Novel Online "Kazua Mencari Cinta " ~ 04 / 22
Next part Novel online Kazua mencari cinta muncul guys. Secara penasaran donk ya sama kelanjutan ceritanya. Gimana peruntungan si Kazua dalam mendapatkan cinta dalam hidupnya. Ke ke ke. So buat yang udah pengen tau, mending langsung simak aja... Untuk yang belum baca part sebelumnya mendingan baca dulu deh biar nyambung sama ceritanya. Oke guys, tepatnya bisa langsung di lihat disini.
Begitu meninggalkan Keysia, Kazua segera mengedarkan pandangan kesekeliling. Ia yakin kalau tadi Zafran berjalan kearah situ. Apa mungkin ia sudah turun kelantai bawah karena kebetulan sekolah mereka bertingkat. Dan ketika tatapan Kazua tertuju kearah tangga, senyum sama segera tergambar di wajah gadis itu. Tebakannya benar. Disana ia melihat Zafran yang sedang melangkah satu persatu menurunin tanggak. Tanpa perlu berpikir panjang, Kazua segera berlari menghampirinya.
“Zafran,” teriak Kazua sambil berlari menghampiri.
Merasa ada yang memanggil namanya, Zafran menoleh. Keningnya berkerut samar ketika melihat Kazua yang berlari menghampiri. Namun bukannya berhenti, pria itu justru malah melanjutkan langkahnya. Membuat Kazua semakin mempercepat langkahnya. Bahkan gadis itu nekat lari menuruni tangga.
“Zafran tung…. Huwaaaa…”
Kazua tidak sempat menyelesaikan ucapannya ketika ia sendiri kehilangan keseimbangan saat berlari menuruni tangga namun malah tersandung kakinya sendiri. Tubuhnya terhuyung kedepan. Pasrah akan semuanya, gadis itu hanya mampu memejamkan mata. Bersiap dengan kemungkinan terburuk yang akan ia dapatkan. Tapi selang beberapa saat kemudian….
Dengan takut – takut, Kazua mulai membuka sebelah matanya. Pikirnya sibuk menebak, apa kini ia sudah berada di alam mimpi. Tapi yang ia dapati justru adalah wajah Zafran yang berada dalam jarak kurang dari sejangkal dari hadapannya. Bahkan kedua tangan pria itu melekat erat pada pinggang dan bahunya. Sementara tangannya sendiri entah bagaimana ceritanya sudah bergelayut erat di leher Zafran.
“Akh romantis sekali.”
Entah siapa yang berkata seperti itu, Kazua sama sekali tidak tau. Gadis itu terlalu sibuk menata kembali kesadarannya. Terlebih kini tatapannya sudah terkunci pada bola mata Zafran yang juga sedang menatapnya.
“Gue tau kalau gue itu keren. Tapi itu bukan berarti loe bisa terpesona disaat posisi kita kayak gini.”
Kazua mengernyit, dan baru menyadari apa yang terjadi. Dengan cepat ia segera berusaha melepaskan diri. Sayangnya ia terlalu cepat seolah lupa sedang berada di mana. Karena itu lah, tanpa sadar sebelah kakinya justru tidak menginjak tangga dengan benar dan ujung – ujungnya mendarat sempurna di lantai. Untung saja tangga yang ia injak tidak terlalu tinggi. Tidak ada luka serius yang di deritanya kecuali sedikit rasa nyeri di pinggang karena langsung jatuh terduduk barusan.
“Loe ceroboh banget sih jadi cewek,’ gerutu Zafran walau tak urung tangannya terulur. Membantu Kazua untuk bangkit berdiri.
“Udah tau gue ceroboh kenapa loe malah ngomong asal nyeplak,” balas Kazua balik. Sebelah tangannya tanpak mengusap – usap punggungnya sendiri.
Zafran tidak membalas, matanya mengamati gadis di hadapannya dengan seksama. Sekedar memastikan kalau gadis itu baik – baik saja. Baru lah beberapa saat kemudian mulutnya kembali terbuka. “Lagian loe ngapain sih kayak anak – anak pake lari – lari segala?”
Pertanyaan Zafran segera menyadarkan Kazua akan tujuan awalnya. Melupakan rasa nyeri yang mendera, gadis itu menatap Zafran dengan penuh harap. Membuat pria itu secara refleks sedikit melangkah mundur. Terlebih Kazua sengaja mendekatkan tubuh mereka saat menatap.
“Sebenernya gue butuh bantuan loe,” pinta Kazua sambil memasang tanpang memelas.
“Ogah,” bahkan tanpa berpikir Zafran langsung menolak. Kemudian dengan santai pria itu langsung berbalik arah.
“Beehhh… Gue belum juga ngomong masa udah di tolak,” gumam Kazua tak percaya. Dengan cepat ia kembali melangkah mengerjar. Ehem, menghadang Zafran lebih tepatnya. Terbukti dengan sengaja ia berdiri tepat di hadapan pria itu.
“Tunggu dulu. Loe kan belum denger gue mau minta tolong apaan.”
Zafran menghembuskan nafas. “Ngapain gue nolongin elo. Emangnya kita saling kenal?” tanya Zafran balik.
Kazua terdiam. Dari nada bicaranya saja gadis itu sudah cukup yakin kalau Zafran sedang menyindiri dirinya. Pasti itu karena beberapa hari ke belakang ia tidak mengenali pria itu. Tapikan saat itu ia memang sedang lupa.
“Baiklah, bukan gue yang mau minta tolong. Tapi kembaran gue,” kata Kazua akhirnya.
Gantian Zafran yang mengernyit. Begitu juga beberapa anak – anak lain yang kebetulan sedang memperhatikan ulah keduanya terkait incident jatuh tangga barusan. Sepertinya mereka juga heran dengan kabar kalau Kazua punya kembaran.
Melihat Zafran yang masih terdiam, Kazua kembali menambahkan. “Oke, gue minta maaf soal yang kemaren karena nggak segera ngenalin elo. Puas.”
“Loe sebenernya mau apa sih?” tanya Zafran akhirnya.
“Jiah, dia nanya lagi. Gue kan udah bilang kalau gue mau minta tolong,” balas Kazua. “Dan jangan langsung bilang ogah kalau loe belum denger gue mau minta tolong apaan,” sambung Kazua lagi saat melihat Zafran yang bersiap buka mulut.
“Jadi loe mau minta tolong apaan?”
Bukannya menjawab, Kazua justru malah menoleh kekanan dan kekiri. Menyadari kalau begitu banyak ‘penonton’ disekitar mereka.
“Kita ngobrolnya jangan disini ya, soalnya gue malu,” bisik Kazua lirih.
“Kenapa gue harus? Kalau loe nggak mau ngomong ya sudah, gue mau per….”
Tanpa perlu menunggu Zafran menyelesaikan ucapannya Kazua sudah terlebih dahulu menarik tangan pria itu. Menyeret lebih tepatnya. Membawa ke tempat yang sedikit menjauh.
“Apaan sih main seret seret.”
“Makanya kalau orang ngomong itu di dengerin,” tuding Kazua langsung.
Merasa percuma untuk membantah, akhirnya Zafran mengalah. Setelah menarik nafas sejenak pria itu kembali menatap gadis di hadapannya.
“Jadi loe mau minta tolong apaan?”
Kazua mentap langsung kearah Zafran yang juga sedang menatapanya. Entah datangnya dari mana namun jelas terasa, perasaan ragu tiba – tiba melanda dirinya. Ia merasa tidak yakin kalau keputusannya untuk meminta bantuan pria itu adalah langkah yang benar. Terlebih mereka baru kenal. Apa itu bukan tindakan konyol nantinya.
“Dia malah bengong. Jadi minta tolong nggak?”
Didesak begitu Kazua hanya mampu tersenyum malu. “Ehem, sebenernya. Aduh gimana ya ngomongnya. Em, tadi itu gue liat loe nolak cewek buat jadi pacar loe ya?”
“Iya. Terus?”
“Gosipnya kemaren - kemaren juga loe nolak Tari dan Tania. Itu bener ya?”
“Iya, kenapa?”
“Sebenernya gue…”
“Loe pengen jadi pacar gue juga. Sory ya, tapi loe bukan tipe gue sama sekali,” potong Zafran langsung.
“Bukan, gue bukan mau loe jadi pacar gue. Tapi jadi……” Kazua berhenti sejenak. “Pelatih gue,” sambung Kazua lirih.
“Pelatih?” ulang Zafran dengan kening berkerut.
Kazua dengan cepat mengangguk. “Pelatih gue buat dapatin pacar.”
“Ha?!”
Kazua sedang duduk lesu sambil mengaduk – aduk mangkuk bakso di hadapannya tanpa minat. Sementara tepat di hadapannya, Keysia duduk dengan tatapan menghakimi. Mencari kejelasan atas ucapan yang di katakan sahabatnya beberapa saat yang lalu.
“Jadi loe beneran minta Zafran buat bantuin loe?” tanya Keysia lagi.
Kazua hanya mengangguk membenarkan.
“Dan terus dia tolak?”
Lagi lagi Kazua hanya mengangguk.
“Ya jelas lah dia tolak. Emangnya dia udah gila mau bantuin loe?”
Kazua menoleh sambil memajukan bibirnya, tanda ia sedang merasa kesel. Itu kan kalimat yang sama yang ia dengan keluar dari mulut Zafran saat ia menjelaskan apa yang di maksut dengan ‘Menjadi pelatih’ beberapa saat yang lalu.
“Sejak kapan bantuin orang di bilang gila,” gumam Kazua akhirnya.
“Jadi menurut loe itu waras?” Keysia balik bertanya.
“Akh gue nggak tau. Gue minta bantuan loe, loe tolak. Gue liat majalah hasilnya kacau. Gue minta bantuan dia, di bilang gila. Kalau gitu gue harus minta tolong siapa lagi coba?”
Keysia terdiam. Sepertinya gadis itu juga tidak mengerti harus membalas apa. Tapi tetap saja, apa yang di lakukan Kazua sama sekali tidak bisa di benarkan oleh dirinya.
“Tau deh. Mendingan loe makan aja gih tu bakso. Kali aja ntar otak loe jadi encer,” kata Keysia akhirnya.
Kazua mencibir mendengarnya walau tak urung mengikuti saran sahabatnya itu. Dengan berlahan ia mulai menyendokan bakso di hadapan. Sepertinya ia memang sedang butuh asupan makanan. Dan untuk sejenak keduanya menikmati makanan dalam diam.
To Be Continue dulu ya pren, kita ketemu di part selanjutnya ajah at Kazua Mencari Cinta 05..... :D
Detail Cerpen
Kazua Mencari Cinta |
Begitu meninggalkan Keysia, Kazua segera mengedarkan pandangan kesekeliling. Ia yakin kalau tadi Zafran berjalan kearah situ. Apa mungkin ia sudah turun kelantai bawah karena kebetulan sekolah mereka bertingkat. Dan ketika tatapan Kazua tertuju kearah tangga, senyum sama segera tergambar di wajah gadis itu. Tebakannya benar. Disana ia melihat Zafran yang sedang melangkah satu persatu menurunin tanggak. Tanpa perlu berpikir panjang, Kazua segera berlari menghampirinya.
“Zafran,” teriak Kazua sambil berlari menghampiri.
Merasa ada yang memanggil namanya, Zafran menoleh. Keningnya berkerut samar ketika melihat Kazua yang berlari menghampiri. Namun bukannya berhenti, pria itu justru malah melanjutkan langkahnya. Membuat Kazua semakin mempercepat langkahnya. Bahkan gadis itu nekat lari menuruni tangga.
“Zafran tung…. Huwaaaa…”
Kazua tidak sempat menyelesaikan ucapannya ketika ia sendiri kehilangan keseimbangan saat berlari menuruni tangga namun malah tersandung kakinya sendiri. Tubuhnya terhuyung kedepan. Pasrah akan semuanya, gadis itu hanya mampu memejamkan mata. Bersiap dengan kemungkinan terburuk yang akan ia dapatkan. Tapi selang beberapa saat kemudian….
Dengan takut – takut, Kazua mulai membuka sebelah matanya. Pikirnya sibuk menebak, apa kini ia sudah berada di alam mimpi. Tapi yang ia dapati justru adalah wajah Zafran yang berada dalam jarak kurang dari sejangkal dari hadapannya. Bahkan kedua tangan pria itu melekat erat pada pinggang dan bahunya. Sementara tangannya sendiri entah bagaimana ceritanya sudah bergelayut erat di leher Zafran.
“Akh romantis sekali.”
Entah siapa yang berkata seperti itu, Kazua sama sekali tidak tau. Gadis itu terlalu sibuk menata kembali kesadarannya. Terlebih kini tatapannya sudah terkunci pada bola mata Zafran yang juga sedang menatapnya.
“Gue tau kalau gue itu keren. Tapi itu bukan berarti loe bisa terpesona disaat posisi kita kayak gini.”
Kazua mengernyit, dan baru menyadari apa yang terjadi. Dengan cepat ia segera berusaha melepaskan diri. Sayangnya ia terlalu cepat seolah lupa sedang berada di mana. Karena itu lah, tanpa sadar sebelah kakinya justru tidak menginjak tangga dengan benar dan ujung – ujungnya mendarat sempurna di lantai. Untung saja tangga yang ia injak tidak terlalu tinggi. Tidak ada luka serius yang di deritanya kecuali sedikit rasa nyeri di pinggang karena langsung jatuh terduduk barusan.
“Loe ceroboh banget sih jadi cewek,’ gerutu Zafran walau tak urung tangannya terulur. Membantu Kazua untuk bangkit berdiri.
“Udah tau gue ceroboh kenapa loe malah ngomong asal nyeplak,” balas Kazua balik. Sebelah tangannya tanpak mengusap – usap punggungnya sendiri.
Zafran tidak membalas, matanya mengamati gadis di hadapannya dengan seksama. Sekedar memastikan kalau gadis itu baik – baik saja. Baru lah beberapa saat kemudian mulutnya kembali terbuka. “Lagian loe ngapain sih kayak anak – anak pake lari – lari segala?”
Pertanyaan Zafran segera menyadarkan Kazua akan tujuan awalnya. Melupakan rasa nyeri yang mendera, gadis itu menatap Zafran dengan penuh harap. Membuat pria itu secara refleks sedikit melangkah mundur. Terlebih Kazua sengaja mendekatkan tubuh mereka saat menatap.
“Sebenernya gue butuh bantuan loe,” pinta Kazua sambil memasang tanpang memelas.
“Ogah,” bahkan tanpa berpikir Zafran langsung menolak. Kemudian dengan santai pria itu langsung berbalik arah.
“Beehhh… Gue belum juga ngomong masa udah di tolak,” gumam Kazua tak percaya. Dengan cepat ia kembali melangkah mengerjar. Ehem, menghadang Zafran lebih tepatnya. Terbukti dengan sengaja ia berdiri tepat di hadapan pria itu.
“Tunggu dulu. Loe kan belum denger gue mau minta tolong apaan.”
Zafran menghembuskan nafas. “Ngapain gue nolongin elo. Emangnya kita saling kenal?” tanya Zafran balik.
Kazua terdiam. Dari nada bicaranya saja gadis itu sudah cukup yakin kalau Zafran sedang menyindiri dirinya. Pasti itu karena beberapa hari ke belakang ia tidak mengenali pria itu. Tapikan saat itu ia memang sedang lupa.
“Baiklah, bukan gue yang mau minta tolong. Tapi kembaran gue,” kata Kazua akhirnya.
Gantian Zafran yang mengernyit. Begitu juga beberapa anak – anak lain yang kebetulan sedang memperhatikan ulah keduanya terkait incident jatuh tangga barusan. Sepertinya mereka juga heran dengan kabar kalau Kazua punya kembaran.
Melihat Zafran yang masih terdiam, Kazua kembali menambahkan. “Oke, gue minta maaf soal yang kemaren karena nggak segera ngenalin elo. Puas.”
“Loe sebenernya mau apa sih?” tanya Zafran akhirnya.
“Jiah, dia nanya lagi. Gue kan udah bilang kalau gue mau minta tolong,” balas Kazua. “Dan jangan langsung bilang ogah kalau loe belum denger gue mau minta tolong apaan,” sambung Kazua lagi saat melihat Zafran yang bersiap buka mulut.
“Jadi loe mau minta tolong apaan?”
Bukannya menjawab, Kazua justru malah menoleh kekanan dan kekiri. Menyadari kalau begitu banyak ‘penonton’ disekitar mereka.
“Kita ngobrolnya jangan disini ya, soalnya gue malu,” bisik Kazua lirih.
“Kenapa gue harus? Kalau loe nggak mau ngomong ya sudah, gue mau per….”
Tanpa perlu menunggu Zafran menyelesaikan ucapannya Kazua sudah terlebih dahulu menarik tangan pria itu. Menyeret lebih tepatnya. Membawa ke tempat yang sedikit menjauh.
“Apaan sih main seret seret.”
“Makanya kalau orang ngomong itu di dengerin,” tuding Kazua langsung.
Merasa percuma untuk membantah, akhirnya Zafran mengalah. Setelah menarik nafas sejenak pria itu kembali menatap gadis di hadapannya.
“Jadi loe mau minta tolong apaan?”
Kazua mentap langsung kearah Zafran yang juga sedang menatapanya. Entah datangnya dari mana namun jelas terasa, perasaan ragu tiba – tiba melanda dirinya. Ia merasa tidak yakin kalau keputusannya untuk meminta bantuan pria itu adalah langkah yang benar. Terlebih mereka baru kenal. Apa itu bukan tindakan konyol nantinya.
“Dia malah bengong. Jadi minta tolong nggak?”
Didesak begitu Kazua hanya mampu tersenyum malu. “Ehem, sebenernya. Aduh gimana ya ngomongnya. Em, tadi itu gue liat loe nolak cewek buat jadi pacar loe ya?”
“Iya. Terus?”
“Gosipnya kemaren - kemaren juga loe nolak Tari dan Tania. Itu bener ya?”
“Iya, kenapa?”
“Sebenernya gue…”
“Loe pengen jadi pacar gue juga. Sory ya, tapi loe bukan tipe gue sama sekali,” potong Zafran langsung.
“Bukan, gue bukan mau loe jadi pacar gue. Tapi jadi……” Kazua berhenti sejenak. “Pelatih gue,” sambung Kazua lirih.
“Pelatih?” ulang Zafran dengan kening berkerut.
Kazua dengan cepat mengangguk. “Pelatih gue buat dapatin pacar.”
“Ha?!”
Kazua sedang duduk lesu sambil mengaduk – aduk mangkuk bakso di hadapannya tanpa minat. Sementara tepat di hadapannya, Keysia duduk dengan tatapan menghakimi. Mencari kejelasan atas ucapan yang di katakan sahabatnya beberapa saat yang lalu.
“Jadi loe beneran minta Zafran buat bantuin loe?” tanya Keysia lagi.
Kazua hanya mengangguk membenarkan.
“Dan terus dia tolak?”
Lagi lagi Kazua hanya mengangguk.
“Ya jelas lah dia tolak. Emangnya dia udah gila mau bantuin loe?”
Kazua menoleh sambil memajukan bibirnya, tanda ia sedang merasa kesel. Itu kan kalimat yang sama yang ia dengan keluar dari mulut Zafran saat ia menjelaskan apa yang di maksut dengan ‘Menjadi pelatih’ beberapa saat yang lalu.
“Sejak kapan bantuin orang di bilang gila,” gumam Kazua akhirnya.
“Jadi menurut loe itu waras?” Keysia balik bertanya.
“Akh gue nggak tau. Gue minta bantuan loe, loe tolak. Gue liat majalah hasilnya kacau. Gue minta bantuan dia, di bilang gila. Kalau gitu gue harus minta tolong siapa lagi coba?”
Keysia terdiam. Sepertinya gadis itu juga tidak mengerti harus membalas apa. Tapi tetap saja, apa yang di lakukan Kazua sama sekali tidak bisa di benarkan oleh dirinya.
“Tau deh. Mendingan loe makan aja gih tu bakso. Kali aja ntar otak loe jadi encer,” kata Keysia akhirnya.
Kazua mencibir mendengarnya walau tak urung mengikuti saran sahabatnya itu. Dengan berlahan ia mulai menyendokan bakso di hadapan. Sepertinya ia memang sedang butuh asupan makanan. Dan untuk sejenak keduanya menikmati makanan dalam diam.
To Be Continue dulu ya pren, kita ketemu di part selanjutnya ajah at Kazua Mencari Cinta 05..... :D
Detail Cerpen
- Judul Cerbung : Kazua Mencari Cinta
- Penulis : Ana Merya
- Twitter : @ana_merya
- Status : Complete
- Jumlah Part : 04 ~ 22
- Jumlah Kata : 1.174 Words
- Genre : Remaja, Continue
Post a Comment for "Novel Online "Kazua Mencari Cinta " ~ 04 / 22"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...