Cerpen Terbaru "Lekas Tanpa Batas" ~ Part 01/02
Yuhuuu, udah ganti tahun lagi aja ya. Dan masih juga nggak update. Tahun 2018, updatean malah bisa di hitung jari. Tau deh, kenapa jadi nggak produktif gini. Bahkan kemunculan kali ini juga karena dapat kiriman cerpen dari salah satu reader. Tepatnya cerpen Lekas Tanpa Batas. Yang penasaran bisa simak langsung ke bawah. Happy reading....
Pagi selalu datang dengan segala kemampuannya membuat semua keajaiban, tawa juga duka. Begitu juga dengan malam, yang datang dengan ketenangannya untuk menghargai para pekerja keras. Bulan yang tak pernah kesepian meski bumi tak pernah menghiraukannya, ada bintang untuknya. Bulan juga tahu, bumi tak akan pernah menghianati matahari untuk berhenti mengitarinya. Langit juga tak pernah marah, meski mendung menutupinya atau jika ia menurunkan hujan yang tak pernah mendatangkan pelangi. Mereka berhak memilih apapun meski tak selamanya terlihat mudah, tapi mungkin itu yang terbaik.
Angin menerpa lembut tubuh kecil seorang gadis yang ringan, tapi tak menerbangkan. Barisan rumput yang tersusun rapi di sudut taman membuat yang menginjaknya merasa sayang. Bunga juga demikian membuat mata terasa takjub tapi tak sampai hati memetiknya hanya untuk dimainkan. Kalian tahu, hidup seperti itu terlalu sempurna dalam semua bahagia yang melalaikan. Tak pernah tersentuh suara, tanpa melihat cahaya dan berlari ketempatmanapun yang kalian suka. Apa kalian bisa? Semua sudah teratur dalam ikatan takdir, tapi Tuhan selalu adil. Tak ada produk Tuhan yang gagal hanya pemikiran yang merubah kita menjadi berbeda. Cara pandang juga berbeda tergantung dari mana kita melihat karena kita diberi indra yang sempurna oleh-Nya untuk menilai.
Lula yang kala itu duduk termenung di bawah pohon rindang taman dekat rumahnya, tersentak dari lamunan yang buyar saat seseorang menepuk pundaknya. Lula, gadis remaja yang terlahir dalam ketidaksempurnaan fisiknya. Sejak berumur satu tahun dokter memvonisnya terkena gangguan pendengaran kategori berat sehingga ia tidak dapat mendengar meski menggunakan alat bantu pendengaran. Sejak kecil orang tuanya berusaha keras agar Lula dapat disembuhkan tetapi semua nihil.
"Hai, Kok duduk di sini sendiri? Udaranya dingin entar kamu sakit lagi," ujar seseorang sembari terus menggerakan tangannya membentuk isyarat yang dimaksudnya kepada Lula.
Lula diam hanya senyum tipis yang menjawabnya. Lula tahu orang itu adalah Surya, teman baiknya sejak kecil. Surya juga sama sepertinya, hanya saja ia bisa mendengar. Surya menderita kelainan pada kakinya sejak kecil yang menyebabkannya kesulitan bergerak. Sejak kecil Surya menderita CerebralPalsy.
“Eh, Rendra kemana? Nggak biasanya dia telat kemaris," sambung Surya lagi.
Rendra adalah sahabat mereka sejak masuk di smp umum tiga tahun lalu. Mereka mengikuti sekolah umum? Ya mereka bertiga bersekolah di sekolah umum, atas dorongan dan saran dari guru mereka semasa di SDLB masing- masing. Mereka termasuk golongan anak- anak cerdas yang menurut guru mereka, mereka mampu mengikuti pembelajaran dengan baik di sekolah umum. Rendra misalnya, seorang penyandang tuna netra yang memiliki hafalan sangat baik, ia mampu merekam semua materi pembelajaran yang didengar di otaknya dengan fasih, dan dia mahir bernyanyi. Surya seorang penyandang cerebralpalsy, yang pandai matematika dan ilmu fisika juga sangat percaya diri dalam hal pergaulan, serta mahir bermain gitar. Lula gadis cantik penyandang tuli ini pandai dalam bidang bahasa. Ia telah banyak mengirimkan puisinya di berbagai media massa. Ia juga terkenal sebagai pujangga di sekolahnya terdahulu.
"Entahlah, mungkin dia sedang duduk sambil menghafal bahasa baru di wc rumahnya," kata Lula sambil tertawa. Meski tak jelas, namun Surya mengerti apa yang dimaksud oleh Lula karena terbiasa.
"Atau mungkin dia lagi ngumpet di kolong meja ngabisin kue pesanan langganan ibunya."
Mereka larut dalam tawa, ya setidaknya Lula bisa sedikit bernafas lega dari tekanan di sekitarnya. Setelah itu semua kembali hening.
Lekas Tanpa Batas |
Pagi selalu datang dengan segala kemampuannya membuat semua keajaiban, tawa juga duka. Begitu juga dengan malam, yang datang dengan ketenangannya untuk menghargai para pekerja keras. Bulan yang tak pernah kesepian meski bumi tak pernah menghiraukannya, ada bintang untuknya. Bulan juga tahu, bumi tak akan pernah menghianati matahari untuk berhenti mengitarinya. Langit juga tak pernah marah, meski mendung menutupinya atau jika ia menurunkan hujan yang tak pernah mendatangkan pelangi. Mereka berhak memilih apapun meski tak selamanya terlihat mudah, tapi mungkin itu yang terbaik.
Angin menerpa lembut tubuh kecil seorang gadis yang ringan, tapi tak menerbangkan. Barisan rumput yang tersusun rapi di sudut taman membuat yang menginjaknya merasa sayang. Bunga juga demikian membuat mata terasa takjub tapi tak sampai hati memetiknya hanya untuk dimainkan. Kalian tahu, hidup seperti itu terlalu sempurna dalam semua bahagia yang melalaikan. Tak pernah tersentuh suara, tanpa melihat cahaya dan berlari ketempatmanapun yang kalian suka. Apa kalian bisa? Semua sudah teratur dalam ikatan takdir, tapi Tuhan selalu adil. Tak ada produk Tuhan yang gagal hanya pemikiran yang merubah kita menjadi berbeda. Cara pandang juga berbeda tergantung dari mana kita melihat karena kita diberi indra yang sempurna oleh-Nya untuk menilai.
Lula yang kala itu duduk termenung di bawah pohon rindang taman dekat rumahnya, tersentak dari lamunan yang buyar saat seseorang menepuk pundaknya. Lula, gadis remaja yang terlahir dalam ketidaksempurnaan fisiknya. Sejak berumur satu tahun dokter memvonisnya terkena gangguan pendengaran kategori berat sehingga ia tidak dapat mendengar meski menggunakan alat bantu pendengaran. Sejak kecil orang tuanya berusaha keras agar Lula dapat disembuhkan tetapi semua nihil.
"Hai, Kok duduk di sini sendiri? Udaranya dingin entar kamu sakit lagi," ujar seseorang sembari terus menggerakan tangannya membentuk isyarat yang dimaksudnya kepada Lula.
Lula diam hanya senyum tipis yang menjawabnya. Lula tahu orang itu adalah Surya, teman baiknya sejak kecil. Surya juga sama sepertinya, hanya saja ia bisa mendengar. Surya menderita kelainan pada kakinya sejak kecil yang menyebabkannya kesulitan bergerak. Sejak kecil Surya menderita CerebralPalsy.
“Eh, Rendra kemana? Nggak biasanya dia telat kemaris," sambung Surya lagi.
Rendra adalah sahabat mereka sejak masuk di smp umum tiga tahun lalu. Mereka mengikuti sekolah umum? Ya mereka bertiga bersekolah di sekolah umum, atas dorongan dan saran dari guru mereka semasa di SDLB masing- masing. Mereka termasuk golongan anak- anak cerdas yang menurut guru mereka, mereka mampu mengikuti pembelajaran dengan baik di sekolah umum. Rendra misalnya, seorang penyandang tuna netra yang memiliki hafalan sangat baik, ia mampu merekam semua materi pembelajaran yang didengar di otaknya dengan fasih, dan dia mahir bernyanyi. Surya seorang penyandang cerebralpalsy, yang pandai matematika dan ilmu fisika juga sangat percaya diri dalam hal pergaulan, serta mahir bermain gitar. Lula gadis cantik penyandang tuli ini pandai dalam bidang bahasa. Ia telah banyak mengirimkan puisinya di berbagai media massa. Ia juga terkenal sebagai pujangga di sekolahnya terdahulu.
"Entahlah, mungkin dia sedang duduk sambil menghafal bahasa baru di wc rumahnya," kata Lula sambil tertawa. Meski tak jelas, namun Surya mengerti apa yang dimaksud oleh Lula karena terbiasa.
"Atau mungkin dia lagi ngumpet di kolong meja ngabisin kue pesanan langganan ibunya."
Mereka larut dalam tawa, ya setidaknya Lula bisa sedikit bernafas lega dari tekanan di sekitarnya. Setelah itu semua kembali hening.
Post a Comment for "Cerpen Terbaru "Lekas Tanpa Batas" ~ Part 01/02"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...