Cerpen Remaja Terbaru " Take My Heart ~ 03"
Masih lanjutan dari cerpen remaja Take My Heart yang kini sampe part 3. Secara kisah diantara mereka baru di mulai. Masih belum jelas juga konflik ceritanya mau di bawa kemana. So untuk yang udah penasaran, bisa langsung simak detailnya di bawah. Untuk reader baru, biar nyambung sama jalan ceritanya bagusan kalau baca dulu part sebelumnya disini. Happy reading...
Cinta itu bukan tentang apa yang ku rasakan untukmu; Bukan pula tentang apa yang kau rasakan untuk ku ; Cinta yang ku inginkan adalah rasa yang sama yang dimiliki antara kau dan aku #Take my heart
Untuk pertama kalinya setelah hampir tiga tahun menjalani hari - hari sebagai mahasiswa di kampus Amik, Ivan berjalan dengan wajah menunduk. Merasa risih akan tatapan dari seisi kelasnya. Walau sebenarnya di tatap oleh mereka itu sudah merupakan hal yang biasa. Namun kali ini ia merasa beda. Pasalnya, tatapan kali ini jelas tatapan penuh tanya.
Dalam hati Ivan terus merutuki kejadian kemaren. Kalau saja bukan karena rasa penasarannya pada Vio, Gadis yang telah menyelamatkannya kemaren. Pasti saat ini ia lebih memilih untuk tetap berbaring di rumahnya dari pada harus berjalan di sepanjang koridor kampus dengan wajah pernuh lebam. Sial, Gumamnya.
"Hei Bro, Kenapa tampang loe?"
Pertanyaan itu langsung terlontar dari mulu Aldy yang baru sedetik yang lalu muncul di hadapannya disusul sosok Renold dan Andra yang mengekor di belakang.
"Gila, kok bisa bonyok gini?" tambah Renold sambil meraih wajah Ivan, Membuat sosok itu langsung menepis tangannya sambil meringis. Sudah tau bonyok, masih juga di sentuh.
"Memangnya loe berantem sama siapa?" tanya Andra kemudian.
"Gue nggak tau."
"Ha? Maksut loe?" tanya Aldy.
"Gue nggak tau siapa yang menghajar gue kemaren. Tiba - tiba aja gue di hadang sama perman waktu pulang kuliah," terang Ivan terlihat tidak berminat.
"Kok bisa?"
"Mana gue tau," Ivan angkat bahu. Pada saat yang bersamaan matanya menangkap sosok yang melangkah masuk dari pintu gerbang kampus.
"Hei, loe mau kemana?" tahan Andra saat mendapati Ivan yang berbalik.
Ivan tidak menjawab. Ia terus melangkah menghampiri Vio. Diikuti tatapan ketiga sahabatnya.
"Oh, ternyata dia benar - benar beniat untuk mendapakan sepuluh juta itu," kata Aldi sambil mengngguk - angguk paham.
"Maksut loe?" tanya Renold dan Andra secara bersamaan.
"Tuh. Walau udah bonyok gitu tetep aja dia masih ngejar cewek sepuluh jutanya," terang Aldy sambi memberi isarat kearah kedua sahabatnya tentang tujuan Ivan yang telah mengacuhkannya.
"O," kali ini Renold hanya beroh ria sementar Andra sendiri tampak mengernyit heran saat mendapati Ivan dan Vio yang tampak berbicara di kejauhan. Hebat juga tu orang. Padahal baru kemaren cewek itu terlihat ketus, eh hari ini sudah mau ngobrol bereng. Tak salah kalau sahabatnya yang satu itu di cap playboy, pikirnya dalam hati.
"Vio!"
Merasa namanya di panggil, Vio menoleh. Mengernyit heran saat mendapati Ivan yang datang menghampirinya. Mau apa lagi dia?, pikirnya.
"Ada apa?" tanya Vio kemudian.
Sejenak Ivan terdiam. Mulutnya tidak langsung menjawab karena kini matanya sibuk memperhatikan tampilan Vio hari ini. Rambut yang di gerai bebas dengan sebuah jepitan kecil yang tersemat di atas kepalanya di tambah setelan kemeja berwarna merah muda benar - benar merupakan perpaduan yang cocok. Kontras dengan wajahnya yang imut dengan matanya yang sipit. Ivan menduga pasti gadis ini mempunyai silsilah keturunan cina yang diwarisinya.
"Heloo," Vio melambaikan tangannya tepat didepan wajah Ivan.
"Eh, ehem," Ivan merasa sedikit salah tingkah. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri. Astaga, akibat di pukuli kemaren pasti otaknya sedikit bergeser. Kenapa ia jadi mendadak merasa paranoid begini ya?
"Gue mau nanya soal kemaren," kata Ivan mencoba untuk kembali pada tujuan awalnya menghampiri gadis itu.
"Soal kemaren?" ulang Vio sambil berfikir sejenak. "O soal kemaren yang loe di pu.... Humph..".
Ivan dengan cepat membekap mulut gadis yang ada di hadapannya itu dengan tangan. Astaga, apa gadis itu berniat untuk mempermalukannya di hadapan semua anak - anak kampus dengan berteriak sekenceng itu.
"Hmmm. Pfh.." Vio dengan cepat menyingkirkan tangan Ivan dari mulutnya. Menatap pria itu dengan tatapan sebel.
"Kenapa si?"
"Iya soal kemaren. Tapi nggak perlu di perjelas juga kali. Pake teriak segala. Kalau sampai anak - anak laen tau gimana?"
Dan Ivan menyadari kalau ia salah bicara saat mendegar kalimat jawaban yang keluar dari mulut Vio.
"Kalau mereka semua pada tau memang apa urusannya sama gue?" serang Vio balik.
Glek.
Satu lagi hal yang baru Ivan sadari tentang gadis itu adalah, ternyata gadis itu sama sekali tidak terpengaruh akan pesonanya.-,-
"Memang nggak ada urusannya sama loe, tapi itu ngaruh sama gue," Ivan meralat ucapannya. Membuat Vio mencibir menatapnya.
"Kembali ke topik pembicaraan kita. Soal masalah kemaren, loe tau dari mana? Jangan bilang kalau itu hanya kebetulan. Secara mustahil secara kebetulan loe bisa bicara soal balas dendam segala."
Vio sejenak terdiam. Tak sengaja ekor matanya mendapati sosok gadis yang kalau ia tidak salah dengar bernama Laura sedang memperhatikan nya dari kejauhan.
"Emang itu bukan kebetulan. Yang bilang kebetulan siapa?" tanya Vio balik.
"Jadi?" kejar Ivan
"Jadi?" ulang Vio.
"Jadi penjelasannya gimana?" tambah Ivan terlihat gemes.
"Nggak ada penjelasan karena gue nggak mau menjelaskan. Dasar playboy cap kodok, buaya cap kadal."
"Ha?" Ivan melongo mendengar gelar aneh yang keluar dari mulut gadis itu. Namun bukan jawaban yang ia dapatkan, justru dengan santainya gadis itu malah melongos pergi.
Vio sendiri juga merasa tidak perlu menjelaskan apapun pada Ivan. Selain karena ia tidak punya bukti bahwa Laura yang melakukannya, ia juga tidak ingin membuat masalah. Secara ia kan mahasiswa baru di kampus itu. Ia sama sekali tidak tau siapa Laura kecuali sebatas nama yang ia curi dengar kemaren. Selebih nya Nol. Kenyataan kalau gadis itu adalah korban dari ke Playboy'an Ivan sehingga membuatnya nekat untuk balas dendam dengan menyewa pereman benar - benar membuat Vio membuang jauh niat untuk mengadukannya.
Take My Heart |
Cinta itu bukan tentang apa yang ku rasakan untukmu; Bukan pula tentang apa yang kau rasakan untuk ku ; Cinta yang ku inginkan adalah rasa yang sama yang dimiliki antara kau dan aku #Take my heart
Untuk pertama kalinya setelah hampir tiga tahun menjalani hari - hari sebagai mahasiswa di kampus Amik, Ivan berjalan dengan wajah menunduk. Merasa risih akan tatapan dari seisi kelasnya. Walau sebenarnya di tatap oleh mereka itu sudah merupakan hal yang biasa. Namun kali ini ia merasa beda. Pasalnya, tatapan kali ini jelas tatapan penuh tanya.
Dalam hati Ivan terus merutuki kejadian kemaren. Kalau saja bukan karena rasa penasarannya pada Vio, Gadis yang telah menyelamatkannya kemaren. Pasti saat ini ia lebih memilih untuk tetap berbaring di rumahnya dari pada harus berjalan di sepanjang koridor kampus dengan wajah pernuh lebam. Sial, Gumamnya.
"Hei Bro, Kenapa tampang loe?"
Pertanyaan itu langsung terlontar dari mulu Aldy yang baru sedetik yang lalu muncul di hadapannya disusul sosok Renold dan Andra yang mengekor di belakang.
"Gila, kok bisa bonyok gini?" tambah Renold sambil meraih wajah Ivan, Membuat sosok itu langsung menepis tangannya sambil meringis. Sudah tau bonyok, masih juga di sentuh.
"Memangnya loe berantem sama siapa?" tanya Andra kemudian.
"Gue nggak tau."
"Ha? Maksut loe?" tanya Aldy.
"Gue nggak tau siapa yang menghajar gue kemaren. Tiba - tiba aja gue di hadang sama perman waktu pulang kuliah," terang Ivan terlihat tidak berminat.
"Kok bisa?"
"Mana gue tau," Ivan angkat bahu. Pada saat yang bersamaan matanya menangkap sosok yang melangkah masuk dari pintu gerbang kampus.
"Hei, loe mau kemana?" tahan Andra saat mendapati Ivan yang berbalik.
Ivan tidak menjawab. Ia terus melangkah menghampiri Vio. Diikuti tatapan ketiga sahabatnya.
"Oh, ternyata dia benar - benar beniat untuk mendapakan sepuluh juta itu," kata Aldi sambil mengngguk - angguk paham.
"Maksut loe?" tanya Renold dan Andra secara bersamaan.
"Tuh. Walau udah bonyok gitu tetep aja dia masih ngejar cewek sepuluh jutanya," terang Aldy sambi memberi isarat kearah kedua sahabatnya tentang tujuan Ivan yang telah mengacuhkannya.
"O," kali ini Renold hanya beroh ria sementar Andra sendiri tampak mengernyit heran saat mendapati Ivan dan Vio yang tampak berbicara di kejauhan. Hebat juga tu orang. Padahal baru kemaren cewek itu terlihat ketus, eh hari ini sudah mau ngobrol bereng. Tak salah kalau sahabatnya yang satu itu di cap playboy, pikirnya dalam hati.
"Vio!"
Merasa namanya di panggil, Vio menoleh. Mengernyit heran saat mendapati Ivan yang datang menghampirinya. Mau apa lagi dia?, pikirnya.
"Ada apa?" tanya Vio kemudian.
Sejenak Ivan terdiam. Mulutnya tidak langsung menjawab karena kini matanya sibuk memperhatikan tampilan Vio hari ini. Rambut yang di gerai bebas dengan sebuah jepitan kecil yang tersemat di atas kepalanya di tambah setelan kemeja berwarna merah muda benar - benar merupakan perpaduan yang cocok. Kontras dengan wajahnya yang imut dengan matanya yang sipit. Ivan menduga pasti gadis ini mempunyai silsilah keturunan cina yang diwarisinya.
"Heloo," Vio melambaikan tangannya tepat didepan wajah Ivan.
"Eh, ehem," Ivan merasa sedikit salah tingkah. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri. Astaga, akibat di pukuli kemaren pasti otaknya sedikit bergeser. Kenapa ia jadi mendadak merasa paranoid begini ya?
"Gue mau nanya soal kemaren," kata Ivan mencoba untuk kembali pada tujuan awalnya menghampiri gadis itu.
"Soal kemaren?" ulang Vio sambil berfikir sejenak. "O soal kemaren yang loe di pu.... Humph..".
Ivan dengan cepat membekap mulut gadis yang ada di hadapannya itu dengan tangan. Astaga, apa gadis itu berniat untuk mempermalukannya di hadapan semua anak - anak kampus dengan berteriak sekenceng itu.
"Hmmm. Pfh.." Vio dengan cepat menyingkirkan tangan Ivan dari mulutnya. Menatap pria itu dengan tatapan sebel.
"Kenapa si?"
"Iya soal kemaren. Tapi nggak perlu di perjelas juga kali. Pake teriak segala. Kalau sampai anak - anak laen tau gimana?"
Dan Ivan menyadari kalau ia salah bicara saat mendegar kalimat jawaban yang keluar dari mulut Vio.
"Kalau mereka semua pada tau memang apa urusannya sama gue?" serang Vio balik.
Glek.
Satu lagi hal yang baru Ivan sadari tentang gadis itu adalah, ternyata gadis itu sama sekali tidak terpengaruh akan pesonanya.-,-
"Memang nggak ada urusannya sama loe, tapi itu ngaruh sama gue," Ivan meralat ucapannya. Membuat Vio mencibir menatapnya.
"Kembali ke topik pembicaraan kita. Soal masalah kemaren, loe tau dari mana? Jangan bilang kalau itu hanya kebetulan. Secara mustahil secara kebetulan loe bisa bicara soal balas dendam segala."
Vio sejenak terdiam. Tak sengaja ekor matanya mendapati sosok gadis yang kalau ia tidak salah dengar bernama Laura sedang memperhatikan nya dari kejauhan.
"Emang itu bukan kebetulan. Yang bilang kebetulan siapa?" tanya Vio balik.
"Jadi?" kejar Ivan
"Jadi?" ulang Vio.
"Jadi penjelasannya gimana?" tambah Ivan terlihat gemes.
"Nggak ada penjelasan karena gue nggak mau menjelaskan. Dasar playboy cap kodok, buaya cap kadal."
"Ha?" Ivan melongo mendengar gelar aneh yang keluar dari mulut gadis itu. Namun bukan jawaban yang ia dapatkan, justru dengan santainya gadis itu malah melongos pergi.
Vio sendiri juga merasa tidak perlu menjelaskan apapun pada Ivan. Selain karena ia tidak punya bukti bahwa Laura yang melakukannya, ia juga tidak ingin membuat masalah. Secara ia kan mahasiswa baru di kampus itu. Ia sama sekali tidak tau siapa Laura kecuali sebatas nama yang ia curi dengar kemaren. Selebih nya Nol. Kenyataan kalau gadis itu adalah korban dari ke Playboy'an Ivan sehingga membuatnya nekat untuk balas dendam dengan menyewa pereman benar - benar membuat Vio membuang jauh niat untuk mengadukannya.
Post a Comment for "Cerpen Remaja Terbaru " Take My Heart ~ 03""
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...