Novel Online "Kazua Mencari Cinta" ~ 03 / 22
Oke fellas, Novel online kazua mencari cinta berlanjut ke part 3 lagi nih kayaknya. Ke ke ke, masih belum pada tau kan ni cerita mau di bawa kemana? Nah, dari sini mulai ni inti dari ceritanya. Kalau dua part sebelumnya ntu baru pembukaan. Wukakakakka
Baiklah, daripada adminnya ngelnatur kemana - mana kagak jelas, yuks mendingan kita langsung baca. Oh iya, buat yang belum baca part sebelumnya mendingan baca dulu gih biar gak bingung. Silahkan langsung cek disini
“Eh, Kazua. Apa yang gue bilang. Orang yang kita liat kemaren itu beneran anak baru tau,” kata Keysia sambil duduk di samping Kazua yang sudah terlebih dahulu duduk dibangkunya.
“Anak yang mana?” tanya Kazua tidak tertarik karena perhatiannya telah ia tujukan pada majalah fasion yang ada di hadapan yang sengaja ia bawa kesekolah untuk di baca – baca.
“Anak yang kita lihat di kantin kemaren,” balas Keysia lagi.
Kali ini Kazua terdiam. Kepalanya menoleh kearah Keysia yang juga sedang menatapnya. “Oh iya bener. Gue inget. Terus loe tau dari mana?”
“Ya tau lah. Anak – anak pada ngobrolin dia. Secara anaknya cakep gitu jelas aja di jadiin bahan obrolan.”
Kazua terdiam. Masa sih sampai segitunya. Kalau tidak salahkan dia anak baru, masa ia sudah bisa menarik perhatian begitu.
“Eh dia diajak ngobrol malah bengong.”
“Nggak kok. Terus terus, loe tau nggak namanya dia siapa?” tanya Kazua lagi. Jujur saja ia merasa sedikit bersalah pada pria itu karena tidak mengenalnya. Terlebih setelah bantuan yang di berikan olehnya.
Keysia tidak langsung menjawab. Gadis itu sendiri justru malah terlihat mengamati raut sahabatnya yang terasa sedikit aneh. Beberapa saat yang lalu kan ia terlihat tidak terlalu tertarik la sekarang kenapa malah antusias gitu. Mencurigakan.
“Zafran, kalau nggak salah si anak – anak pada bilang namanya Zafran. Kelas 2 A yang baru pindah kemaren,” Keysia tak urung menjawab.
“Akh, iya. Bener. Namanya Zafran. Hadeee, kenapa gue bisa lupa,” kata Kazua sambil menepuk nepuk kepalanya sendiri.
Keysia tanpak mengernyit melihat ulah sahabatnya itu. “Emangnya loe udah kenal dia?”
“Tentu saja u….. belum,” balas Kazua cepat. Keysia menatap curiga, tapi Kazua dengan cepat memasang tanpang santainya.
“Iya juga sih. Nggak ada alasan loe bisa kenalan sama cowok cakep kayak dia,” gumam Keysia sambil mengalihkan tatapannya.
Tapi kali ini gantian Kazua yang melirik. Apa maksutnya itu?
“Ngomong - ngomong loe serius mau merubah penampilan?” tanya Keysia tiba – tiba.
Kazua tidak mengerti, jadi yang ia lakukan hanyalah mengernyit.
“Majalah baru lagi ya? Emangnya yang kemaren udah loe praktekin?” tambah Keysia lagi. Tangannya dengan santai mengambil alih bahan bacaan sahabatnya baru kemudian mulai membalikan selembar demi selembar tiap halamannya.
“Ehem, ya serius donk. Kan loe sendiri yang bilang kalau gue mau cari pacar, gue harus merubah penampilan gue duluan,” balas Kazua yang sepertinya mulai mengerti dengan maksut ucapan sahabatnya.
“Terus Latief gimana? Loe nggak jadi deketin dia?” tanya Keysia lagi.
“Nggak, gue mau cari yang lain aja.”
“Kenapa?” tanya Keysia sambil menoleh heran.
“Nggak ada alasan khusus,” sahut Kazua santai. Keysia hanya mangut – mangut. Perhatiannya kembali beralih kearah majalah.
“Kazu, kayaknya ini bagus deh. Kalau loe kayak gini juga kayaknya oke,” kata Keysia sambil menujuk salah satu model yang tertera. Kazua dengan cepat menoleh kearah yang di maksut.
“Maksut loe rambut gue di potong cepak gitu?” tanya Kazua terlihat tidak yakin.
“Bukan, tapi di lurusin. Di bikin model kayak gini, tapi biar tetep panjang.” jelas Keysia. “Terus loe juga pake baju yang ini, sepertinya pas,” sambung Keysia lagi.
Kazua tidak lantas menjawab. Gadis itu justru sedang berpikir. Beberapa waktu ini ia memang sedang gencar – gencarnya mencari majalah fasion untuk merubah penampilan. Kalau boleh minjam isitilah Keysia si biar lebih ‘Girly’. Secara selama ini ia kan selalu cuek. Tepatnya terlalu cuek malah jika menyangkut masalah penampilan. Makanya itulah sampai sekarang ia nggak punya pacar. Itu sih apa yang di katakan oleh Keysia selama ini.
“Kayak gini? Nggak deh. Terlalu norak. Nggak pede gue,” tolak Kazua kemudian.
“Akh elo. Dari kemaren alasannya sama terus. Nggak pede, nggak pede, nggak pede. Kalau kayak gini terus kapan berubahnya,” kesel Keysia. Kazua hanya membalas dengan cengiran.
“Abisnya yang di majalah ini gue ngerasa aneh aneh si. Kemaren gue tes pake gaun yang loe tunjukin kesannya gue malah kayak emak emak. Ikutan make up yang di tutorial, gue bukannya malah cantik jadi malah kaya bencong di pinggir jalan,” rutuk Kazua tak urung membuat Keysia tertawa.
“Iya juga sih. Ha ha ha,” balas Keysia sambil tertawa.
“Kalau nggak gini aja deh. Dari pada gue bingung ngikutin majalah yang nggak jelas, gimana kalau loe aja yang ngajarin. Toh sekrang loe kan udah punya pacar. Jadi loe lebih ngerti donk, apasih yang di sukain cowok biar bisa di jadiin kriteri pacar idaman.”
“BIG NO!” balas Keysia cepat dan tegas. “Gue angkat tangan. Gue juga nggak ngerti banget soal gituan. Jadi mendingan loe tetep cari sumber yang jelas,” sambung Keysia lagi.
“Hufh… Jadi gue harus gimana donk. Bentar lagi kita kan udah kelas tiga, masa ia gue masih belum punya pacar juga,” keluh Kazua sambil merebahkan kepalanya di meja. Jelas terlihat frustrasi.
“Ehem, kalau soal itu. Kita pikirin belakangan ya. Soalnya sekrang kita harus ngadepin yang itu duluan,” balas Keysia setengah berbisik.
“He?” Kazua mengernyit. Tapi Keysia sama sekali tidak membalas. Gadis itu hanya mengisaratkan untuk menatap kedepan. Mengikuti hal itu Kazua menyadari kalau gurunya sudah ada di depan kelas, siap untuk mengajarkan kelas pagi. Dengan cepat ia segera meraih majalah yang ia baca dan menyembunyikan di laci meja jika tidak ingin di sita oleh gurunya.
Seminggu telah berlalu, namun belum ada hasil yang Kazua dapatkan. Harinya masih berjalan dengan biasa – biasa. Tidak ada yang berubah. Statusnya masih jomblo. Membuat gadis itu tidak bersemangat karenanya.
“Kazu, tunggu bentar ya. Gue ke kamar mandi dulu. Ntar baru kita ke kantin,” kata Keysia menghentikan langkahnya.
Kazua mengangguk. “Ya sudah buruan, gue tunggu di sini.”
Tanpa membalas lagi, Keysia segera melangkah ke toilet sekolah sementara Kazua menunggu sambil menatap kesekeliling. Tak sengaja pandangannya tertuju pada pemandangan yang berada tak jauh darinya. Tidak bermaksut untuk mengintip melainkan hanya berniat untuk mencari tau, secara berlahan Kazua melangkah mendekat dengan diam – diam.
Kazua masih terpaku di tempat yang sama dengan tatapan lurus. Keysia yang melangkah menghampir sama sekali tidak ia sedari sampai gadis itu menepuk pundaknya.
“Kazua, ngapain loe umpetan gitu?” tanya Keysia lirih.
“Ssst,” bukannya menjawab, Kazua justru malah membekap mulut Keysia untuk tutup mulut.
“Kenapa?” tanya Keysia sambil melepaskan bekapannya.
“Liat tuh,” balas Kazua sambil berbisik. Merasa penasaran Keysia mengikuti arah yang di maksut. Namun bukannya mengerti, kerutan di kening gadis itu justru malah bertambah ketika matanya mendapati objek yang di maksut Kazua. Selang beberapa langkah darinya tanpak Zafran, siswa baru di sekolah mereka sedang mengobrol bersama seorang gadis di ujung lorong.
“Loe ngintipin orang pacaran?” tanya Keysia tak percaya.
“Hais, bukan. Apaan sih loe. Emang gue kurang kerjaan banget. Makanya loe liat dulu baru entar koment,” balas Kazua.
Keysia mengangguk, mengikuti saran Kazua. Matanya ikut menatap lurus sembari memasang pendengarannya dengan baik. Saat itu lah ia mendengar Zafran buka mulut.
“Sory ya. Loe emang baik. Cantik lagi. Tapi gimana ya? Kitakan baru kenal, nggak mungkin juga langsung pacaran. Kayaknya bagusan kalau kita cuma temenan aja deh.”
Gadis yang bernasip tidak mujur itu tanpak menunduk, setelah mengucapkan beberapa patah kata yang tak mampu ditangkap oleh indra pendengar Kazua, kemudian ia segera berbalik pergi. Meninggalkan Zafran sendiri terdiam di sana.
“Kalian ngapain nguping disana?”
“Eh?” Kazua dan Keysia saling pandang. Zafran sedang berdiri sendirian, dan ia juga sama sekali tidak menoleh kearah mereka. Lantas tu orang ngomong sama siapa?
“Maksut gue kalian berdua,” sambung Zafran lagi kali ini sambil berbalik dan berjalan menghampiri Kazua dan Keysia yang sudah persis seperti maling yang ketangkep basah.
“Ye, siapa yang nguping coba?” bantah Kazua cepat.
“Gue yang nguping loe mungkin?” sindir Zafran santai.
Kazua sedikit memberengut sebel. Baiklah, tidak ada gunanya membantah. Akhirnya gadis itu lebih memilih menatap Zafran langsung.
“Eh… gue itu bukan nguping. Cuma…” Kazua mengantungkan ucapanya sementara Zafran menatapnya dengan pandangan sedikit menyipit. Membuat Kazua nyegir dan baru kemudian menundukan pandangan. “Dengerinnya diem – diem,” sambung Kazua lirih. Sama sekali tidak berani menoleh kearah Zafran.
“Akh elo sih. Malu – maluin gue nih namanya.”
Kazua menoleh, mendapati kalau Keysia sedang merutuk kesel padanya. Ketika ia menatap kesekelilling, sekilas ia melihat bayangan tubuh Zafran yang sudah melangkah menjauh.
“Lah, emangnya gue ngapain sih,” balas Kazua pura – pura tidak tahu.
“Elo sih, kan tadi gue udah bilang. Mo ngapain coba ngintipin orang pacaran,” Keysia masih tidak terima di buat malu oleh sahabatnya.
“Eh Keysia sayang. Denger ya, gue itu bukan ngintipin orang pacaran… tapi…”
“Tapi ngliatinnya diem – diem,” potong Keysia jelas menyindir dengan mengulang kalimat yang sama.
“Bukan,” kesel Kazua karena kalimatnya dipotong semena – mena. “Tapi gue itu merasa heran, emangnya loe nggak denger gossip ya. Gimana sih, katanya ratu gossip.”
“Gosip? Gosip apaan?” tanya Keysia mulai tertarik.
“Gosip katanya tu anak udah sering nolak cewek.”
Keysia terdiam. Tidak langsung berkomentar apa – apa. Tapi kepalanya terlihat mengangguk – angguk tanda setuju dengan apa yang di katakan sahabatnya. Fantastik bukan, siswa baru yang baru muncul seminggu sudah bisa nolak sekian cewek. Kalau kata Syahrini mah, ‘sesuatu’.
“Makanya itu gue penasaran, soalnya gue masih nggak percaya. Secara ya, kesannya kayak nggak mungkin banget.”
“Nah, tapi loe udah liat tadi kan kalau itu bukan gossip?” tambah Keysia, gantian Kazua yang mengangguk.
“Ya udah deh, kekantin aja yuk kita sekarang,” ajak Keysia lagi.
“Tunggu dulu,” tahan Kazua cepat.
Keysia mengernyit heran. “Kenapa?”
“Aha,” Kazua menjentikan jari seolah mendapat ide brilian ala anime jepang. “Gimana kalau gue minta tolong sama dia aja.”
“Minta tolong?” kerutan di dahi Keysia bertambah.
“Iya,” angguk Keysia cepat. “Dari pada majalah yang nggak jelas, kayaknya dia lebih tepat deh buat jadi pelatih gue.”
“Pelatih?” Keysia masih tidak mengerti.
“Pelatih gue dalam merubah penampilan sekaligus mencari pacar,” tegas Kazua.
“HA?!” Keysia melongong. Tidak yakin akan kalimat yang baru saja ia dengar. “Loe bercanda kan?” gumam Keysia takut - takut
“Tentu saja gue serius,” yakin Kazua.
“Loe udah gila ya!”
“Gue bukan gila, tapi gue genius. Lagian loe juga gue maintain tolong nggak pernah mau. Jadi yang sudah, gue minta tolong aja sama dia. Secara gue liat, kayaknya nggak ada yang lebih cocok dari dia. Udah keren, tenar, berpotensi lagi. Oke, sekarang gue kejar dia dulu. Sori ya, kali ini loe makan sendiri aja, da…” kata Kazua sambil berbalik guna mengejar Zafran yang sudah tidak tampak bayangannya.
“Tapi kan...” Keysia akhirnya lebih memilih menelan kembali teriakannya ketika melihat Kazua yang berlari menjauh. Sepertinya percuma ia menahan gadis itu. Yang di lakukannya kini hanyalah menggeleng tak percaya. Dosa apa dia bisa punya sahabat seajaib itu….
To Be Continue dulu ya pren, kita ketemu di part selanjutnya ajah at Kazua Mencari Cinta 04..... :D
Detail Cerpen
Baiklah, daripada adminnya ngelnatur kemana - mana kagak jelas, yuks mendingan kita langsung baca. Oh iya, buat yang belum baca part sebelumnya mendingan baca dulu gih biar gak bingung. Silahkan langsung cek disini
Kazua Mencari Cinta |
“Eh, Kazua. Apa yang gue bilang. Orang yang kita liat kemaren itu beneran anak baru tau,” kata Keysia sambil duduk di samping Kazua yang sudah terlebih dahulu duduk dibangkunya.
“Anak yang mana?” tanya Kazua tidak tertarik karena perhatiannya telah ia tujukan pada majalah fasion yang ada di hadapan yang sengaja ia bawa kesekolah untuk di baca – baca.
“Anak yang kita lihat di kantin kemaren,” balas Keysia lagi.
Kali ini Kazua terdiam. Kepalanya menoleh kearah Keysia yang juga sedang menatapnya. “Oh iya bener. Gue inget. Terus loe tau dari mana?”
“Ya tau lah. Anak – anak pada ngobrolin dia. Secara anaknya cakep gitu jelas aja di jadiin bahan obrolan.”
Kazua terdiam. Masa sih sampai segitunya. Kalau tidak salahkan dia anak baru, masa ia sudah bisa menarik perhatian begitu.
“Eh dia diajak ngobrol malah bengong.”
“Nggak kok. Terus terus, loe tau nggak namanya dia siapa?” tanya Kazua lagi. Jujur saja ia merasa sedikit bersalah pada pria itu karena tidak mengenalnya. Terlebih setelah bantuan yang di berikan olehnya.
Keysia tidak langsung menjawab. Gadis itu sendiri justru malah terlihat mengamati raut sahabatnya yang terasa sedikit aneh. Beberapa saat yang lalu kan ia terlihat tidak terlalu tertarik la sekarang kenapa malah antusias gitu. Mencurigakan.
“Zafran, kalau nggak salah si anak – anak pada bilang namanya Zafran. Kelas 2 A yang baru pindah kemaren,” Keysia tak urung menjawab.
“Akh, iya. Bener. Namanya Zafran. Hadeee, kenapa gue bisa lupa,” kata Kazua sambil menepuk nepuk kepalanya sendiri.
Keysia tanpak mengernyit melihat ulah sahabatnya itu. “Emangnya loe udah kenal dia?”
“Tentu saja u….. belum,” balas Kazua cepat. Keysia menatap curiga, tapi Kazua dengan cepat memasang tanpang santainya.
“Iya juga sih. Nggak ada alasan loe bisa kenalan sama cowok cakep kayak dia,” gumam Keysia sambil mengalihkan tatapannya.
Tapi kali ini gantian Kazua yang melirik. Apa maksutnya itu?
“Ngomong - ngomong loe serius mau merubah penampilan?” tanya Keysia tiba – tiba.
Kazua tidak mengerti, jadi yang ia lakukan hanyalah mengernyit.
“Majalah baru lagi ya? Emangnya yang kemaren udah loe praktekin?” tambah Keysia lagi. Tangannya dengan santai mengambil alih bahan bacaan sahabatnya baru kemudian mulai membalikan selembar demi selembar tiap halamannya.
“Ehem, ya serius donk. Kan loe sendiri yang bilang kalau gue mau cari pacar, gue harus merubah penampilan gue duluan,” balas Kazua yang sepertinya mulai mengerti dengan maksut ucapan sahabatnya.
“Terus Latief gimana? Loe nggak jadi deketin dia?” tanya Keysia lagi.
“Nggak, gue mau cari yang lain aja.”
“Kenapa?” tanya Keysia sambil menoleh heran.
“Nggak ada alasan khusus,” sahut Kazua santai. Keysia hanya mangut – mangut. Perhatiannya kembali beralih kearah majalah.
“Kazu, kayaknya ini bagus deh. Kalau loe kayak gini juga kayaknya oke,” kata Keysia sambil menujuk salah satu model yang tertera. Kazua dengan cepat menoleh kearah yang di maksut.
“Maksut loe rambut gue di potong cepak gitu?” tanya Kazua terlihat tidak yakin.
“Bukan, tapi di lurusin. Di bikin model kayak gini, tapi biar tetep panjang.” jelas Keysia. “Terus loe juga pake baju yang ini, sepertinya pas,” sambung Keysia lagi.
Kazua tidak lantas menjawab. Gadis itu justru sedang berpikir. Beberapa waktu ini ia memang sedang gencar – gencarnya mencari majalah fasion untuk merubah penampilan. Kalau boleh minjam isitilah Keysia si biar lebih ‘Girly’. Secara selama ini ia kan selalu cuek. Tepatnya terlalu cuek malah jika menyangkut masalah penampilan. Makanya itulah sampai sekarang ia nggak punya pacar. Itu sih apa yang di katakan oleh Keysia selama ini.
“Kayak gini? Nggak deh. Terlalu norak. Nggak pede gue,” tolak Kazua kemudian.
“Akh elo. Dari kemaren alasannya sama terus. Nggak pede, nggak pede, nggak pede. Kalau kayak gini terus kapan berubahnya,” kesel Keysia. Kazua hanya membalas dengan cengiran.
“Abisnya yang di majalah ini gue ngerasa aneh aneh si. Kemaren gue tes pake gaun yang loe tunjukin kesannya gue malah kayak emak emak. Ikutan make up yang di tutorial, gue bukannya malah cantik jadi malah kaya bencong di pinggir jalan,” rutuk Kazua tak urung membuat Keysia tertawa.
“Iya juga sih. Ha ha ha,” balas Keysia sambil tertawa.
“Kalau nggak gini aja deh. Dari pada gue bingung ngikutin majalah yang nggak jelas, gimana kalau loe aja yang ngajarin. Toh sekrang loe kan udah punya pacar. Jadi loe lebih ngerti donk, apasih yang di sukain cowok biar bisa di jadiin kriteri pacar idaman.”
“BIG NO!” balas Keysia cepat dan tegas. “Gue angkat tangan. Gue juga nggak ngerti banget soal gituan. Jadi mendingan loe tetep cari sumber yang jelas,” sambung Keysia lagi.
“Hufh… Jadi gue harus gimana donk. Bentar lagi kita kan udah kelas tiga, masa ia gue masih belum punya pacar juga,” keluh Kazua sambil merebahkan kepalanya di meja. Jelas terlihat frustrasi.
“Ehem, kalau soal itu. Kita pikirin belakangan ya. Soalnya sekrang kita harus ngadepin yang itu duluan,” balas Keysia setengah berbisik.
“He?” Kazua mengernyit. Tapi Keysia sama sekali tidak membalas. Gadis itu hanya mengisaratkan untuk menatap kedepan. Mengikuti hal itu Kazua menyadari kalau gurunya sudah ada di depan kelas, siap untuk mengajarkan kelas pagi. Dengan cepat ia segera meraih majalah yang ia baca dan menyembunyikan di laci meja jika tidak ingin di sita oleh gurunya.
Seminggu telah berlalu, namun belum ada hasil yang Kazua dapatkan. Harinya masih berjalan dengan biasa – biasa. Tidak ada yang berubah. Statusnya masih jomblo. Membuat gadis itu tidak bersemangat karenanya.
“Kazu, tunggu bentar ya. Gue ke kamar mandi dulu. Ntar baru kita ke kantin,” kata Keysia menghentikan langkahnya.
Kazua mengangguk. “Ya sudah buruan, gue tunggu di sini.”
Tanpa membalas lagi, Keysia segera melangkah ke toilet sekolah sementara Kazua menunggu sambil menatap kesekeliling. Tak sengaja pandangannya tertuju pada pemandangan yang berada tak jauh darinya. Tidak bermaksut untuk mengintip melainkan hanya berniat untuk mencari tau, secara berlahan Kazua melangkah mendekat dengan diam – diam.
Kazua masih terpaku di tempat yang sama dengan tatapan lurus. Keysia yang melangkah menghampir sama sekali tidak ia sedari sampai gadis itu menepuk pundaknya.
“Kazua, ngapain loe umpetan gitu?” tanya Keysia lirih.
“Ssst,” bukannya menjawab, Kazua justru malah membekap mulut Keysia untuk tutup mulut.
“Kenapa?” tanya Keysia sambil melepaskan bekapannya.
“Liat tuh,” balas Kazua sambil berbisik. Merasa penasaran Keysia mengikuti arah yang di maksut. Namun bukannya mengerti, kerutan di kening gadis itu justru malah bertambah ketika matanya mendapati objek yang di maksut Kazua. Selang beberapa langkah darinya tanpak Zafran, siswa baru di sekolah mereka sedang mengobrol bersama seorang gadis di ujung lorong.
“Loe ngintipin orang pacaran?” tanya Keysia tak percaya.
“Hais, bukan. Apaan sih loe. Emang gue kurang kerjaan banget. Makanya loe liat dulu baru entar koment,” balas Kazua.
Keysia mengangguk, mengikuti saran Kazua. Matanya ikut menatap lurus sembari memasang pendengarannya dengan baik. Saat itu lah ia mendengar Zafran buka mulut.
“Sory ya. Loe emang baik. Cantik lagi. Tapi gimana ya? Kitakan baru kenal, nggak mungkin juga langsung pacaran. Kayaknya bagusan kalau kita cuma temenan aja deh.”
Gadis yang bernasip tidak mujur itu tanpak menunduk, setelah mengucapkan beberapa patah kata yang tak mampu ditangkap oleh indra pendengar Kazua, kemudian ia segera berbalik pergi. Meninggalkan Zafran sendiri terdiam di sana.
“Kalian ngapain nguping disana?”
“Eh?” Kazua dan Keysia saling pandang. Zafran sedang berdiri sendirian, dan ia juga sama sekali tidak menoleh kearah mereka. Lantas tu orang ngomong sama siapa?
“Maksut gue kalian berdua,” sambung Zafran lagi kali ini sambil berbalik dan berjalan menghampiri Kazua dan Keysia yang sudah persis seperti maling yang ketangkep basah.
“Ye, siapa yang nguping coba?” bantah Kazua cepat.
“Gue yang nguping loe mungkin?” sindir Zafran santai.
Kazua sedikit memberengut sebel. Baiklah, tidak ada gunanya membantah. Akhirnya gadis itu lebih memilih menatap Zafran langsung.
“Eh… gue itu bukan nguping. Cuma…” Kazua mengantungkan ucapanya sementara Zafran menatapnya dengan pandangan sedikit menyipit. Membuat Kazua nyegir dan baru kemudian menundukan pandangan. “Dengerinnya diem – diem,” sambung Kazua lirih. Sama sekali tidak berani menoleh kearah Zafran.
“Akh elo sih. Malu – maluin gue nih namanya.”
Kazua menoleh, mendapati kalau Keysia sedang merutuk kesel padanya. Ketika ia menatap kesekelilling, sekilas ia melihat bayangan tubuh Zafran yang sudah melangkah menjauh.
“Lah, emangnya gue ngapain sih,” balas Kazua pura – pura tidak tahu.
“Elo sih, kan tadi gue udah bilang. Mo ngapain coba ngintipin orang pacaran,” Keysia masih tidak terima di buat malu oleh sahabatnya.
“Eh Keysia sayang. Denger ya, gue itu bukan ngintipin orang pacaran… tapi…”
“Tapi ngliatinnya diem – diem,” potong Keysia jelas menyindir dengan mengulang kalimat yang sama.
“Bukan,” kesel Kazua karena kalimatnya dipotong semena – mena. “Tapi gue itu merasa heran, emangnya loe nggak denger gossip ya. Gimana sih, katanya ratu gossip.”
“Gosip? Gosip apaan?” tanya Keysia mulai tertarik.
“Gosip katanya tu anak udah sering nolak cewek.”
Keysia terdiam. Tidak langsung berkomentar apa – apa. Tapi kepalanya terlihat mengangguk – angguk tanda setuju dengan apa yang di katakan sahabatnya. Fantastik bukan, siswa baru yang baru muncul seminggu sudah bisa nolak sekian cewek. Kalau kata Syahrini mah, ‘sesuatu’.
“Makanya itu gue penasaran, soalnya gue masih nggak percaya. Secara ya, kesannya kayak nggak mungkin banget.”
“Nah, tapi loe udah liat tadi kan kalau itu bukan gossip?” tambah Keysia, gantian Kazua yang mengangguk.
“Ya udah deh, kekantin aja yuk kita sekarang,” ajak Keysia lagi.
“Tunggu dulu,” tahan Kazua cepat.
Keysia mengernyit heran. “Kenapa?”
“Aha,” Kazua menjentikan jari seolah mendapat ide brilian ala anime jepang. “Gimana kalau gue minta tolong sama dia aja.”
“Minta tolong?” kerutan di dahi Keysia bertambah.
“Iya,” angguk Keysia cepat. “Dari pada majalah yang nggak jelas, kayaknya dia lebih tepat deh buat jadi pelatih gue.”
“Pelatih?” Keysia masih tidak mengerti.
“Pelatih gue dalam merubah penampilan sekaligus mencari pacar,” tegas Kazua.
“HA?!” Keysia melongong. Tidak yakin akan kalimat yang baru saja ia dengar. “Loe bercanda kan?” gumam Keysia takut - takut
“Tentu saja gue serius,” yakin Kazua.
“Loe udah gila ya!”
“Gue bukan gila, tapi gue genius. Lagian loe juga gue maintain tolong nggak pernah mau. Jadi yang sudah, gue minta tolong aja sama dia. Secara gue liat, kayaknya nggak ada yang lebih cocok dari dia. Udah keren, tenar, berpotensi lagi. Oke, sekarang gue kejar dia dulu. Sori ya, kali ini loe makan sendiri aja, da…” kata Kazua sambil berbalik guna mengejar Zafran yang sudah tidak tampak bayangannya.
“Tapi kan...” Keysia akhirnya lebih memilih menelan kembali teriakannya ketika melihat Kazua yang berlari menjauh. Sepertinya percuma ia menahan gadis itu. Yang di lakukannya kini hanyalah menggeleng tak percaya. Dosa apa dia bisa punya sahabat seajaib itu….
To Be Continue dulu ya pren, kita ketemu di part selanjutnya ajah at Kazua Mencari Cinta 04..... :D
Detail Cerpen
- Judul Cerbung : Kazua Mencari Cinta
- Penulis : Ana Merya
- Twitter : @ana_merya
- Status : Complete
- Jumlah Part : 03 ~ 22
- Jumlah Kata : 1.668 Words
- Genre : Remaja, Continue
Post a Comment for "Novel Online "Kazua Mencari Cinta" ~ 03 / 22"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...