Cerpen Pendek Be Friends Forever
Cerpen Be Friends Forever _ Niatnya si mau bikin curhatan aja, tapi kayaknya lebih asik kalau di bikin cerpen deh. Itung itung bisa dijadikan hiburan.Yups, lagi lagi cerpen yang di ambil dari penglaman hidup. Kisah nyata yang kemudian di rekayasa, intinya nikmatin aja lah. Happy reading.....
Dengan langkah ceria Natasya terus melangkah, senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Senyum bahagia, ia yakin saat ini, di dunia ini tidak ada seorang pun yang lebih bahagia selain dirinya. Bagaimana kau tidak merasa bahagia ketika kau tau, kau selalu bersama seseorang yang kau sukai. Seseorang yang kini berjalan bergandengan tangan denganmu.
Untuk kesekian kalinya Natasya menoleh, senyum manis Arya langsung menyambutnya. Membuatnya menunduk malu sembari mengigit bibir salah tingkah.
“Ada apa?” tanya Arya pada akhirnya yang di balas gelengan kepala oleh Natasya.
Mana mungkin ia akan menjawab bahwa ia sangat gembira karena kini ia melangkah bergandengan bersamanya. Tidak, ia tidak segila itu untuk mengakuinya. Mengakui bahwa ia menyukai Arya lebih tepatnya.
“Aneh” gumam Arya lirih namun masih mampu di tangkap oleh indra pendengaranya sehingga ia mampu membalas.
“Biarin. Wue...,” balas Natasya sambil menjulurkan lidahnya meledek. Bukannya marah, Arya justru malah tertawa melihatnya.
Orang bilang mencintai diam – diam itu sulit. Setidaknya kebanyakan orang akan berangapan begitu, tapi kali ini ada pengecualian. Natasya berani bertaruh demi cita-citanya menjadi penulis, kalau mencintai diam diam itu justru lebih menyenangkan. Di tambah kenyataan ia selalu bersama orang yang dicintainya.
Yups, Arya. Sahabatnya dan ia mencintainya. Jika di tanya Natasya sendiri tidak akan tau sejak kapan perasaan itu tumbuh, yang ia tau kini ia merasakannya. Dan rasa itu semakin bertumbuh setiap harinya. Membuat hari – harinya benar – benar terasa sempurna. Mengabaikan kenyataan bahwa Arya sama sekali tidak mengetahuinya.
Dengan langkah ceria Natasya terus melangkah, senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Senyum bahagia, ia yakin saat ini, di dunia ini tidak ada seorang pun yang lebih bahagia selain dirinya. Bagaimana kau tidak merasa bahagia ketika kau tau, kau selalu bersama seseorang yang kau sukai. Seseorang yang kini berjalan bergandengan tangan denganmu.
Untuk kesekian kalinya Natasya menoleh, senyum manis Arya langsung menyambutnya. Membuatnya menunduk malu sembari mengigit bibir salah tingkah.
“Ada apa?” tanya Arya pada akhirnya yang di balas gelengan kepala oleh Natasya.
Mana mungkin ia akan menjawab bahwa ia sangat gembira karena kini ia melangkah bergandengan bersamanya. Tidak, ia tidak segila itu untuk mengakuinya. Mengakui bahwa ia menyukai Arya lebih tepatnya.
“Aneh” gumam Arya lirih namun masih mampu di tangkap oleh indra pendengaranya sehingga ia mampu membalas.
“Biarin. Wue...,” balas Natasya sambil menjulurkan lidahnya meledek. Bukannya marah, Arya justru malah tertawa melihatnya.
Orang bilang mencintai diam – diam itu sulit. Setidaknya kebanyakan orang akan berangapan begitu, tapi kali ini ada pengecualian. Natasya berani bertaruh demi cita-citanya menjadi penulis, kalau mencintai diam diam itu justru lebih menyenangkan. Di tambah kenyataan ia selalu bersama orang yang dicintainya.
Yups, Arya. Sahabatnya dan ia mencintainya. Jika di tanya Natasya sendiri tidak akan tau sejak kapan perasaan itu tumbuh, yang ia tau kini ia merasakannya. Dan rasa itu semakin bertumbuh setiap harinya. Membuat hari – harinya benar – benar terasa sempurna. Mengabaikan kenyataan bahwa Arya sama sekali tidak mengetahuinya.