Cepen Cinta "You're My Girl" ~ End
Akhirnya cerpen You're My Girl sampe di bab ending. Rencananya sih admin masih mau bikin satu part lagi untuk epiloge, tapi apa daya. Waktu, ide sama sitkon sedang nggak singkron. Hiks hiks hiks. So, untuk saat ini nikmati yang ini aja lah dulu, atau dari sekian banyak reader ada yang tertarik buat bikin epilogenya, dipersilahkan banget kalau gitu. Oh ya, untuk part sebelumnya bisa baca disini ya....
Turun dari bus, Shila melangkah dengan gontai kearah rumahnya. Kebetulan jarak halte dan juga rumah tidak terlalu jauh. Pikirannya sibuk melayang tentang apa yang harus ia lakukan besok saat berhadapan dengan Delon.
Sayang, sepertinya besok itu kelamaan. Shila terlanjur di buat terpaku ketika melihat siapa yang menyambutnya begitu ia melewati pintu pagar.
"Delon?" hanya kalimat itu yang mampu melewati bibirnya. Terlebih ketika ia menyadari kalau pria itu masih mengenakan seragam sekolah.
"Loe dari mana aja? Sekarang udah jam berapa? Kok baru pulang? Bukannya tadi udah duluan? Dan kenapa nomor loe nggak aktif?" seberondong pertanyaan keluar dari mulut Delon. Shila hanya mengernyit salah tingkah.
"Loe sedari tadi nungguin gue?" tanya Shila merasa nggak enak. Secara tadi setelah ngobrol bareng Alfa ia memang tidak langsung pulang. Gadis itu sengaja tetap duduk di dalam bus sampai ke ujung rute baru kemudian balik lagi masih dengan bus yang sama. Sampai sampai supir busnya merasa heran.
"Tentu saja. Loe pikir kenapa gue bisa ada disini sekarang."
"Memangnya kenapa?" tanya Shila.
"Jelas saja karena..." ucapan Delon terhenti, sejenak ia merasa ragu. Sementara Shila masih menatapnya penuh harap. "Karena....Karena gue pengen minta maaf."
Sebelah alis Shila terangkat. "Minta maaf untuk apa?"
"Untuk yang tadi, gue mau minta maaf," kali ini Delon mengucapkannya dengan jelas. Sementara Shila justru malah merasa lemes. Mungkin tebakan Alfa salah, Delon tidak menyukainya. Buktinya pria itu kini minta maaf karena tidak bisa membalas perasaannya.
"Udah gue maafin. Lagian loe nggak salah," Shila angkat bahu. Kemudian dengan santai ia berjalan melewati Delon, membuat pria itu gantian merasa heran.
"Udah, gitu aja?" pertanyaan Delon tak urung membuat langkah Shila berhenti.
"Cuma itu tangepan loe?" tanya Delon lagi, kali ini Shila berbalik.
"Terus gue harus gimana?"
"Loe nggak pengen nanya gimana perasaan gue ke elo?"
Nah, ini kenapa pertanyaan Delon jadi mirip sama saran si Alfa. Lagi pula yang bener saja, masa harus ia yang nanya. Memikirkan itu membuat kepalanya menunduk dan dengan sendirinya mengeleng. Lagi pula kalimat Delon salah redaksi. Harusnya bukan 'nggak pengen nanya' tapi 'nggak pengen tau'. Huuuuu
"Loe serius nggak pengen tau?"
Kali ini Shila mengangkat wajah. Kalimatnya sudah di edit. Tentu saja ia ingin tau, tapiiiii.... ia nggak mau bertanya. Maluuuuu...
"Padahal gue pengen bilang kalau sebenernya gue juga suka sama loe."
Shila yakin ia sedang bermimpi. Namun begitu tatapannya masih tidak mampu ia alihkan dari sosok di hadapannya.
"Gue udah suka sama loe sejak dulu. Gue sendiri nggak tau pastinya kapan, yang gue tau gue beneran suka sama loe."
Shila masih terdiam. Sepertinya ia belum yakin kalau Delon nyata.
"Sebenernya gue pengen jujur sama loe. Tapi gue ragu. Gue takut kalau perasaan gue ternyata cuma sepihak. Gue juga takut, kalau seandainya loe nggak suka sama gue hubungan kita justru malah rengang. Dan parahnya belakangan loe malah deket sama Alfa."
Mendengar nama Alfa di sebut, Shila langsung yakin kalau ini tu beneran. "Kenapa loe nggak suka sama Alfa?"
"Jelas aja gue nggak suka. Cowok mana sih yang akan suka ngeliat cewek yang di sukai deket sama cowok lain," Delon tidak menyadari kalau kalimatnya terdenger ketus. Sebaliknya Shila justru malah tersenyum.
"Loe... cemburu?"
Delon ingin menjawab 'Ya, dia cemburu' namun urung. Terlebih ketika ia melihat kilatan diwajah Shila. Membuat ide lain terlintas di kepalanya. "Yang harusnya itu nggak perlu. Toh akhirnya loe duluan yang ngaku suka sama gue."
Shila cemberut. Tidak menduga akan mendengar kalimat itu sekarang. Dengan kesel ia berbalik, berniat untuk langsung melangkah masuk kedalam rumahnya. Di luar dugaan, tangan Delon terulur. Menahannya untuk tetap di tempat. Secara perlahan pria itu melangkah mendekat, memperpendek jarak di antara mereka.
"Iya, gue cemburu. Tapi gue juga seneng," aku Delon sambil menatap lurus kearah mata Shila yang kini juga sedang menatapnya. "Loe nggak tau aja gimana perasaan gue waktu tau kalau secret admirer gue itu elo. Padalah sebelumnya gue udah merasa kecewa saat melihat reaksi loe yang santai aja ketika tau ada orang lain yang suka sama gue. Karena itu, mulai sekarang..."
Jeda untuk sejenak. "Do you wanna be my girl?"
Shila tidak lantas menjawab. Bukan karena tak ingin tapi karena mendadak lidahnya terasa kelu. Ia masih tak percaya kalau Delon benar benar menyukainya.
Akhrinya setelah menarik nafas dalam dalam, dengan pandangan lurus kearah Delon yang juga kini sedang menatapnya penuh harap, kepalanya mengangguk. Seolah itu belum cukup, sembari melemparkan senyuman mulutnya menjawab. Lirih tapi terdengar pasti.
"Of cours, i do."
Ending.....
Frustasi di bagian ending. Kayaknya harus beneran kursus dulu. Secara dari dulu sampai sekarang nggak berubah rubah, giliran mendekati ending selalu mendadak kehabisan ide. Atau bagian ending nggak maksimal. Namun begitu, yah paling nggak nasipnya sudah lebih mujur dari pada terbengkalai. Bener nggak sih?
Akhir kata, sampai ketemu dengan cerpen cerpen lainnya..
Detail Cerbung
Cerpen you re my girl |
Turun dari bus, Shila melangkah dengan gontai kearah rumahnya. Kebetulan jarak halte dan juga rumah tidak terlalu jauh. Pikirannya sibuk melayang tentang apa yang harus ia lakukan besok saat berhadapan dengan Delon.
Sayang, sepertinya besok itu kelamaan. Shila terlanjur di buat terpaku ketika melihat siapa yang menyambutnya begitu ia melewati pintu pagar.
"Delon?" hanya kalimat itu yang mampu melewati bibirnya. Terlebih ketika ia menyadari kalau pria itu masih mengenakan seragam sekolah.
"Loe dari mana aja? Sekarang udah jam berapa? Kok baru pulang? Bukannya tadi udah duluan? Dan kenapa nomor loe nggak aktif?" seberondong pertanyaan keluar dari mulut Delon. Shila hanya mengernyit salah tingkah.
"Loe sedari tadi nungguin gue?" tanya Shila merasa nggak enak. Secara tadi setelah ngobrol bareng Alfa ia memang tidak langsung pulang. Gadis itu sengaja tetap duduk di dalam bus sampai ke ujung rute baru kemudian balik lagi masih dengan bus yang sama. Sampai sampai supir busnya merasa heran.
"Tentu saja. Loe pikir kenapa gue bisa ada disini sekarang."
"Memangnya kenapa?" tanya Shila.
"Jelas saja karena..." ucapan Delon terhenti, sejenak ia merasa ragu. Sementara Shila masih menatapnya penuh harap. "Karena....Karena gue pengen minta maaf."
Sebelah alis Shila terangkat. "Minta maaf untuk apa?"
"Untuk yang tadi, gue mau minta maaf," kali ini Delon mengucapkannya dengan jelas. Sementara Shila justru malah merasa lemes. Mungkin tebakan Alfa salah, Delon tidak menyukainya. Buktinya pria itu kini minta maaf karena tidak bisa membalas perasaannya.
"Udah gue maafin. Lagian loe nggak salah," Shila angkat bahu. Kemudian dengan santai ia berjalan melewati Delon, membuat pria itu gantian merasa heran.
"Udah, gitu aja?" pertanyaan Delon tak urung membuat langkah Shila berhenti.
"Cuma itu tangepan loe?" tanya Delon lagi, kali ini Shila berbalik.
"Terus gue harus gimana?"
"Loe nggak pengen nanya gimana perasaan gue ke elo?"
Nah, ini kenapa pertanyaan Delon jadi mirip sama saran si Alfa. Lagi pula yang bener saja, masa harus ia yang nanya. Memikirkan itu membuat kepalanya menunduk dan dengan sendirinya mengeleng. Lagi pula kalimat Delon salah redaksi. Harusnya bukan 'nggak pengen nanya' tapi 'nggak pengen tau'. Huuuuu
"Loe serius nggak pengen tau?"
Kali ini Shila mengangkat wajah. Kalimatnya sudah di edit. Tentu saja ia ingin tau, tapiiiii.... ia nggak mau bertanya. Maluuuuu...
"Padahal gue pengen bilang kalau sebenernya gue juga suka sama loe."
Shila yakin ia sedang bermimpi. Namun begitu tatapannya masih tidak mampu ia alihkan dari sosok di hadapannya.
"Gue udah suka sama loe sejak dulu. Gue sendiri nggak tau pastinya kapan, yang gue tau gue beneran suka sama loe."
Shila masih terdiam. Sepertinya ia belum yakin kalau Delon nyata.
"Sebenernya gue pengen jujur sama loe. Tapi gue ragu. Gue takut kalau perasaan gue ternyata cuma sepihak. Gue juga takut, kalau seandainya loe nggak suka sama gue hubungan kita justru malah rengang. Dan parahnya belakangan loe malah deket sama Alfa."
Mendengar nama Alfa di sebut, Shila langsung yakin kalau ini tu beneran. "Kenapa loe nggak suka sama Alfa?"
"Jelas aja gue nggak suka. Cowok mana sih yang akan suka ngeliat cewek yang di sukai deket sama cowok lain," Delon tidak menyadari kalau kalimatnya terdenger ketus. Sebaliknya Shila justru malah tersenyum.
"Loe... cemburu?"
Delon ingin menjawab 'Ya, dia cemburu' namun urung. Terlebih ketika ia melihat kilatan diwajah Shila. Membuat ide lain terlintas di kepalanya. "Yang harusnya itu nggak perlu. Toh akhirnya loe duluan yang ngaku suka sama gue."
Shila cemberut. Tidak menduga akan mendengar kalimat itu sekarang. Dengan kesel ia berbalik, berniat untuk langsung melangkah masuk kedalam rumahnya. Di luar dugaan, tangan Delon terulur. Menahannya untuk tetap di tempat. Secara perlahan pria itu melangkah mendekat, memperpendek jarak di antara mereka.
"Iya, gue cemburu. Tapi gue juga seneng," aku Delon sambil menatap lurus kearah mata Shila yang kini juga sedang menatapnya. "Loe nggak tau aja gimana perasaan gue waktu tau kalau secret admirer gue itu elo. Padalah sebelumnya gue udah merasa kecewa saat melihat reaksi loe yang santai aja ketika tau ada orang lain yang suka sama gue. Karena itu, mulai sekarang..."
Jeda untuk sejenak. "Do you wanna be my girl?"
Shila tidak lantas menjawab. Bukan karena tak ingin tapi karena mendadak lidahnya terasa kelu. Ia masih tak percaya kalau Delon benar benar menyukainya.
Akhrinya setelah menarik nafas dalam dalam, dengan pandangan lurus kearah Delon yang juga kini sedang menatapnya penuh harap, kepalanya mengangguk. Seolah itu belum cukup, sembari melemparkan senyuman mulutnya menjawab. Lirih tapi terdengar pasti.
"Of cours, i do."
Ending.....
Frustasi di bagian ending. Kayaknya harus beneran kursus dulu. Secara dari dulu sampai sekarang nggak berubah rubah, giliran mendekati ending selalu mendadak kehabisan ide. Atau bagian ending nggak maksimal. Namun begitu, yah paling nggak nasipnya sudah lebih mujur dari pada terbengkalai. Bener nggak sih?
Akhir kata, sampai ketemu dengan cerpen cerpen lainnya..
Detail Cerbung
- Judul : You're My Girl
- Penulis : Ana Merya
- Twitter : @ana_merya
- Status : Complete
- Genre : Remaja
- Panjang Cerita : 718 Words
Post a Comment for "Cepen Cinta "You're My Girl" ~ End"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...