Cepen Cinta "You're My Girl" ~ Epilog
Guys, admin muncul tengelam nih dari dunia penulisan. Nah inget cerpen You're my girl karya admin sebelumnya? Seperti yang admin bilang harusnya tu cerpen ada epilognya. Berhubung waktu dan kesempatan nulis nggak mendukung, ide juga perlahan mengabur, so admin belum jadi nulis. Cuma, ada nih reader yang tertarik bikin epilognya. Berikut ceritanya simak langsung ke bawah ya. Cerpen you're my girl epiloge ini di tulis oleh @AeSung8 di twitter yang tentu saja dengan pengubahan dari admin seperlunya. Happy reading.... Jangan lupa RCL ya....
Suasana kelas siang ini sangat ramai oleh hiruk pikuk penghuni kelas II IPS yang mendadak heboh ngerubungin sang juara kelas yang baru. Bagaimana tidak, sang pemegang ranking terakhir dikelas mereka tiba-tiba jadi pemegang ranking pertama dikelas itu. Entah keberuntungan atau memang kebeneran. Hanya sang ranking pertama yang tahu. Yap, si ranking pertama adalah Shila.
“Shil, buruan ucapin permintaan lo..!” perintah Vivin pada Shila. Sedangkan yang diperintah masih tetep diem, tidak tahu sedang berpikir atau malah asik melamun.
“Emmmm... apa ya?” ucap Shila.
Delon yang sedari tadi duduk disamping Shila hanya menatap gadis itu sembari mengipas – kipasin wajah karena panas. Gimana gak panas coba, semua anak dikelas pada ngerubungin tempat duduknya dan Shila. Dan satu lagi, ini juga siang hari, makanya udah panas makin tambah panas.
“Aduh... loe lama amat sih Shil mikirnya. Heran gue, gimana bisa lo jadi juara kelas,” ucap Grasia dengan nada pernyataan tapi lebih mirip sama pertanyaan.
“Iya nih Shil, jadi nggak loe bikin Delon pamer ABS. Nggak sabar nih kita,” sambung Alya yang langsung mendapat pelototan tajam dari Delon. Bukannya takut, gadis itu malah tertawa. Di ikuti dengan ledekan koor seisi kelas.
“Kenapa Al? Loe udah kebelet pengen liat ya?” tanya Shila dengan raut wajah di serius – seriusin walau kenyataannya ia berusaha untuk menahan tawa. Akibat pertanyaannya barusan, gantian ia yang mendapat tatapan tajam dari Delon. Alya sendiri malah tersipu.
“Nggak cuma gue kali. Yang lainnya juga pasti,” elak Alya.
“Masa sih?” Shila menyiptikan matanya sembari pasang pose berpikir. “Coba, yang setuju Delon pamer ABS angkat tangannya,” sambung gadis itu.
Awalnya dengan malu malu, Alya angkat tangan. Kemuidan diikuti oleh Gresia and the genk. Ujung ujungnya seisi kelas angkat tangan semua sembari ketawa ketiwi. Tak dipungkiri hal itu tak urung membuat nyali Delon sedikit menciut.
“Loe nggak serius kan Shil?” bisik Delon lirih. Memastikan kalau ucapannya hanya di dengar oleh Shila. Gadis itu sendiri hanya melirik sekilas kearah sahabat sekaligus pacar barunya.
“Oke, gue sih setuju aja…” ucapan Shila kali ini beneran membuat Delon menatapnya tak percaya. Mendadak ragu kalau gadis sadis yang ada disampingnya adalah kekasihnya sendiri. Di dunia sebelah mana sih ada pacar yang mau maunya mempermalukan pacarnya sendiri di depan orang orang? Namun belum sempat mulutnya terbuka untuk protes, gadis itu sudah terlebih dahulu menambahkan.
“Tapi gue takut ntar guenya kena masalah. Di panggil guru karena melanggar undang – undang pornografi dan porno aksi. So, nggak jadi ya. Ha ha ha,” sahut Shila di tutup tawa.
“Yeee.. Bilang aja kalo loe nggak mau pacar loe di permaluin seisi sekolah.”
Tatapan seisi kelas menoleh kearah pintu. Kaget karena tau tau Alfa udah nongol disana. Bahkan dengan santainya pria itu ikutan masuk kekelas. Ikutan membaur bersama.
“Delon jadian sama Shila? Kok gue nggak tau?” sela Gresia.
“Gue juga enggak. Loe tau dari mana Al?” Vivin menatap penuh selidik kearah Alfa. Sementara dua orang tersangka utama masih tutup mulut.
“Tau nih si Alfa. Sotoy…” bantah Shila. Bukannya ia tidak mau mengakui kalau Delon pacarnya, tapi saat ini sitkonnya sedang tidak mendukung. Ceritanya dia kan mau ngerjain kekasihnya, tapi kalau gini ceritanya bisa bisa dia ikutan di ledekin seisi kelas. Dan lagi, Alfa apa banget sih. Yang temen deketnya kan dia, kok malah kesannya jadi penghianat gitu.
“Yee, masih ngeles. Gue emang tau kali. Kalau nggak percaya kita tanya Delon deh. Bener nggak ucapan gue barusan. Delon, loe udah ngaku ke Shila kalau loe suka sama dia kan? ”
Gantian seisi kelas menatap kearah Delon. Termasuk Shila juga. Walau mulutnya tetutup rapat, tapi dari tatapannya jelas ia berharap kekasihnya mau menutupi wakta tersebut. Setidaknya tidak sekarang.
Setelah sedikit terdiam untuk waktu yang sedikit lebih lama, Delon bangkit. Memberikan senyum manis kearah Shila. Senyum manis yang justru malah terasa menyeramkan bagi gadis itu. “Alfa, gue nggak nyangka kalau loe beneran cowok tulen. Masa demen ngegosip sih.”
Kalimat Delon barusan tak urung membuat Shila merasa lega. Untung pacarnya pengertian. Hal itu tak urung membuat Shila ikut tersenyum. Tapi hanya bertahan tiga detik. Karena lanjutan kalimatnya beneran membuat Shila ingin menjitak kepalanya.
“Walau nggak seratus persen salah. Gue sama Shila emang udah jadian. Soalnya dia udah ngaku duluan kalau dia suka sama gue.”
Shila melongo. Tidak percaya Delon akan membocorkan rahasianya.
“Jadi Shila duluan yang ngaku suka sama loe? Masa sih? Beneran Shila?” Gresia tampak tak percaya. Delon hanya mengangguk sambil angkat bahu. Senyum puas tergambar di wajahnya. Shila sendiri hanya terdiam dengan wajah yang sudah semerah tomat. Tanpa menjawab gadis itu berdiri, bersiap untuk berlalu. Sayangnya tangan Delon lebih cepat bergerak menyambar tangan Shila, baru mengengamnya erat.
“Tapi gue nggak keberatan sih. Toh kenyatannya gue juga suka sama dia. Sukaaaaaa banget. Sejak dulu malah.”
Pengakuan Delon barusan sama sekali tidak membantu. Ucapan cie cie yang terlontar malah membuat Shila makin malu.
“Ya udah, kalau gitu gimana kalau permintaan Shila yang pertama adalah minta Delon buat traktir kita semua,” Agung, yang sedari tadi diem ikutan nimbrung. Usulnya barusan tentu saja langsung di sambut dengan anggukan dan sorakan setuju dari semua. Secara kapan lagi makan gratis.
“Yehh.. itu sih enak dikalian gak enak digue,” cibir Delon sedikit sewot.
“Yaa kan elo kalah Delon, jadi lo emang harus nurutin kemauan Shila kan. Iya kan Shil?” kata Rian kearah Shila yang masih terdiam di tempat. Niatnya untuk kabur gagal sudah karena walau sedari tadi ia berusaha, gengaman Delon masih erat ditangannya.
“Oke, baiklah. Gue setuju. Asal Shila yang minta,” kata Delon sambil menatap kearah Shila. Otomatis pandangan semua orang yang kumpul mengarah ke Shila sambil pasang tampang melas.
“Ayo donk Shil. Setuju ya. Setuju donk.”
Shila yang merasa masih gondok kareng ulah Delon barusan, tetap diam. Matanya menatap kearah tangan Delon yang masih mengengam tangannya. Baru kemudian tatapan itu beralih kearah mata sang pemiliknya. Saat mata mereka beradu, Shila menyadari kalau rasa marahnya langsung menguap. Sepertinya ia harus mengakui kalau ia tidak akan pernah bisa marah lama dengan pria itu. Secara perlahan, Shila mengangguk.
“Baiklah, gue juga setuju. Permintaan yang ke tiga, gue mau Delon traktir kita makan sekelas.”
“Gue gimana?” tanya Alfa.
Walau masih kesel karena merasa dihianati tak urung Shila mengangguk juga. “Iya, loe juga. Puas?” jawab Shila sambil ngelirik Alfa. Alfa hanya nyengir polos.
“Itu kan permintaan ketiga, kalau kedua dan satunya apa?” tanya Ingrid sambil menatap kearah Shila.
Shila tersenyum sambil menggeleng. “Rahasia.”
“Jangan – jangan bener lagi kalau loe minta dikawini?” ledek Kevin yang langsung disesailnya begitu mendengar kalimat lanjutan dari Shila.
“Atau permintaan keduanya gue minta Delon buat ngebatalin traktirannya aja. Gimana?”
“SETUJU!” Delon langsung nyablak. Sementara sisi kelas tentu saja menolak dengan keras. Alhasil, jitakan mendarat di kepala Kevin lengkap dengan kalimat kalimat tidak lulus sensornya.
“Tenang Shil. Kevin kita amankan. Sekalian, permintaan pertama dan kedua loe masih belum terpake. Yang penting Delon jadi traktir kita. Ayooo,” kata Rian dengan bijaknya. Shila hanya tersenyum puas.
“Shil, tapi ngomong nomong kok loe manggil Delon loe-gue gitu. Panggilan sayangnya mana?” gantian Vivin yang mendapatkan tatapan tajam dari seisi kelas. Sungguh, ini bukan waktu yang tepat untuk memancing kesabaran Shila kalau tak ingin traktirannya dibatalkan.
“Gue tarik ucapan gue barusan. Mau manggilnya loe - gue, kakek nenek juga terserah. Asal jangan almarhum dan almarhumah aja udah lah” Vivin cepat cepat manarik ucapannya. “So gimana kalau sekarang kita langsung cus makan di cafe baru yang disamping sekolah? Cafe Rainbow kalo gak salah. Enak tuh makanannya
“Setuju..” sambung anak-anak yang lain kompak. “ yuk cabut.. udah laper gue.” Kata vivid. Semua anak-anak pada langsung ngacir keluar kelas, Cuma tinggal Delon sama Shila.
“Terus, gimana sama permintaan pertama dan keduanya?” tanya Delon.
“Hehe.. itu gimana nanti gue masih bingung,” Shila sambil nyengir.
”Oke, sekarang gimana kalo kita susul anak-anak yang lain,” usul Delon.
“Ayo,” ajak Shila. Mereka langsung melesat menyusul anak-anak yang udah pada nggak keliatan sambil tersenyum…..
Ending
Biodata Penulis
Cerpen You're My Girl |
Suasana kelas siang ini sangat ramai oleh hiruk pikuk penghuni kelas II IPS yang mendadak heboh ngerubungin sang juara kelas yang baru. Bagaimana tidak, sang pemegang ranking terakhir dikelas mereka tiba-tiba jadi pemegang ranking pertama dikelas itu. Entah keberuntungan atau memang kebeneran. Hanya sang ranking pertama yang tahu. Yap, si ranking pertama adalah Shila.
“Shil, buruan ucapin permintaan lo..!” perintah Vivin pada Shila. Sedangkan yang diperintah masih tetep diem, tidak tahu sedang berpikir atau malah asik melamun.
“Emmmm... apa ya?” ucap Shila.
Delon yang sedari tadi duduk disamping Shila hanya menatap gadis itu sembari mengipas – kipasin wajah karena panas. Gimana gak panas coba, semua anak dikelas pada ngerubungin tempat duduknya dan Shila. Dan satu lagi, ini juga siang hari, makanya udah panas makin tambah panas.
“Aduh... loe lama amat sih Shil mikirnya. Heran gue, gimana bisa lo jadi juara kelas,” ucap Grasia dengan nada pernyataan tapi lebih mirip sama pertanyaan.
“Iya nih Shil, jadi nggak loe bikin Delon pamer ABS. Nggak sabar nih kita,” sambung Alya yang langsung mendapat pelototan tajam dari Delon. Bukannya takut, gadis itu malah tertawa. Di ikuti dengan ledekan koor seisi kelas.
“Kenapa Al? Loe udah kebelet pengen liat ya?” tanya Shila dengan raut wajah di serius – seriusin walau kenyataannya ia berusaha untuk menahan tawa. Akibat pertanyaannya barusan, gantian ia yang mendapat tatapan tajam dari Delon. Alya sendiri malah tersipu.
“Nggak cuma gue kali. Yang lainnya juga pasti,” elak Alya.
“Masa sih?” Shila menyiptikan matanya sembari pasang pose berpikir. “Coba, yang setuju Delon pamer ABS angkat tangannya,” sambung gadis itu.
Awalnya dengan malu malu, Alya angkat tangan. Kemuidan diikuti oleh Gresia and the genk. Ujung ujungnya seisi kelas angkat tangan semua sembari ketawa ketiwi. Tak dipungkiri hal itu tak urung membuat nyali Delon sedikit menciut.
“Loe nggak serius kan Shil?” bisik Delon lirih. Memastikan kalau ucapannya hanya di dengar oleh Shila. Gadis itu sendiri hanya melirik sekilas kearah sahabat sekaligus pacar barunya.
“Oke, gue sih setuju aja…” ucapan Shila kali ini beneran membuat Delon menatapnya tak percaya. Mendadak ragu kalau gadis sadis yang ada disampingnya adalah kekasihnya sendiri. Di dunia sebelah mana sih ada pacar yang mau maunya mempermalukan pacarnya sendiri di depan orang orang? Namun belum sempat mulutnya terbuka untuk protes, gadis itu sudah terlebih dahulu menambahkan.
“Tapi gue takut ntar guenya kena masalah. Di panggil guru karena melanggar undang – undang pornografi dan porno aksi. So, nggak jadi ya. Ha ha ha,” sahut Shila di tutup tawa.
“Yeee.. Bilang aja kalo loe nggak mau pacar loe di permaluin seisi sekolah.”
Tatapan seisi kelas menoleh kearah pintu. Kaget karena tau tau Alfa udah nongol disana. Bahkan dengan santainya pria itu ikutan masuk kekelas. Ikutan membaur bersama.
“Delon jadian sama Shila? Kok gue nggak tau?” sela Gresia.
“Gue juga enggak. Loe tau dari mana Al?” Vivin menatap penuh selidik kearah Alfa. Sementara dua orang tersangka utama masih tutup mulut.
“Tau nih si Alfa. Sotoy…” bantah Shila. Bukannya ia tidak mau mengakui kalau Delon pacarnya, tapi saat ini sitkonnya sedang tidak mendukung. Ceritanya dia kan mau ngerjain kekasihnya, tapi kalau gini ceritanya bisa bisa dia ikutan di ledekin seisi kelas. Dan lagi, Alfa apa banget sih. Yang temen deketnya kan dia, kok malah kesannya jadi penghianat gitu.
“Yee, masih ngeles. Gue emang tau kali. Kalau nggak percaya kita tanya Delon deh. Bener nggak ucapan gue barusan. Delon, loe udah ngaku ke Shila kalau loe suka sama dia kan? ”
Gantian seisi kelas menatap kearah Delon. Termasuk Shila juga. Walau mulutnya tetutup rapat, tapi dari tatapannya jelas ia berharap kekasihnya mau menutupi wakta tersebut. Setidaknya tidak sekarang.
Setelah sedikit terdiam untuk waktu yang sedikit lebih lama, Delon bangkit. Memberikan senyum manis kearah Shila. Senyum manis yang justru malah terasa menyeramkan bagi gadis itu. “Alfa, gue nggak nyangka kalau loe beneran cowok tulen. Masa demen ngegosip sih.”
Kalimat Delon barusan tak urung membuat Shila merasa lega. Untung pacarnya pengertian. Hal itu tak urung membuat Shila ikut tersenyum. Tapi hanya bertahan tiga detik. Karena lanjutan kalimatnya beneran membuat Shila ingin menjitak kepalanya.
“Walau nggak seratus persen salah. Gue sama Shila emang udah jadian. Soalnya dia udah ngaku duluan kalau dia suka sama gue.”
Shila melongo. Tidak percaya Delon akan membocorkan rahasianya.
“Jadi Shila duluan yang ngaku suka sama loe? Masa sih? Beneran Shila?” Gresia tampak tak percaya. Delon hanya mengangguk sambil angkat bahu. Senyum puas tergambar di wajahnya. Shila sendiri hanya terdiam dengan wajah yang sudah semerah tomat. Tanpa menjawab gadis itu berdiri, bersiap untuk berlalu. Sayangnya tangan Delon lebih cepat bergerak menyambar tangan Shila, baru mengengamnya erat.
“Tapi gue nggak keberatan sih. Toh kenyatannya gue juga suka sama dia. Sukaaaaaa banget. Sejak dulu malah.”
Pengakuan Delon barusan sama sekali tidak membantu. Ucapan cie cie yang terlontar malah membuat Shila makin malu.
“Ya udah, kalau gitu gimana kalau permintaan Shila yang pertama adalah minta Delon buat traktir kita semua,” Agung, yang sedari tadi diem ikutan nimbrung. Usulnya barusan tentu saja langsung di sambut dengan anggukan dan sorakan setuju dari semua. Secara kapan lagi makan gratis.
“Yehh.. itu sih enak dikalian gak enak digue,” cibir Delon sedikit sewot.
“Yaa kan elo kalah Delon, jadi lo emang harus nurutin kemauan Shila kan. Iya kan Shil?” kata Rian kearah Shila yang masih terdiam di tempat. Niatnya untuk kabur gagal sudah karena walau sedari tadi ia berusaha, gengaman Delon masih erat ditangannya.
“Oke, baiklah. Gue setuju. Asal Shila yang minta,” kata Delon sambil menatap kearah Shila. Otomatis pandangan semua orang yang kumpul mengarah ke Shila sambil pasang tampang melas.
“Ayo donk Shil. Setuju ya. Setuju donk.”
Shila yang merasa masih gondok kareng ulah Delon barusan, tetap diam. Matanya menatap kearah tangan Delon yang masih mengengam tangannya. Baru kemudian tatapan itu beralih kearah mata sang pemiliknya. Saat mata mereka beradu, Shila menyadari kalau rasa marahnya langsung menguap. Sepertinya ia harus mengakui kalau ia tidak akan pernah bisa marah lama dengan pria itu. Secara perlahan, Shila mengangguk.
“Baiklah, gue juga setuju. Permintaan yang ke tiga, gue mau Delon traktir kita makan sekelas.”
“Gue gimana?” tanya Alfa.
Walau masih kesel karena merasa dihianati tak urung Shila mengangguk juga. “Iya, loe juga. Puas?” jawab Shila sambil ngelirik Alfa. Alfa hanya nyengir polos.
“Itu kan permintaan ketiga, kalau kedua dan satunya apa?” tanya Ingrid sambil menatap kearah Shila.
Shila tersenyum sambil menggeleng. “Rahasia.”
“Jangan – jangan bener lagi kalau loe minta dikawini?” ledek Kevin yang langsung disesailnya begitu mendengar kalimat lanjutan dari Shila.
“Atau permintaan keduanya gue minta Delon buat ngebatalin traktirannya aja. Gimana?”
“SETUJU!” Delon langsung nyablak. Sementara sisi kelas tentu saja menolak dengan keras. Alhasil, jitakan mendarat di kepala Kevin lengkap dengan kalimat kalimat tidak lulus sensornya.
“Tenang Shil. Kevin kita amankan. Sekalian, permintaan pertama dan kedua loe masih belum terpake. Yang penting Delon jadi traktir kita. Ayooo,” kata Rian dengan bijaknya. Shila hanya tersenyum puas.
“Shil, tapi ngomong nomong kok loe manggil Delon loe-gue gitu. Panggilan sayangnya mana?” gantian Vivin yang mendapatkan tatapan tajam dari seisi kelas. Sungguh, ini bukan waktu yang tepat untuk memancing kesabaran Shila kalau tak ingin traktirannya dibatalkan.
“Gue tarik ucapan gue barusan. Mau manggilnya loe - gue, kakek nenek juga terserah. Asal jangan almarhum dan almarhumah aja udah lah” Vivin cepat cepat manarik ucapannya. “So gimana kalau sekarang kita langsung cus makan di cafe baru yang disamping sekolah? Cafe Rainbow kalo gak salah. Enak tuh makanannya
“Setuju..” sambung anak-anak yang lain kompak. “ yuk cabut.. udah laper gue.” Kata vivid. Semua anak-anak pada langsung ngacir keluar kelas, Cuma tinggal Delon sama Shila.
“Terus, gimana sama permintaan pertama dan keduanya?” tanya Delon.
“Hehe.. itu gimana nanti gue masih bingung,” Shila sambil nyengir.
”Oke, sekarang gimana kalo kita susul anak-anak yang lain,” usul Delon.
“Ayo,” ajak Shila. Mereka langsung melesat menyusul anak-anak yang udah pada nggak keliatan sambil tersenyum…..
Ending
Biodata Penulis
- Judul Cerpen : You're my girl
- Penulis asli : Ana Merya
- Penulis squel : @AeSung8
- Editor : Ana Merya
- Status : Epilog
- Panjang : 1. 274 Words
Post a Comment for "Cepen Cinta "You're My Girl" ~ Epilog"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...