku melihat ke suasana sekitar. Akupun turun seiring dengan penumpang yang lain, aku berjalan melewati kampus Univeritas Islam Empat Lima (UNISMA). Aku melihat ada beberapa tukang ojek. Aku menghampirinya dan menanyakan dimana lokasi Mall Metropolitan (MM). Ternyata masih jauh dari sini, dan aku harus menaiki bus lagi. Tanpa berpikir panjang, akupun menaiki bus kembali.
Sesampainya di Mall Metropolitan, segera ku hubungi Ratih. Ternyata dia sudah on the way menuju Mall ini. Sambil menunggu waktu, aku berjalan-jalan di dalam mall. Mengamati suasana dan melihat barang-barang, seperti sepatu futsal yang di pajang di sebuah toko sport. Belum lama aku melihat-lihat, Ratih sudah menghubungiku. Ternyata dia sudah sampai di mall ini juga. Aku pun bergegas mencari dia. Ku telpon dia sambil ku amati orang-orang di sekitar. Tiba-tiba ada seorang perempuan melambaikan tangan di depanku. Aku yakin itu Ratih. Akupun segera menghampirinya.
“Hei..kamu, Ratih?” tanyaku sambil tersenyum.
Diapun tersenyum. Kami berdua berjabat tangan. Kemudian aku mengajak Ratih berjalan sambil mengobrol. Tak lama, Ratih mengajakku menepi pada sebuah toko baju. Sepertinya dia senang sekali pada baju-baju itu hingga akhirnya dia membelinya.
“Aku suka sekali baju ini..” ujar Ratih seraya keluar dari toko baju itu. Aku tersenyum.
“Kita mau buka puasa dimana nih?” tanyaku.
“Terserah kamu deh..” jawabnya.
“Loh, kan kamu yang tahu tempat disini…” candaku. “Klo aku sih ngikut kamu aja..”
Akhirnya dia mengajakku ke “GOKANA” tempat makan siap saji ala Jepang.
“Emm..Kayaknya waktu buka puasa masih lumayan lama..” kataku. “Gimana kalau kita berkeliling dulu sebentar di mall ini?”
Ratih setuju. Akhirnya kami berdua berkeliling sebentar sambil menunggu waktu berbuka. Kulihat wajah Ratih yang yang sesekali tersenyum. Sejujurnya, aku seperti bermimpi. Hari ini, sekarang, aku sedang berjalan berdua dengan seseorang yang mungkin akan menjadi teman hidupku selamanya. “Ya Tuhan, semoga dialah sesungguhnya belahan jiwaku..amin” ucapku dalam hati.
Sambil berjalan, kuraih tangan Ratih. Ku genggam jemarinya. Dia tersenyum. Genggaman ini sebagai tanda kasih sayangku dan rasanya seperti tidak ingin jauh darinya. Sesekali dia menggigit lengan kiriku dengan giginya. Aku sempat kaget, apa maksudnya. Mungkin itu ungkapan sayang darinya, pikirku dalam hati.
Setelah puas berkeliling, kami berdua kembali ke tempat makan tadi dan berbuka puasa bersama. Sebuah moment yang tak akan terlupakan. Begitu indah bisa duduk berdua dan berbuka puasa dengan perempuan yang aku cintai. “Semoga dia adalah pilihan yang tepat buatku, Ya ALLAH..” doaku dalam hati. Thanks GOD!
Buka puasa bersamapun selesai. Kami meninggalkan tempat makan itu. Waktu sungguh tak terasa. Malam kian menjelang, sedangkan aku harus kembali pulang ke Karawang. Ku ajak Ratih menghentikan langkah sejenak.
“Sepertinya aku gak bisa sampai tengah malam, Honey…” kataku. “Karena aku harus kembali pulang ke Karawang, Sedangkan bus terakhir yang menuju kesana sekitar pukul sembilan..” paparku seraya melihat jam tangan.
“Oh..emm..iya, gak apa-apa..” jawab Ratih sedikit tersenyum.
Aku yakin dia bisa mengerti akan hal itu. Namun dari raut wajahnya terlihat seperti sedikit kecewa, mungkin dia masih ingin lebih lama menghabiskan waktu bersamaku.
Setelah keluar dari mall, kami berdua menaiki kendaraan umum. Ada perasaan sedih ada perasaan senang. Kami berdua kerap bercanda. Sesekali dia menggigit lengan kiriku, seperti pada saat di dalam mall tadi. Aku sempat memberikan sebuah bingkisan kepadanya.
“Oh…iya aku ada sesuatu untuk kamu..” aku mengeluarkannya.
Ratih terlihat penasaran. Kemudian aku memberikan bingkisan itu.
“Apa sih isinya?” tanya dia tambah penasaran.
“Ini didalamnya Mukena..” kataku.
“Oh..ya ampun, makasih ya bingkisannya!” dia tersenyum.
Dia terlihat senang sekali menerima bingkisan dariku dan aku benar-benar menikmati suasana saat itu.
Tak lama dia turun di daerah proyek, sedangkan aku terus di angkutan umum sampai ke terminal Bekasi Timur. Sepertinya berat sekali perpisahan ini. Aku merasa saat ini adalah saat yang sangat berkesan bagiku, bisa bertemu dan mengenal lebih jauh dengan seseorang yang bernama Ratih.
Sesampainya di terminal, aku segera menaiki bus Prima Jasa yang biasa menurunkan penumpang di KM. 57. Karena di Rest Area itulah aku memang harus turun. Ratih sempat SMS kepadaku dan menanyakan apakah aku sudah menaiki bus atau belum. Aku katakan aku sudah berada di dalam bus Prima Jasa.
Suasana bus cukup ramai, namun bayang Ratih seperti terus hinggap di dalam pikiranku. “Terima kasih atas pertemuan ini, Ratih. Semoga pertemuan ini akan menjadi awal yang indah bagi kita dan untuk masa depan kita, amin..” harapku .
Semenjak pertemuan itu, hubunganku dengan Ratih semakin dekat hingga akhirnya dia menjadi kekasihku. Hubungan kami berjalan cukup lama. Sampai suatu ketika kami sempat putus dikarenakan hal yang sepele. Mungkin karena keegoisan kami berdua. Namun semakin lama kami berpisah semakin rindu terasa. Saat-saat itulah yang membuatku berpikir bahwa aku begitu membutuhkan Ratih. Akhirmya aku mengajak Ratih untuk kembali. Dan dia pun menerimanya.
Waktu terus berjalan hingga akhirnya tanggal 27 April 2014, kami berdua memutuskan untuk resmi bertunangan. Aku sempat berpikir apakah ini sebuah mimpi. Dengan berbagai rintangan yang kuhadapi dan hubungan yang terkadang sempat terhenti. Ini bagaikan anugerah dari yang Maha Kuasa. Semoga hubungan kami akan terus berlanjut pada saat yang berbahagia nanti.
Pesanku untuk Ratih, dunia ibarat pusaran kehidupan. Terkadang kita bahagia, namun terkadang kita merasa sedih. Seperti alunan nada-nada dalam sebuah lagu. Tidaklah tercipta keindahan bila hanya satu nada saja. Maka kita harus tetap bersama..dan jadikan aku sebagai teman sejati dalam hidupmu dan biarkan nada-nada kehidupan berirama diantara kita.
END
Profil Penulis
- Nama Lengkap : Erick Hidayat
- Pendidikan : S-1 Ekonomi (Universitas Ibn Khaldun Bogor)
- E-Mail : erick_radiohead@yahoo.co.id
- Facebook : Erick Yorke
- Pin BB : 2A905E38
Post a Comment for "Cerpen Pendek “Alunan Nada Bercerita”"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...